🤡 ˖ Millie

0 0 0
                                    

Linda berlari menuju halte bis. Tidak biasanya halte ini sepi, batin Linda. Ia melirik jam nya, hampir jam dua belas malam. "Bodohnya aku, bagaimana bisa aku lupa bahwa aku lembur dan menunggu bis datang?" Linda menertawai dirinya sendiri. Ia berjalan pulang.

Di tengah perjalanan, Linda melihat seorang gadis kecil yang sedang menatap dirinya. Bajunya basah dan juga kotor. "Apa yang kau lakukan di malam larut seperti ini gadis manis?" tanya Linda. Gadis itu terdiam, wajahnya pucat. "Ikutlah denganku, aku akan mengantarmu besok."

Sesampainya di rumah, Linda segera memandikan gadis itu lalu memakaikan pakaiannya dulu. Gadis itu bernama Millie. Dia sangat manis. Matanya berwarna hijau. Rambutnya berwarna coklat dengan pita merah menghiasinya yang senada dengan gaun merahnya.

Millie jarang berbicara dan tak mau makan. Dia hanya suka berdiri menatap Linda. Linda merasa ada sesuatu yang ganjil, namun di hilangkannya perasaan itu. Millie hanya gadis kecil yang manis dan lugu.

Tingkah Millie semakin aneh. Kucing tetangga ditemukan bersimbah darah di samping Millie. Ia berkata bahwa kucing itu bertengkar dengan kucing lainnya. Saat Linda berbalik, ada sesuatu yang tertangkap oleh ekor matanya. Sesuatu yang mengkilap, pisau.

Entah mengapa semenjak ada Millie, tak ada lagi hewan yang bersuara. Mulai dari tikus, burung, kucing, dan bahkan anjing. Linda tak menggubris semua itu. Mereka adalah hewan, mungkin saja mereka pergi.

Juga setiap kali Linda memandikan Millie, ada bau aneh yang berasal dari gadis cilik itu. Bau aneh seperti daging mentah, atau sesuatu yang lain.

Setiap malam Linda juga merasa diawasi. Ada sepasang bola mata yang terus mengikutinya. Linda semakin tak nyaman sampai akhirnya Linda memutuskan untuk membawa Millie ke panti asuhan.

Malam terakhir sebelum Millie diantar ke panti asuhan, Millie menarik Linda pergi ke sebuah gang. Semakin masuk dan masuk. Awalnya Linda mengira bahwa Millie akan kembali ke rumahnya, hingga Millie mengeluarkan pisau berkarat dari gaunnya.

"Millie, pisau itu berbahaya, sini," Linda hendak mengambil pisau itu, tetapi Millie malah melukai Linda. Linda terjatuh dan Millie semakin membabi buta untuk menyerang Linda.

"Aku ingin mama," Millie mencabik-cabik Linda. Linda meronta dan akhirnya bisa terbebas, namun itu tak berlangsung lama. Linda masuk ke dalam gedung tua dan Millie semakin dekat dengannya.

"Mama, aku ingin ikut denganmu," Millie berjalan mengikuti Linda yang terus berlari.

"Pergilah!" teriak Linda sambil terus berlari "Mama, aku ingin memelukmu," entah bagaimana Millie bisa semakin mendekat "Tidak! Aku bukan mamamu! Pergi!" Linda menjerit "Mama, aku rindu denganmu," tinggal beberapa langkah jarak diantara mereka berdua.

Linda sudah pasrah. Hanya ada tembok kokoh dibelakangnya.

Air mata membasahi pipi Linda. Keringat mengalir bersama darah melewati luka menganga di sekujur tubuhnya. Kini Millie berada di hadapan Linda.

Ia menyeringai, "Mama, aku sayang padamu."

Linda tak dapat berkata apapun. Lidahnya begitu kelu.

Millie memegang pisau berkarat yang sudah sedari tadi ia bawa. Ia mulai merobek dada dan perut Linda, terkekeh sembari bersenandung.

"Mmm, lezat sekali," Millie memakan jeroan Linda. Jantung, hati, dan ginjal. Dengan tangan kecilnya, Millie menadah darah yang mengucur, meminumnya.

"Aku ingin mama lagi," Millie meninggalkan Linda yang tinggal tulang dibungkus daging.

Sambil menari-nari, Millie menjilat tangan dan pisaunya yang penuh darah dengan nikmatnya.

Di lorong yang gelap, ia menatapmu, tajam lalu menyeringai menunjukkan deretan giginya yang hanya berisi gigi taring. Bersenandung, menari, memainkan pisau karatnya, "Apa kau mama?"

CreepyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang