“Lepidopterophobia” adalah istilah klinis bagi fobia terhadap semua jenis serangga bersayap, seperti kupu-kupu dan sebagainya. Namun lebih spesifik lagi, aku memiliki fobia yang dinamakan “Mottephobia”, ketakutan terhadap ngengat.
Aku tak pernah mengatakan kepada siapapun tentang ketakutanku terhadap ngengat. Namun jika seekor saja berhasil masuk ke rumahku, aku langsung menjadi kacau. Aku berkeringat deras, nafasku tersengal-sengal, intinya aku akan mendapat serangan kepanikan dan itu sangat, sangat buruk.
Penyebabnya adalah campuran antara kimia otak, genetik, serta trauma masa kecil yang membaur menjadi satu. Setelah berbicara dengan terapis, kami berhasil melacak penyebabnya pada sebuah kejadian di masa kecilku.
Kami tinggal di daerah tepi kota yang cukup biasa. Namun tetangga kami adalah seorang pengoleksi serangga yang mengumpulkan berbagai jenis serangga bersayap seperti ngengat dan kupu-kupu. Ia punya ratusan koleksi dan semuanya tertata rapi di dalam lemari kaca. Ia agak penyendiri dan kamipun tak tahu siapa namanya yang sebenarnya, jadi kami cuma memanggilnya, “Manusia Ngengat” yang justru membuatku semakin bertambah takut kepadanya.
Setiap malam selama setahun, saat aku masih kecil, aku memiliki mimpi buruk yang sama, dimana aku akan terbangun di tengah malam di kamar tidurku dan menemukan Manusia Ngengat di luar jendelaku. Namun, hanya kepalanya saja yang menempel pada tubuh ngengat raksasa, seukuran manusia, dengan sayap berkepakan yang membuatnya melayang di luar jendelaku. Ia akan menatapku dengan wajahnya yang terlihat mati tanpa ekspresi. Mimpi buruk itu hanya berakhir ketika tetanggaku itu akhirnya meninggal, meninggalkanku dengan fobia yang terbawa hingga dewasa ini.
Segalanya menjadi bertambah buruk akhir-akhir ini ketika aku pindah dari rumahku bersama istri dan anakku. Orang tuaku meninggal dan mewariskan rumah tua kami kepadaku. Aku sebenarnya tak ingin tinggal di sini, namun ekonomi sedang sulit dan rumah ini jauh lebih besar ketimbang kamar apartemen yang kami sewa di tengah kota.
Tapi aku lupa betapa banyaknya ngengat liar yang tinggal di sekitar sini. Kondisinya begitu buruk bagiku hingga suatu malam aku kembali memimpikannya, Manusia Ngengat yang sudah bertahun-tahun aku lupakan. Mimpi itu sama persis seperti yang kualami saat aku masih kecil.
Seperti yang bisa kalian tebak, aku sangat ketakutan. Namun istriku berhasil menyakinanku bahwa itu hanya trauma masa kecil yang muncul kembali karena aku pindah ke rumah lamaku.
Perkataannya membuatku tenang untuk sementara.
Hingga suatu pagi putriku membangunkanku, ia mulai mengelukan bahwa ada “Pria kupu-kupu besar” yang melayang di luar jendelanya sambil mengepak-ngepakkan sayapnya. Sejak saat itu aku membawa keluargaku pergi dari situ dan tak pernah kembali.