Aku berjalan menyusuri koridor sekolah sambil melihat sekeliling. Tiba-tiba mataku tertuju pada satu ruang.
Lama memperhatikan, rasa penasaran menghampiriku dan akhirnya aku melangkahkan kaki menuju ruang tersebut. Dengan hati-hati aku memegang gagang pintu tersebut sambil sesekali menyakinkan diriku bahwa tidak ada orang yang melihat kelakuanku ini.
Merasa telah aman akhirnya aku memutar gagang pintu tersebut. Dan klik, suara kecil terdengar, ternyata pintu ini tak terkunci. Aku tersenyum bangga, rasa penasaranku kali ini akan terjawabkan. Aku mulai melangkahkan kakiku kedalam ruang tersebut.
Dan sial! Ruangan tersebut sangat gelap dan penat. Aku berjalan tanpa arah mencari saklar lampu, sesekali aku terbentur dengan sesuatu yang tidakku ketahui. Dan akhirnya aku mendapatkan sesuatu melekat di dinding yang dingin. Aku merabanya untuk mencari tau apa sebenarnya itu.
Lama memastikan akhirnya aku yakin bahwa yang kupegang saat ini adalah sebuah saklar lampu model jaman dulu. Dan untuk mengetahui apakah dugaanku itu benar atau tidak, aku menaikan tombol saklar yang berbentuk seperti korek kayu, itu menurut pemahamanku. Lalu clik lampu menyala.
Sedikit remang tapi membantu untuk melihat isi ruangan yang kotor menjijikan itu. Akhirnya dengan perasaan mual aku menyusuri ruangan tersebut. Melewati bilik rak buku, tanpa sengaja kakiku menendang sesuatu yang hampir saja membuatku jatuh. Dengan sedikit rasa kesal aku memperhatikan sesuatu yang tertutupi kain hitam tebal berdebu.
Aku lalu jongkok dan mendekat, sedikit ragu untuk membuka, aku mencium sesuatu yang begitu menyengat. Langsung saja aku bergeser untuk mengeluarkan muntah yang tak bisa lagi kutahan. Setelah sedikit merasa lega aku kembali ketempat awal. Perlahan-lahan tanganku meraih kain berdebu itu, lalu syut,,, aku melempar kain tersebut dengan wajah tertunduk, karena takut terkena imbasan debu-debu.
Merasa debunya telah tiada, aku langsung menoleh kesesuatu itu. Dan betapa kagetnya aku melihat apa yang ada dihadapanku. Yah, sesuatu itu ternyata sosok gadis yang wajahnya mirip denganku.
Ekspresinya datar dan sangat pucat, kuliat dia sedang menggenggam boneka dan pisau bedah. Tak lama berselang, mata yang tadi tertutup tiba-tiba terbuka dan menatap tajam kearahku. Sontak aku kaget dan refleks aku berdiri menjauhi gadis tersebut. Kulihat gadis itu berdiri lunglai, mengangkat wajahnya secara perlahan sambil berkata
"Akhirnya jantungku tiba juga."