🤡 ˖ Kembali

0 0 0
                                    

Mereka duduk memutari meja makan. Nina berdiri lalu menuangkan sup ke masing-masing mangkuk setelah itu kembali duduk. "Sup buatanku enak, kan?" Nina memandang ibunya yang kulitnya begitu pucat "Ayah suka?" Ia menengok ke ayahnya yang duduk kaku "Bagaimana rasanya kak?" Ia menatap mata kedua kakak laki-lakinya yang memutih. Bibirnya bergetar, air mata membasahi pipinya, Nina berlari masuk ke dalam kamarnya. Sudah satu minggu berlalu, Nina tak bisa hidup dalam kepalsuan terus menerus. Ia mengingat kejadian malam itu, kejadian seminggu yang lalu.

Segerombol pencuri datang ke rumahnya dan membunuh seluruh anggota keluarganya. Waktu itu Nina berlari ke ruang bawah tanah, tapi ia terpeleset dan jatuh yang membuatnya pingsan. Saat sadar, seluruh anggota keluarganya telah tewas. Nina tak bisa menerima semua itu. Kewarasannya lenyap seketika. Ia membawa mayat keluarganya lalu membersihkan luka dan darah mereka.

Nina juga merobek mulut mereka membentuk senyuman dan menjahitnya agar mereka selalu tampak tersenyum. Nina menganggap keluarganya masih hidup. Ia memindahkan mereka agar tampak bisa bergerak. Tiap malam Nina masih bercerita pada keluarganya dan tidur bersama mereka. Saat pagi tiba, Nina memandikan mereka lalu menyemprotkan minyak wangi untuk menutupi bau mayat keluarganya yang mulai membusuk, namun semua itu tidak berlangsung lama.

Setelah seminggu, Nina memutuskan untuk mengakhiri semuanya dan bertemu kembali dengan keluarganya. Air matanya terus menetes dan dadanya terus merasakan sesak. Ia berlari ke dalam kamar ayahnya, mencari sesuatu dengan mata berbinar. Akhirnya Nina menemukannya. Sebuah pistol. Senyumnya mengembang. Ia turun ke ruang makan. "Lihatlah, aku menemukannya, kalian tidak bisa menghentikanku sekarang." Nina memamerkan pistol ayahnya dengan seringai gilanya lalu kembali ke kamar dan menguncinya. Nina memegang sebilah pisau sambil mengaca. Perlahan ia merobek mulutnya sendiri membentuk senyuman. Darah segar mengucur deras. Nina berteriak puas. Sesudah itu ia mengambil jarum dan benang lalu mulai menjahit mulutnya sendiri. Kini Nina tampak tersenyum. Ia kemudian turun ke gudang mengambil paku dan palu.

Dengan bersenandung ria, Nina memaku tangan dan kaki keluarganya sendiri ke kursi. Setelah selesai, ia duduk di kursinya lalu memaku tangan kiri dan kakinya ke kursi. Kita akan berkumpul lagi, batin Nina senang. Tangan kanannya yang tidak terpaku mengambil pistol ayahnya yang telah ia siapkan lalu menembak tepat di kepalanya sendiri. Akhirnya mereka bisa kembali berkumpul. Seringkali mereka terlihat sedang duduk berjajar di teras rumah sambil tertawa nyaring.

CreepyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang