PROLOG

58 4 11
                                    

Scheiße! (Sial!)”

Gadis itu berlari sekuat tenaga. Sesekali menoleh ke belakang untuk melihat jarak antara dirinya dan sang kakak yang tengah mengejarnya.

Lauf nicht weg! (Jangan kabur!)” teriak sang kakak.

Fahr zur Hölle, Karl! (Pergilah ke neraka, Karl!)” balas gadis itu tanpa mengurangi kecepatan larinya.

Karl lagi-lagi mengumpat. Meski adiknya bertubuh mungil, tapi larinya lebih gesit dari seekor kancil.

Beberapa jam lalu, ia berhasil menangkap Odet yang mencoba kabur ke bandara. Karena pelariannya gagal, Odet terpaksa menurut saat Karl menggiringnya masuk ke dalam mobil. Dengan akal bulusnya yang memang seperti titisan rubah, gadis itu kembali berhasil mengelabuinya. Menggunakan masa menstruasinya sebagai alasan, Odet memintanya berhenti di salah satu apotek karena ingin membeli pembalut.

Sebagai kakak yang baik, bagaimana mungkin Karl membiarkan adiknya berjalan dalam keadaan berdarah-darah? Meski yakin-tidak yakin, Karl akhirnya menuruti dengan pertimbangan bahwa koper sang adik masih ada di dalam mobil. Tak mungkin Odet akan kabur tanpa membawa sehelai pakaian pun, 'kan?

Sayangnya, perhitungannya salah.

Karl yang sedang menunggunya di depan pintu apotek, tiba-tiba didorong hingga tersungkur.

Begitu melihat dirinya mencium paving block, Odet langsung kabur meninggalkan Karl dan kopernya yang masih berada di dalam mobil.

Aksi kejar-mengejar pun terjadi. Odet yang berjarak tujuh meter darinya masih dengan gigih melarikan diri. Sesekali tangannya tampak melambai untuk menghentikan taksi yang melintas.

Karl hanya bisa menyumpah serapah dalam hati. Padahal postur tubuhnya lebih besar, langkah kakinya pun lebih lebar, tapi bisa-bisanya ia kalah cepat dari si rubah licik.

Gadis itu berhasil menyetop taksi lalu buru-buru masuk, mengunci pintu penumpang dari dalam, tertawa mengejek pada Karl yang tengah berusaha menarik handle pintu.

“Buka!” bentak Karl.

Odet menjulurkan lidah, benar-benar meledeknya. Tangan gadis itu lantas terangkat, membuat Karl melotot saat melihat apa yang dipegangnya.

Kunci mobil dan dompetnya!

Sial!

Sebelum turun dari mobil, diam-diam Odet mengambil dompet Karl yang biasa ia letakkan di lubang drink holder dekat tuas transmisi. Sedangkan kunci mobilnya, Odet tarik dari kantong belakang celana Karl saat gadis itu mendorongnya tadi.

Selain jelmaan kancil dan titisan rubah licik, sepertinya sang adik juga lulusan sekolah copet.

Karl benar-benar murka, tapi hanya bisa menendang udara saat taksi yang ditumpangi Odet melaju menjauh. Ia lantas mengeluarkan ponsel untuk menghubungi nomor sang ayah.

“Odet berhasil kabur.”

...

Segini aja dulu.
Lanjutannya kalau My True Me udah tamat biar nggak spoiler. Wkwkwk.

Tapi ... kalau keburu kepo, bisa baca Steal Him karyanya rizkiandst dulu karena cerita ini masih satu time line, tapi beda tokoh utama dan sudut pandang aja.

Papay ....

01-31-2024

Secretly Looking at You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang