“Pagi, Bestie.”
Hanya mendengar suaranya saja, Pipit sudah merasa lelah. Dengan malas, ia menoleh pada Apin yang datang-datang langsung merangkulnya seraya melempar cengiran lebar.
“Jutek amat mukanya.” Apin mencibir dengan seringaian tengilnya. “Senyum, dong.”
Pipit membuang napas kasar, tak menggubris ucapan temannya itu. Memilih tetap berjalan dengan pandangan lurus ke depan.
“Calon pacar gue mana?”
Langkah Pipit langsung terhenti. Kepalanya praktis menoleh dengan sorot permusuhan ke arah sosok di sebelahnya itu.
Melihat respon Pipit membuat Apin terkekeh. “Lo lupa perjanjian kita?”
Pipit memutar mata. Perjanjian apanya? Ia bahkan belum menyatakan persetujuan. Lalu, setelah semalam mencecarnya dengan berbagai pertanyaan soal Anya dan penyebab gadis itu tinggal di rumahnya, Apin kini berniat mengancamnya? Ngelunjak!
Sebenarnya, ancaman menyebarkan info tentang dirinya dan Anya yang tinggal bersama, tak membuat Pipit terdesak. Hanya soal waktu kabar itu akan menyebar, karena Pak Ridan dan seorang teman--yang belum ia ketahui siapa orangnya--sudah lebih dulu mengetahuinya.
Sayangnya, Apin punya ancaman lain yang tak bisa Pipit elak.
Tak mendapat respon dari Pipit, Apin melepas rangkulannya. “Oke. Kayaknya lo emang lebih suka berurusan sama mulutnya si Krisna.”
“Kenapa nih ngomongin gue?”
Suara itu membuat Apin tersenyum cerah. Berbeda dengan Pipit yang justru menunjukkan ekspresi terkejut dengan mata yang membola saat melihat Krisna tiba-tiba muncul di belakang mereka. Negosiasinya dengan Apin semalam, kontan berputar di kepala.
“Gue bakal pura-pura nggak tahu kalau kalian tinggal bareng, asal lo bantu gue deketin Anya. Atau minimal, jangan rese kalau gue lagi deketin dia.”
“Kenapa juga gue harus bantu lo?” Pipit bersikap defensif. “Anya tinggal di rumah gue, dia harus ikut aturan gue.”
“Lo bukan bapaknya, nggak ada hak buat ngatur-ngatur dia deket sama siapa. Oh ... gue tahu.” Apin menyeringai. “Lo suka sama si Anya?”
Pipit memilih bungkam.
“Oke. Nggak masalah. Kita bersaing aja secara sehat. Jangan saling usik. Atau ... gue sebarin soal kalian yang tinggal bareng.”
Sebelah alis Pipit terangkat sambil tersenyum pongah. “Sebarin aja. Gue nggak takut.”
“Kalau disebarinnya pake mulut si Krisna, masih nggak takut?” Giliran Apin yang tersenyum penuh kemenangan. “Lo tahu kan mulut si Krisna kalau bikin gosip kayak gimana? Bisa-bisa seisi sekolah tahunya kalian udah nikah. Ya, lo sih seneng-seneng aja, tapi Anya gimana? Lo yakin Anya suka sama lo? Yakin Anya nggak bakal marah sama lo kalau rumor kayak gitu kesebar? Lo mau Anya balik ke Jerman karena nggak mau sekolah di sini lagi gara-gara lo?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Looking at You (END)
Romance"Ich liebe dich, Bapak Ridan." Tanpa malu, Anya mengucapkan hal itu. Ridan yang mendengarnya dibuat tertegun. Pasalnya, gadis remaja itu mengucap kata cinta padanya--guru yang memiliki perbedaan usia nyaris 20 tahun. "Dia lagi latihan buat drama...