Bab 10

35 2 8
                                    

Masih pagi, tapi Anya sudah menghela napas entah untuk yang keberapa kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih pagi, tapi Anya sudah menghela napas entah untuk yang keberapa kali. Pipit yang sejak sarapan melihat gadis itu tampak murung pun akhirnya tak tahan untuk tak bersuara.

"Lo kenapa, sih?" tanya Pipit setelah mereka berpamitan pada Kukila dan tengah berjalan menuju motor yang terparkir di halaman. "Kesel atau badan lo sakit gara-gara gue tabrak kemarin?"

Anya menggeleng sambil mencebikkan bibirnya. "Nugget yang aku goreng sedikit gosong."

Pipit merasa lega, tapi juga reflek mengulum bibir, mencoba untuk tak tertawa. Tangannya mengambil helm dan mengenakannya. "Parah banget sampai nggak bisa dimakan?"

Anya menggeleng. "Hanya kurang cantik untuk dipandang."

"Ya, elah. Kan, lo sendiri yang makan. Yang ngelihat juga lo sendiri. Gosong dikit, nggak apa-apalah."

Tak ada lagi sahutan, selain helaan napas yang kembali terdengar.

"Lagian masak nugget doang sampai gosong."

Anya hanya meliriknya dengan bibir manyun. Persis Awa saat hendak menangis. Pipit tak tahan untuk tak tertawa. Tangannya mengambil helm Anya, memasangkannya di kepala gadis itu, lalu menepuk bagian atasnya.

"Ya, udah. Nanti kita mampir beli apa gitu buat bekal. Nggak usah manyun lagi. Takut Awa kalah gemesin." Eh? Pipit berdeham sejenak, mengatur pita suaranya yang tiba-tiba tercekat, lantas buru-buru naik ke atas motor, kembali ke mode ketus. "Ayo, buruan."

"Kamu yang bayar, ya?" tanya Anya seraya naik ke boncengan.

"Nggak!" Pipit menjawab galak. "Bayar sendiri!"

🔸🔸🔸

Tiga hari sebelumnya.

"Gue perhatiin, dari kemarin lo ngelihatin Pak Ridan mulu," celetuk Navyra saat teman yang lain sudah kembali ke kelas.

Anya mengernyit, menyesap es jeruk yang ada di depannya. Apa dirinya terlalu kentara sedang memperhatikan lelaki itu?

"Lo suka sama Pak Ridan, ya?" lanjut Navyra.

Anya hanya bisa tertawa sumbang, membiarkan Navyra berpikir sesukanya karena akan terlalu rumit jika harus dijelaskan.

"Tapi, Nya, kayaknya lo bakal susah deh kalau mau deketin Pak Ridan." Dengan gemulai, Navyra mengibaskan rambutnya ke belakang. "Soalnya saingan lo itu gue, sih."

"Kamu suka sama Pak Ridan?"

"Eh, bukan." Navyra mendekatkan duduknya pada Anya. "Pak Ridan yang sebenarnya suka sama gue."

Anya menatapnya skeptis.

"Cowok kalau suka sama cewek, biasanya tuh hobi banget cari masalah buat narik perhatian. Nah, lo inget kan waktu olahraga, Pak Ridan tuh ngelihatin gue terus. Itu tuh pasti sengaja cari-cari alasan buat ngomong sama gue, makanya setiap gerakan gue dibilang salah dan gue disuruh ngulang berkali-kali. Tujuannya ya biar bisa dapet perhatian gue lebih lama," papar Navyra penuh percaya diri.

Secretly Looking at You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang