Apin sudah mengganti seragam sekolahnya dengan kaos dan celana jeans yang dibawanya dari rumah. Ia memilih cari aman daripada ditangkap satpol PP karena berkeliaran dengan seragam sekolah di jam di mana seharusnya ia masih ada di sekolah.
Di depan distro pakaian wanita, ia menunggu Anya yang sedang membeli pakaian ganti. Tak sampai 15 menit, gadis itu sudah keluar dengan kaos putih yang ujung bawahnya dimasukkan ke dalam kulot hitam pendek di atas lutut.
Bibir Apin tersenyum melihatnya. “Ini pertama kalinya gue lihat lo pake baju biasa.”
“Jelek, ya?” Anya menunduk menatap pakaiannya. “Tadi aku asal pilih yang paling murah.”
“Imut, kok,” jawab Apin yang kemudian berdeham dan buru-buru menambahi, “bajunya, maksud gue.”
Anya mengangguk saja. “Terus kita mau ke mana?”
“Lo doyan kulineran nggak?” Apin justru balas bertanya. “Setahu gue ada bazar jajanan gitu di jalan arah ke rumah gue. Sekalian juga gue mau stok cemilan di rumah. Mau?”
Anya mengangguk semangat. “Mau!”
“Kita ambil motor gue dulu, ya. Tadi gue titipin di warung deket sekolah.”
🔸🔸🔸
“Lho? Kok kamu pulang sendiri? Anya mana?” tanya Kukila yang melihat Pipit masuk melewati ruang tengah rumah seorang diri.
“Kabur dia.” Pipit menjawab malas, masih merasa kesal karena gadis itu sudah membuatnya malu.
Sejak keluar dari kelas hingga ke ruang guru, ia sudah merasa aneh karena semua murid yang bersimpangan jalan dengannya terlihat bisik-bisik sambil tertawa. Bahkan setelah sampai di ruang guru dan menemui Bu Inka seperti yang Anya beritahukan, ia justru mendapat ceramah panjang karena dibilang sudah memakai aksesoris berlebihan, apalagi aksesoris yang digunakan adalah jepit rambut anak perempuan! Harga dirinya sebagai lakik merasa tercoreng!
“Hah? Kabur?” Jalu yang sebelumnya sedang bermain dengan Awa kini ikut berkomentar. “Pasti kamu jahatin, ya? Makanya dia kabur.”
Pipit benar-benar dianaktirikan.
“Pasti mulut pedes kamu ngomong yang nggak-nggak, ya?” tambah Kukila.
Pipit benar-benar tak dipedulikan.
“Abang jahat!” Awa ikut-ikutan.
Hati mungil Pipit serasa diiris-iris. Dengan perasaan dongkol, ia mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan sebuah pesan pada Kukila.
Anya: Maaf, Pipit. Nanti kamu pulang duluan saja. Tidak perlu khawatir. Aku bisa pulang sendiri.
“Tadi Anya bolos kelas. Nggak tahu kabur ke mana,” jelas Pipit saat kedua orang tuanya sedang membaca pesan yang Anya kirim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Looking at You (END)
Romance"Ich liebe dich, Bapak Ridan." Tanpa malu, Anya mengucapkan hal itu. Ridan yang mendengarnya dibuat tertegun. Pasalnya, gadis remaja itu mengucap kata cinta padanya--guru yang memiliki perbedaan usia nyaris 20 tahun. "Dia lagi latihan buat drama...