Bab 6

38 2 10
                                    

Khusus part ini, bisa baca dari sudut pandang yang berbeda di "Steal Him" karya dasxzry

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Khusus part ini, bisa baca dari sudut pandang yang berbeda di "Steal Him" karya dasxzry

🔸🔸🔸

"Tan, Yan ... gue pengen balik ke panti aja rasanya," ucap Apin yang duduk di antara Pian dan Atlan.

Apin yang tumbuh dan besar di panti asuhan tak pernah berpikir akan di adopsi oleh sepasang suami-istri saat usianya sudah 15 tahun. Usia yang menurutnya sangat terlambat untuk dijadikan anak adopsi.

Ia tak pernah berekspektasi lebih. Pikirnya, keluar dari panti akan membantu ibu pengurus untuk mengurangi biaya pengeluaran. Mendapatkan kasih sayang tulus dari orang tua bukanlah prioritas. Cukup mempunyai tempat untuk tinggal saja, Apin sudah sangat bersyukur. Namun, yang ia dapat justru lebih dari bayangannya.

Marco dan Tika--orang tua barunya--memperlakukan dirinya dengan kelewat baik. Bahkan, ia tak sedikit pun merasakan perbedaan perlakuan antara dirinya dan Gema yang merupakan putra asli keduanya. Ia benar-benar mendapatkan apa yang namanya kasih sayang orang tua.

Sayangnya, kebahagiaan itu tak berlangsung lama.

Sebuah kecelakaan telah merenggut nyawa Tika dan calon bayi dalam kandungannya. Hal itu sukses menciptakan lubang dalam di hati Apin. Semua kenangan tentang Tika selama satu tahun terakhir terus berputar dalam ingatan. Membuatnya kesulitan bangkit dari sakitnya kehilangan.

"Kenapa kamu bilang seperti itu? Bagaimana dengan Papa?" sahut Atlan, putra dari sahabat Tika, yang sudah menganggap wanita itu seperti ibu keduanya.

Apin menundukkan kepala. Air mata yang telah coba ia tahan kembali luruh. "Gue nggak mau keinget mama."

Pian turut merasakan kehilangan itu. Keberadaan orang tua teman-temannya adalah pengisi posisi orang tua yang tidak bisa ia rasa. Meski masih memiliki orang tua yang lengkap, Pian tak pernah benar-benar merasakan kasih sayang dari keduanya. Ibunya pergi begitu saja setelah menitipkannya pada sang nenek, sedangkan ayahnya terlalu sibuk menghabiskan waktu bersama alkohol dan wanita berbeda di tiap malamnya. Ia merasa tak dianggap, seolah anak yang dilupakan orang tuanya.

Kepergian Tika--yang selalu memperlakukannya seperti anak sendiri--tentu sukses menyayat hatinya. Sosok yang tak ragu memberinya pelukan hangat itu kini telah pergi teramat jauh. Ruang hampa yang sempat terisi, kini terasa kosong kembali

"Apin, Pian ... kalian kan masih punya bunda."

Suara Stella--bunda Atlan--membuat ketiganya menoleh ke arah tangga. Wanita itu tersenyum, menghampiri ketiganya.

"Mama kalian nggak sepenuhnya meninggalkan kita. Karena Mama Tika ada di sini," kata Stella sambil menunjuk dadanya. "Mulai sekarang jangan panggil tante, panggil aku bunda," ucap Stella yang kemudian memberikan satu per satu kecupan ke dahi ketiganya.

"Makasih, Bunda. Apin sayang banget sama Bunda," ucap Apin, memeluk erat tubuh Stella dan Atlan.

Mata Pian memanas, rasa haru memenuhi rongga dadanya. Ia pun turut masuk dalam pelukan itu. "Atlan, izin pinjam bunda lo bentar, ya."

Secretly Looking at You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang