Bab 16

29 2 8
                                    

Anya berniat meninggalkan Awa yang sedang bermain barbie untuk ke kamar mandi, tapi baru sampai di dekat pintu, suara yang berasal dari luar kamar terdengar sampai ke telinganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anya berniat meninggalkan Awa yang sedang bermain barbie untuk ke kamar mandi, tapi baru sampai di dekat pintu, suara yang berasal dari luar kamar terdengar sampai ke telinganya.

"Tega kamu, Ay!"

Anya mendekat ke daun pintu yang terbuka, mengintip untuk melihat pemilik suara asing yang baru pertama kali ia dengar di rumah itu.

"Tega?" Di dekat dapur, Kukila mengerutkan dahi mendengar tudingan pria yang berdiri di hadapannya.

"Kamu kenapa mantu nggak bilang-bilang? Aku ini suami kamu! Pipit bahkan nggak ngenalin dia ke aku!" ujar pria itu lagi dengan suara rendah.

Suami? Anya melipir ke dekat kusen pintu, berdiri di balik dinding untuk menguping apa yang sedang terjadi.

"Dia bukan menantu kita. Dia temen sekolahnya Pipit, tapi tinggal di rumah kita," jelas Kukila. "Dia dari Jerman. Pindah ke Indonesia. Ya ... daripada dia bingung cari tempat tinggal, mending aku minta dia tinggal di sini buat ngeramein suasana rumah."

"Namanya?" tanya pria itu.

"Anya," jawab Kukila.

Mendengar itu, Anya mulai bisa menerka situasi. Pria itu adalah suami Kukila, sekaligus papa Pipit dan Awa. Dan tanpa perlu bertanya lagi, dari jawaban Kukila yang menyebutkan namanya, Anya langsung tahu siapa yang sedang dua orang dewasa itu bicarakan.

"Cocok nggak kalau sama Pipit?" lanjut Kukila dengan nada suara yang terdengar ceria.

Anya mengerutkan dahi, kepalanya melongok sedikit, kembali mengintip dua orang itu.

"Emang udah siap jadi nenek?" balas pria itu sambil mencubit gemas pipi Kukila.

Bukannya menjawab, Kukila justru memukul manja dada pria itu sambil tersenyum malu-malu.

Anya yang melihatnya kontan mengernyitkan muka, badannya bergidik geli melihat kemesraan bak pasangan remaja yang dua orang tua Pipit itu tunjukkan.

"Kalau aku jadi nenek, kamu jadi kakek, dong?" Kukila berucap sambil senyum-senyum.

"Ya kan judulnya 'menua bersamamu', Ay." Pria itu membalas seraya mencolek pipi Kukila dengan genitnya.

Iyuuhh ....

Bulu kuduk Anya berdiri. Tubuhnya merinding, tak sanggup melihat adegan lovey-dovey menggelikan itu lebih lama lagi. Ia segera keluar dari kamar Awa, berdeham singkat untuk menunjukkan keberadaannya pada sepasang suami-istri tersebut.

"Eh, Anya." Kukila kini memasang wajah keibuannya. "Ini kenalin, papanya Pipit."

Anya melirik pria yang sedang menatapnya sambil tersenyum. Jika diperhatikan, Pipit memiliki wajah perpaduan dua orang tuanya. Selain tubuh jangkung pria itu, hal lain yang terlihat jelas menurun pada sang putra adalah alis tebalnya.

Secretly Looking at You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang