Bab 23

32 2 4
                                    

Kilat cahaya yang tampak dari ventilasi membuat Anya kontan memejamkan mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kilat cahaya yang tampak dari ventilasi membuat Anya kontan memejamkan mata. Di tengah lapangan indoor, di saat teman-teman lain menunggu guru olahraga sambil bercanda tawa, Anya justru sibuk membentengi dirinya dari hal yang paling tidak ia suka.

Ia benci hujan. Terlebih, ia benci guntur.

"Anya."

Panggilan diiringi tepukan di bahu membuat Anya berjengit. Ia mengangkat muka, menatap Apin yang ada di sebelahnya dengan wajah pucat.

Apin yang melihatnya kontan merasa khawatir. "Lo nggak apa-apa? Lo sakit?"

Anya menggeleng sambil memaksakan senyum. "Tidak apa-apa." Anya lantas berdiri. "Ada yang ketinggalan. Aku ke kelas dulu."

Di luar, Anya melihat langit siang berubah gelap. Awan mendung menumpuk semakin pekat. Tetesan hujan mulai jatuh menghujam bumi, membuat hati Anya semakin dihinggap gelisah. Kakinya reflek melangkah cepat dengan tangan mengepal kuat untuk menahan ketakutannya.

Sampai di kelas, ia mengaduk isi tasnya untuk mencari earbuds yang baru dibelinya. Kepanikannya semakin bertambah saat charging case tempat benda itu disimpan tidak ia temukan. Ia sampai menumpahkan semua isi tas ke atas meja, tapi matanya tak juga menemukan keberadaan benda itu.

Anya mencari sekali lagi. Dipilahnya barang-barang yang ada di meja, hingga kotak kecil warna biru itu ia temukan tertindih buku

Buru-buru ia keluarkan sepasang perangkat audio itu dan memasangnya di telinga. Tangannya lantas meraih ponsel, membuka aplikasi musik. Sayangnya, belum sempat ia memutar salah satu lagu dalam playlist-nya, kilat disertai guntur yang menggelegar membuat Anya tersentak. Ponsel dalam genggamannya terlepas bersama tubuhnya yang langsung berjongkok dengan kedua tangan menutup telinga rapat-rapat.

Pian yang baru kembali dari UKS melihat barang-barang di meja Anya berserakan. Setelah masuk lebih dalam, ia menemukan Anya yang berjongkok di antara deretan meja. Ia segera menghampiri, turut berjongkok di depannya.

"Nya ...," panggilnya, tapi tak mendapat respon. Melihat gadis itu menutup telinganya, Pian mencoba menyentuh pundaknya. "Anya."

Bukannya mendapat jawaban, Anya justru menjerit histeris. Pian jatuh terduduk di lantai saking terkejutnya. Jantungnya berdegup kencang, menatap bingung pada Anya yang masih memekik tak karuan.

Saat Pian berniat untuk kembali menyentuh bahu gadis itu, seseorang lebih dulu menahan tangannya. Kepalanya reflek mendongak, menatap Ridan yang kini berdiri di sebelahnya dengan pandangan tertuju pada Anya.

Pian segera berdiri, buru-buru menjelaskan. "Saya nggak ngapa-ngapain, Pak."

Ridan menoleh padanya, mengangguk sebagai tanda paham, lalu pandangannya mengedar memperhatikan barang-barang Anya di meja, hingga matanya menangkap ponsel Anya yang tergeletak tengah menampilkan pemutar musik. Diambilnya benda itu, dimainkannya musik yang terlihat di layar ponsel. Namun, karena tak ada suara yang keluar dari ponsel itu, Ridan kembali menoleh pada Anya.

Secretly Looking at You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang