Meski sempat ada keributan antar pemain, pertandingan usai dengan kemenangan yang diraih SMA Merpati. Tak hanya pemain, tapi pendukung di tribun pun turut serta menyambut kemenangan. Usai para orang tua turun untuk memberi ucapan dan pelukan selamat pada putra-putranya, kini semua pemain kembali berkumpul di ruang ganti.
“Selamat. Selamat. Selamat,” ucap Ridan sambil bertepuk tangan.
“Pak, kita menang!” Atlan berseru heboh seraya memeluk piala yang mereka dapatkan.
“Bagus!” sambut Ridan. “Akhirnya lelah kalian dibayar. Habis ini bapak bakal traktir kalian sepuasnya.”
Perkataan Ridan kontan membuat Krisna berbinar. “Serius, Pak? Boleh nambah, dong?”
“Giliran urusan makan aja, cepet!” Pipit dengan mulut nyinyirnya.
Ridan tertawa mendengar celetukan Krisna. “Kamu mau ikut yang jual juga boleh, kok.”
Yang lain ikut tertawa, sedangkan Krisna mencebikkan bibirnya.
“Atlan! Selamat, ya. Ternyata doa gue dikabulin sama Tuhan,” seru Fairy seraya mengulurkan botol minum pada cowok itu.
“Terima kasih banyak, Fairy!” sambut Atlan menerima minuman pemberian gadis itu.
“Kalian hebat! Lain kali ajari aku main bola juga, ya,” puji Anya sebelum melirik Ridan. Entah kenapa ia jadi dihinggapi perasaan bersalah atas perkataan yang sebelumnya ia ucapkan.
Ridan hanya balas menatapnya tanpa mengucapkan apa pun.
“Boleh. Nanti gue ajarin. Khusus buat Anya, gratis. Tidak dipungut biaya apa pun. Biaya ditanggung Fairy,” sahut Krisna.
“Dih. Mana bisa gitu, Primdavan?” protes Fairy.
Di saat yang lain sedang bersenda gurau, Atlan teringat akan kondisi bundanya yang sempat pingsan di tengah tribun saat pertandingan akan dimulai tadi.
(Baca “Steal Him” karya dasxzry)
“Teman-teman, saya mau lihat kondisi Bunda dulu di UKS,” pamit Atlan.
Teman-teman yang juga mengenal Stella dan akrab dengan wanita itu memilih ikut karena dihinggapi perasaan khawatir yang sama. Akan tetapi, saat baru menginjak koridor, lantai yang mereka pijak tiba-tiba bergetar. Lampu yang menggantung berayun-ayun. Debu-debu halus rontok dari celah plafon. Suara gemuruh yang kemudian terdengar membuat semua orang berlarian dengan rasa panik.
“Yan, gempa!” teriak Apin yang langsung menyambar lengan Pian.
“Tenang. Kita lari cari tempat aman. Yang cewek harus di tengah,” kata Pian yang mencoba mengoordinir teman-temannya.
Sambil berlari, mereka saling bergandeng tangan untuk mencari tempat teraman. Namun, di depannya, tepat di tiang penyangga dinding yang ada di samping Atlan tiba-tiba retak dan roboh. Beruntung, kedua tangan Atlan dengan sigap menahan sebelum mengenainya dan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Looking at You (END)
Romance"Ich liebe dich, Bapak Ridan." Tanpa malu, Anya mengucapkan hal itu. Ridan yang mendengarnya dibuat tertegun. Pasalnya, gadis remaja itu mengucap kata cinta padanya--guru yang memiliki perbedaan usia nyaris 20 tahun. "Dia lagi latihan buat drama...