Bab 36

28 2 3
                                    

Another POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Another POV

🔸🔸🔸

Pian menghentikan motornya di depan minimarket. Saat menurunkan standar motornya, ia melirik seorang gadis yang tengah duduk menelungkup di atas meja. Ia lantas menoleh pada Atlan yang sudah turun dari boncengannya.

"Haus banget gue," keluh Pian. "Lo mau minum apa, Tan? Biar sekalian gue beliin."

Atlan menggeleng. "Tidak usah. Kamu saja."

"Ya udah. Gue beli minum dulu."

Setelah membeli sebotol air mineral, Pian keluar dari minimarket. Matanya kembali melirik gadis yang kini sudah bangkit dari posisinya, tampak sibuk merapikan barang bawaannya. Mengalihkan pandangannya dari gadis itu, Pian menghampiri Atlan sambil meneguk minumannya.

"Padahal guru baru, tapi Pak Ridan kalau ngasih hukuman nggak nanggung-nanggung," keluhnya lagi usai membasahi tenggorokannya yang kering. Menjalani hukuman menyapu halaman sekolah yang penuh rontokan daun kering, ditambah embusan angin yang membuat daun-daun itu berterbangan, membuat energinya terkuras.

"Tapi itu me-me-memang salah kita karena tidak langsung mengakui ke-ke-kesalahan." Atlan yang merasa menjadi biang teman-temannya dihukum memberi jawaban bijak. "Lagipula, Pak Ridan kan gu-gu-guru olahraga, wajar kalau kita dikasih hukuman fisik seperti itu. Mu-mu-mungkin biar sekalian olahraga."

"Iya, sih." Pian mengangguk setuju. Dahinya lantas berkerut, teringat bagaimana sikap Ridan yang terkejut saat pertama kali melihat Atlan. "Eh, tapi sikapnya tadi kayak udah lama kenal sama lo. Siapa tadi namanya? Ridan Arigani? Jangan-jangan temen bunda lo lagi."

"Uhuk!"

Reflek, Pian menoleh ke arah gadis tadi. Gadis itu terbatuk-batuk karena tersedak air yang diminumnya, bahkan ada air yang keluar dari hidungnya. Pian mengulum bibir, menahan diri untuk tak tertawa karena takut dosa. Meski begitu ia juga merasa khawatir. Pasti sakit kalau tersedak sampai masuk ke jalur napasnya.

Mata Pian terus menatap gadis yang tengah membersihkan diri itu. Hoodie gadis itu sedikit basah, begitu juga ujung lengan yang digunakan untuk mengusap wajah.

Pian tertegun saat tiba-tiba gadis itu menoleh ke arahnya. Mata gadis itu menyipit, turun menatap ke area dada. Pian pun spontan menunduk, melihat bagian mana dari dirinya yang sedang gadis itu lihat.

Tak menemukan ada yang aneh pada seragamnya, Pian kembali menoleh ke arah gadis itu. Dilihatnya gadis itu kini sibuk mengotak-atik ponselnya, kemudian tersenyum lebar, melompat-lompat kegirangan seolah baru saja mendapatkan sesuatu. Melihat itu, Pian praktis ikut tersenyum.

"Kenapa senyum-senyum begitu?"

Pertanyaan Atlan membuyarkan fokus Pian. "Ah, nggak apa-apa. Yuk, pulang."

Meski mengatakan begitu, Pian kembali menoleh ke arah gadis yang kini sudah berjalan menjauh.

🔸🔸🔸

Secretly Looking at You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang