Bab 4

50 3 7
                                    

"Menemui Ridan?" ulang Maggie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menemui Ridan?" ulang Maggie. "Untuk apa?"

Tujuan Anya hanya satu, yaitu merasakan kebebasan. Satu-satunya cara untuk mendapatkan hal itu hanya dengan pergi jauh dari keluarganya, terutama sang ayah. Sayangnya, Anya tak mungkin bisa pergi tanpa bantuan Maggie. Dan untuk mendapatkan bantuan sang ibu, Anya harus bisa meyakinkan bahwa segalanya akan baik-baik saja selama ia pergi sendiri.

"Mutti percaya pada Ridan?" Bukannya menjawab, Anya justru bertanya balik.

Maggie mengerutkan kening. "Ya, dulu. Kalau sekarang, aku tidak tahu. Ini sudah 14 tahun dan sifat manusia bisa berubah kapan saja."

Jawaban Maggie, membuat Anya mulai meragukan keberhasilan rencananya. "Aku mau ke Indonesia. Belajar hidup sendiri. Menunjukkan pada Vati kalau aku bisa menjaga diriku sendiri. Apa Mutti bisa membantuku?"

Ibu mana yang akan mengizinkan anaknya--yang masih di bawah umur--tinggal sendirian di negara orang, tanpa adanya sanak-saudara. Maggie tentu menggeleng dengan tegas.

"Mutti tidak percaya padaku?" Anya berusaha membujuknya. "Bahkan jika aku dan Karl ditinggalkan di dalam hutan, Mutti pasti tahu kalau aku akan lebih pandai bertahan hidup dibanding Karl."

Maggie tersenyum tipis, menyetujui apa yang gadis itu ucapkan. Sejak kecil, kemampuan Anya dalam mengatur sesuatu memang lebih unggul dibanding Karl. Anya selalu punya pemecahan dalam setiap masalah. Entah karena memang gadis itu pintar atau faktor keberuntungannya yang besar. Hanya saja, perumpamaan yang Anya ucapkan dan realitas yang akan gadis itu jalani adalah dua hal yang berbeda.

"Tidak bisakah Mutti percaya padaku dan mengizinkanku pergi ke Indonesia?" Anya kembali membujuknya.

"Odet, Indonesia terlalu jauh. Kita tidak punya keluarga di sana." Maggie mengutarakan keberatannya. "Bagaimana jika sesuatu terjadi padamu?"

Anya tersenyum menenangkan. "Karena itu aku bertanya, apa Mutti memercayai Ridan? Aku hanya akan pergi ke tempat di mana Ridan berada. Jadi, jika sesuatu terjadi, aku akan meminta bantuannya dengan menggunakan nama Moza."

Meski sudah dijelaskan seperti itu, Maggie masih menatapnya dengan ragu.

"Mutti ...," rengek Anya. "Hanya ini cara agar Vati bisa melihatku, juga melihat apa yang bisa kulakukan. Bukan hanya melihat kemungkinan buruk yang belum tentu menimpaku."

"Maaf, Sayang." Maggie menggeleng. "Tapi, melepasmu pergi jauh itu terlalu berbahaya."

🔸🔸🔸

Arfian--lebih sering dipanggil Pian--tanpa sadar mengulas senyum begitu melihat gadis lucu yang dilihatnya di minimarket tempo hari, kini berjalan memasuki kelas bersama Ridan.

Berbeda dengan Pian, Vitra alias Pipit yang duduk di deret sebelah--tepat satu baris di belakangnya--justru menatap siswi asing itu dengan pandangan memicing.

Secretly Looking at You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang