Bab 25

33 2 7
                                    

Ridan mendengkus tawa saat harus mengeluarkan uang seharga enam porsi makanan padahal hanya dirinya dan Anya yang makan di tempat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ridan mendengkus tawa saat harus mengeluarkan uang seharga enam porsi makanan padahal hanya dirinya dan Anya yang makan di tempat itu. Setelah meminta konfirmasi ulang pada kasir, ternyata Anya memesan empat porsi lain untuk dibawa pulang saat dirinya sedang menemui Zita dan Zivana yang kebetulan juga sedang ada di rumah makan itu.

Ia berjalan menuju mobilnya, melihat Anya menunggu sambil bersandar di badan mobil dengan menenteng kantong berisi empat kotak makanan. Pantas saja anak itu buru-buru ke toilet dan bilang akan menunggu di parkiran saat Ridan belum selesai menghabiskan makanannya.

"Kamu nggak mau nambah lagi?" tanya Ridan, melirik kantong plastik di tangan Anya.

Gadis itu mesem. Menghapus keformalan di antara mereka. "Kalau boleh, aku lebih suka uang cash."

Tanpa banyak bicara, Ridan mengeluarkan dompet dari saku belakangnya. "Berapa?"

Mata Anya melebar karena jawaban isengnya justru ditanggapi serius. "L-lima ratus ...?"

Ridan mengeluarkan lima lembar uang ratusan dan memberikannya pada Anya.

Anya menatap uang yang disodorkan padanya, menatap wajah Ridan, lalu kembali melihat uang itu. Senyumnya lantas merekah lebar. Rejeki tidak boleh ditolak! Anya menyahut uang yang Ridan beri dengan mata berbinar.

"Terima kasih, Ridan." Anya memasukkan uang itu ke dalam tasnya. "Seharusnya aku melakukan ini lebih awal agar tidak bingung soal keuangan."

"Uangmu habis?"

Mata Anya kembali menatap Ridan setelah memastikan restleting tasnya tertutup dengan benar. "Lebih tepatnya, uangku terbatas. Aku kan tidak mungkin minta uang ke Vati. Jadi, harus sangat berhemat."

Ridan berjalan menuju pintu pengemudi. "Pergi tanpa rencana, itu nekat namanya."

Anya tersenyum tanpa dosa. "Kalau uangku tidak cukup, aku tinggal jual diri saja."

Ridan yang sudah membuka pintu langsung melotot mendengar jawabannya.

"Maksudku, jual keahlian. Jual jasa? Atau apalah itu namanya."

Ridan lantas geleng-geleng kepala sambil masuk ke dalam mobil.

Seringaian jahil terbit di bibir Anya. Ia menyusul masuk ke dalam mobil. "Atau aku jadi sugar baby kamu saja?"

Ridan memilih menyalakan mobil tanpa memberikan jawaban.

"Ah, pasti kamu menolak karena sudah punya anak yang cantik," celetuk Anya, memasang wajah terluka, bibirnya mencebik sambil menatap jalanan di depan.

Ridan hanya meliriknya sekilas. Ia tahu gadis itu sudah salah paham pada sesuatu, tapi tak berniat memberikan pembenaran.

🔸🔸🔸

Pipit yang tengah duduk di teras depan dapat melihat Anya keluar dari sebuah mobil yang berhenti di depan rumahnya. Pipit biasa saja saat melihat Ridan turun dari sisi pengemudi dan tampak mengatakan sesuatu pada Anya, karena sebelumnya Ridan sudah mengatakan jika Anya sedang tak enak badan dan akan membantu mengantarkan gadis itu untuk pulang.

Secretly Looking at You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang