Barisan dibubarkan setelah semua murid mendengar arahan tentang pertandingan persahabatan yang akan diadakan besok.
“Udah harus saingan sama lo, sama bokap gue, sekarang sama Pian juga,” gerutu Apin di samping Pipit dengan mata yang terus tertuju ke depan, pada Pian yang kini berjalan bersama Anya.
“Kok bokap lo dibawa-bawa, sih?” Pipit heran. “Yang bener tuh, saingan kita Pak Ridan, noh.” Pipit menggerakkan dagunya pada Ridan yang juga berjalan tak jauh di depan Anya dan Pian.
“Kok jadi Pak Ridan?” Ganti Apin yang tak mengerti.
“Kemarin Anya bilang mau jadi sugar baby-nya Ridan. Manggilnya aja udah nggak pake ‘Pak’ lagi.”
Apin menggaruk kepalanya. “Dia juga bilang mau jadi emak tiri gue.
Keduanya saling tatap, kemudian mendesis bersamaan.
“Pak Ridan sama bokap lo.” Pipit geleng-geleng kepala. “Saingan kita berat."
Apin mengangguk setuju. “Dia dapat wejangan dari Rapia. Katanya, pesona pria matang tidak ada tandingannya.”
“Mantan lo tuh emang ngeselin,” cibir Pipit.
Apin mendecak. Tak suka jika dirinya masih saja dikait-kaitkan dengan Navyra.
"Ich liebe dich, Bapak Ridan."
Ucapan yang tiba-tiba terdengar membuat Apin dan Pipit melotot ke arah Anya. Walau mereka tak pernah belajar bahasa Jerman, tapi untuk yang satu itu, mereka tahu apa artinya.
“Aish ....” Apin tak bisa membiarkan hal itu terjadi. Buru-buru ia berlari ke arah Anya.
🔸🔸🔸
“Kamu yakin sudah tidak apa-apa?” tanya Anya saat Pian menolak untuk dipapah.
“Kaki gue udah nggak apa-apa.” Pian berkata jujur. Sejak awal, kakinya memang baik-baik saja. Ia hanya iseng untuk membalas dua teman yang sudah dengan kurang ajar mendorongnya hingga terjatuh.
Jika dipikir kembali, sikap Pipit dan Apin sungguh tak biasa. Mereka seolah sedang memperebutkan sesuatu dan sesuatu itu adalah ... Anya?
Pian menoleh pada Anya yang berjalan di sampingnya. Otaknya dipenuhi tanya. Apa Pipit dan Apin suka sama Anya?
Tiba-tiba, raut Anya yang sebelumnya tampak datar, berubah menjadi cerah. Gadis itu tersenyum lebar ke satu arah. Setelah mengikuti arah pandang gadis itu, ia melihat Ridan berjalan tak jauh di depan mereka.
“Ich liebe dich, Bapak Ridan.”
Mata Pian melebar. Kepalanya reflek kembali menoleh pada Anya yang baru saja mengucapkan kalimat tak terduga itu.
🔸🔸🔸
Anya melihat Ridan berjalan tak jauh di depan sana. Jika mengingat Ridan sudah menelepon vatinya, hati Anya tentu masih merasa kesal. Ia hanya sedikit merasa lega karena Ridan mengatakan jika Ludwig tak akan datang menjemputnya. Hanya saja, hal itu justru membuat Anya penasaran tentang apa yang lelaki itu katakan hingga berani menjaminkan hal itu padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Looking at You (END)
Romance"Ich liebe dich, Bapak Ridan." Tanpa malu, Anya mengucapkan hal itu. Ridan yang mendengarnya dibuat tertegun. Pasalnya, gadis remaja itu mengucap kata cinta padanya--guru yang memiliki perbedaan usia nyaris 20 tahun. "Dia lagi latihan buat drama...