Alis Anya terangkat, mata bulatnya berkedip-kedip saat melihat sebuah kotak makan di atas mejanya.
“Ini bekal siapa?” tanyanya, tak terlalu lirih hingga bisa terdengar oleh beberapa teman yang sudah ada di dalam kelas. Namun, tak ada satu pun yang menjawab.
Krisna yang baru masuk dan berniat meletakkan tas di mejanya, langsung berbelok ke meja gadis itu. “Kenapa, Nya?”
Anya menggeleng. “Ini ... tidak tahu punya siapa.”
Krisna menatap bekal yang ada di meja Anya. Tangannya terulur untuk mengambil kotak makan itu, hingga terlihat sobekan kertas yang tertindih di bagian bawahnya.
“Buat Anya. Dijamin aman, nggak ada racunnya.” Krisna membaca pesan yang tertulis di kertas itu. “Waduh, biasanya kalau kayak gini justru ada racunnya, Nya.”
“Yang benar?” Anya menatapnya ragu, mengambil kembali kotak makan yang Krisna pegang, lalu membukanya.
Kotak bekal tiga sekat itu terisi nasi putih, tumis buncis jamur, dan omelet rolls. Sederhana, tapi membuat perut Anya bergejolak. Aroma masakan yang masih hangat itu menguar masuk ke penciumannya. Menjadikan perutnya yang sudah kenyang mendadak merasa lapar kembali.
Ia mengambil sendok yang melekat pada tutup kotak bekal, dan mulai mencicipi makanan itu.
Enak, tapi ....
Anya mengernyit, matanya memejam karena mendadak berair, sedangkan tangannya mengibas di depan mulut.
“Kenapa, Nya? Pedes?” tanya Krisna yang diangguki oleh gadis itu. “Masa, sih?” Cowok itu duduk di sebelah Anya, mengambil alih makanan itu, lalu mencoba mencicipi. “Nggak pedes sama sekali, kok.”
Apin dan Pian yang berada di tempat duduk masing-masing, menatap interaksi keduanya.
Anya menggeleng, masih dengan ekspresi kepedasannya. “Itu pedas.”
Krisna menggeleng. “Paling cabe satu atau dua doang. Pedes dari mananya?”
Anya hanya menggeleng. Tak mau melanjutkan. Toleransinya pada makanan pedas memang terlalu rendah.
“Beracun nih artinya,” celetuk Krisna. “Ya, udah, buat gue aja.” Krisna memasang cengiran lebar. “Kebetulan gue belum sarapan.”
Pian dan Apin mendekat. Pian memberikan botol minum miliknya pada Anya, sedangkan Apin menabok keras punggung Krisna.
“Sakit, Bego!” umpat Krisna.
“Kata lo beracun, kok malah lo makan?” Apin tak habis pikir.
“Ya kan beracun buat Anya, bukan buat gue,” sahut Krisna enteng, lanjut menikmati hidangan gratis di hadapannya.
Mengabaikan keributan dua temannya, Pian menatap Anya yang sudah menurunkan botol minum dari bibirnya. “Masih pedes?”
Anya menggeleng. “Terima kasih, Pian.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Looking at You (END)
Romance"Ich liebe dich, Bapak Ridan." Tanpa malu, Anya mengucapkan hal itu. Ridan yang mendengarnya dibuat tertegun. Pasalnya, gadis remaja itu mengucap kata cinta padanya--guru yang memiliki perbedaan usia nyaris 20 tahun. "Dia lagi latihan buat drama...