Engagement

1.6K 125 0
                                    

James membuka pintu ruangan Duke Amarilys dengan pelan. "Silakan masuk, Duke," Ucap James dengan sopan pada Ares.

Ares memasuki ruangan kerja milik Johan. Ruangan itu tampak begitu sakral, dihiasi lampu kristal besar yang memantulkan cahaya dengan gemerlap. Duke Johan Amarilys duduk di belakang meja kayu besar dengan tumpukan buku dan gulungan kertas di kedua sisinya. Wajah johan datar tanpa ekspresi ketika anak muda itu mendekat. Ia merasa Ares adalah pencuri hati putrinya, jadi ia bersikap sedikit waspada.

"Duke Amarilys apa kabar?" Sapa Ares.

"Yang Mulia Duke Sergey, selamat datang. Apa kabar?" Johan berdiri dan menyalami Ares. "Silakan duduk," Johan mempersilahkan Ares untuk duduk di hadapannya.

"Kabar baik, Duke. Anda terlihat sehat," Senyum Ares.

"Ah.. Ya beginilah kondisi orang tua ini. Omong-omong, saya telah mendengar sidang kedisiplinan yang telah anda jalani?" Tanya Johan penasaran. Ia meletakkan tangan di dagunya.

"Anda tentu sudah mendapat laporannya karena sidangnya telah selesai. Semua adalah permainan licik kubu pangeran mahkota." Ares geram. Tangannya mengepal.

Johan sedikit demi sedikit mengetahui bahwa Ares bukanlah sosok jahat untuk putrinya. Tapi ia bertindak sebagai orang yang ingin melindungi Silencia.

"Ya.. Sejak dulu Silencia diatur menjadi tunangan pangeran mahkota sebagai tali yang mengikat saya kepada Kaisar. Kini tali itu terputus, jelas mereka tidak akan tinggal diam." Johan mengangguk pada opininya sendiri. Lalu ia merubah topik. "Lupakan itu dulu sementara, bagaimana pertunangan dengan Silencia?"

"Tinggal menunggu surat persetujuan anda  dan saya akan mengajukannya kepada Kaisar" Jawab Ares.

Johan merenung sejenak setelah mendengar jawaban Ares. "Saya akan memberikan persetujuan saya untuk pertunangan itu. Saya juga akan memberikan surat dukungan untuk memastikan bahwa semuanya lancar dan tidak ada yang menghalangi pernikahan kalian nantinya."

Johan berdiri dan kembali ke balik meja kayunya. Ia menuliskan surat persetujuan pertunangan. Ruangan hening untuk sementara.

"Nah ini. Ambillah" Johan menyerahkan surat kepada Ares. Ares nampak terkejut.

"Tapi Duke, kita belum membicarakan mahar pernikahan yang harus saya serahkan untuk Silencia." Ares panik. Johan terkekeh melihat wajah panik Duke utara tersebut.

"Saya yakin Duke akan bermurah hati pada Silencia" Johan tersenyum. Ares sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Ia tidak ada pilihan lain selain menerima surat itu. "Kapan pertunangan itu akan dilaksanakan?" Tanya nya lagi.

Ares terdiam sejenak, seolah-olah ia terkejut akan pertanyaan Duke. "Oh, ya. Itu benar. Kami merencanakan untuk bertunangan dalam satu bulan lagi. Sayangnya, saya belum bisa merencanakan apa-apa saat ini."

"Baiklah, saya harap Anda tahu bahwa saya siap membantu Anda dengan apa pun yang Anda butuhkan. Namun, saya punya saran," kata Johan dengan suara lembut.

"Saran apa itu?" tanya Ares.

"Saya pikir, Anda harus membiarkan Silencia membantu merencanakan acara pertunangan itu. Dia pasti punya banyak ide dan lebih tahu apa yang dia inginkan untuk acara tersebut. Ini juga akan menjadi cara yang baik untuk membuka keterbukaan antara Anda berdua."

Ares ragu sebentar, lalu memutuskan bahwa itu adalah ide yang baik. "Saya setuju. Saya benar-benar tidak tahu di mana harus memulai, jadi ide itu sangat membantu."

Johan tersenyum lebar, "Saya senang bisa membantu. Saya selalu siap jika Anda membutuhkan bantuan, Duke."

Ares senang mendengar itu, "Terima kasih, Duke. Saya sangat menghargai dukungan anda" Ujar Ares tersenyum. "Saya akan membawa surat ini langsung kepada Yang Mulia Kaisar." Ares memasukkan gulungan kertas itu kedalam saku dalam jas nya.

The Duke's Adopted DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang