🍁🍁🍁
Membolos pelajaran itu hal paling kecil dan sering dilakukan oleh para anggota inti TONGKRONGAN SENDAKALA.
Meski tak semua hadir, pagi ini hanya ada Kuroo, Tendo, Semi, Iwaizumi dan Futakuchi. Menjadikan warung di belakang sekolah sebagai tempat andalan mereka berkumpul.
"Jadi apa yang mau lo bahas, Kur?" Menyabet gorengan pisang, Futakuchi bertanya pada teman tertuanya itu.
Tak ada senioritas di antara mereka, embel-embel 'Kak' atau 'Bang' tak mereka gunakan. Seringnya langsung nama, atau malah 'Sat', 'Su', 'Njing' dan panggilan kasar lainnya.
Paling si Suna yang manggil Semi pakai 'Bang', karena Suna cukup respect pada cowok itu, sebenarnya karena ada kejadian lah di antara mereka.
"Soal Sakura. Tau kan masalah dia apa? Gue pengen bantu. Sebagai ketua sekaligus kakak buat dia tapi gak ngelakuin apapun pas tau dia kesakitan, gue ngerasa gagal."
"Caranya? Tau sendiri bokapnya kayak ketua kriminal, eh, meski aslinya mantan kriminal juga sih, tapi kita mau ngapain buat nolong Sakura?" Tendo nimbrung, sambil minum es kelapa. "Akhh~ zegeeerrrr."
"Itu yang gue gak tau. Cuma ... gue mau nyari tau dulu alasan si tua bangka nyiksa Sakura terus."
"Gak ada asap kalau gak ada api." Iwaizumi menggulung lengan pendek seragamnya sampai bahu, kaki nangkring satu sambil makan jambu biji langsung digigit tanpa dipotong, lebih nikmat. "Boleh lah. Gue ikut. Tapi udah ada ide kan lo, Kur?"
"Paling enak sih nanya Sakura langsung, tapi tuh cewek privasi banget soal hal ini. Paling cuma ngasih tau ke Kuroo, kita aja taunya dari Kuroo." Memangku senar gitar, jemari Semi mulai memetiknya. "Hmmm, kita gak sedeket itu sama dia ternyata ya."
"Tenang aja. Gue ada ide," ujar Kuroo seperti membawa angin segar. "Gue akan ajak Koushi kerja sama nanti. Jadi kita bisa cari tau dari luar dan Koushi dari dalem."
"Bagus tuh. Kita bisa juga cari info lain dan bantuan lain buat Sakura dari jauh." Iwaizumi menanggapi.
Tendo tiba-tiba saja menatap ke atas langit, biru dan terik. Musim penghujan tapi nyatanya panas masih tak mau meninggalkan.
"Hajar bokapnya langsung gak bisa?"
"Lo mau mati duluan ya silahkan aja." Semi lah yang pertama menganggap ucapan Tendo itu ide gila.
"Tadi lo sendiri yang bilang kan, lawannya mantan kriminal. Kita salah langkah, nyawa melayang coy." Futakuchi sampai bergidik ngeri. Tak sanggup membayangkan.
"Iya sih. Tapi gue greget gitu lhooo. Keburu Sakura tambah ancur gara-gara tuh tua bangka. Mau emang lo pada?"
"Jangan lah, anjing." Kuroo tak terima lah kalau hal itu kejadian.
"Si tua bangka itu pernah masuk penjara karena bunuh orang kan ya. Kok bisa dibebasin dah?" Iwaizumi malah membuka cerita lama.
Sugawara Akaji, si tua bangka itu, namanya tiba-tiba jadi pembicaraan di mana-mana dari televisi, koran, radio dan internet karena menghabisi nyawa seseorang. Saling benci sampai bermusuhan dalam hal bisnis, menjadi alasan lelaki itu melumuri tangannya dengan darah hingga mendekam di balik jeruji besi.
Bertahun-tahun kemudian, waktu yang membawa lelaki itu bebas satu tahun lebih cepat dari yang seharusnya. Menikahi perempuan karena memaksa satu keluarga hingga lahirlah Sugawara Koushi. Begitu cerita singkat si tua bangka.
"Ya gimana, hukumannya kan bukan penjara seumur hidup. Selain itu gue juga curiga ada ini nih ...." Semi menggesekan dua jarinya beberapa kali. "Cuan pasti ikut bicara buat nolong si tua bangka."
"Kalau kita lapor ke polisi tindakannya yang kasar ke Sakura, bisa kan?" Futakuchi sebenarnya mewakili yang lain.
Tapi Kuroo menghela nafas berat. "Bisa, tinggal dapetin bukti aja, gampang. Tapi ... posisi Koushi sama mamanya yang masih butuh kepala keluarga jadi halangannya."
"Sorry nih, tapi itu mamanya Koushi buta kah? Anak ceweknya disiksa begitu tapi masih bertahan? Minimal cerai lah, anjing." Tendo jadi emosi, dia tak selera minum lagi, kembung juga sih.
"Bucin jangan-jangan, sampai tolol," cibir Iwaizumi sangat pedas.
"Itu juga yang mau gue cari tau, kayak nih gue yakin ada alasan dari semuanya. Pertama alasan Sakura disiksa, kedua alasan si istri gak bisa lawan suaminya yang jatuhnya kayak biarin suaminya terus-terusan brutal ke Sakura, padahal Sakura anaknya. Hati seorang perempuan apalagi udah jadi ibu pasti kebanyakan bela mati-matian buat buah hatinya kan?"
"Sakura bukan anaknya kali," celetuk Tendo kemudian.
Tapi Semi langsung menampik. "Halah, gak mungkin. Kalau bukan anaknya ya tinggal dibuang aja lah, bahasa kasarnya gitu."
"Kalau bukan anaknya malah mending dicuekin aja gak sih? Gak usah diurus, apalagi ngeluarin tenaga ekstra buat mukul." Futakuchi juga menganggap omongan Tendo tadi kurang akurat.
Iwaizumi juga manggut-manggut, udara makin panas membuatnya melepas seragam, masih pakai kaos tipis warna hitam.
"Kalau gue jadi si tua bangka dan Sakura bukan anak gue mending gue kasih aja ke panti asuhan. Ya kan? Gampang. Ngapain ditaruh di rumah kalau cuma buat naik darah? Mau buang duit juga buat anak yang bukan darah daging? Ampas banget."
Tendo mendesis sebal. "Ya udah sih, anjir. Kan gue asal ngomong tadi. Kenapa malah jadi nyudutin gue?"
Kuroo tak mau masuk dalam argumen itu, jadi dia mengambil tempe mendoan yang baru mateng, lemes-lemes panas enak.
"Udah, bahas hal ini sampai sini dulu. Intinya kita udah tau mau ngapain, yaitu cari alasan si tua bangka dulu. Nanti bahas lagi sama anak lain." Kuroo menutup diskusi pagi ini.
Lalu petikan gitar Semi semakin jelas terdengar, disusul suara merdunya.
"Tak terasa gelap pun jatuh~
Di ujung malam menuju pagi yang dingin
Hanya ada sedikit bintang malam ini
Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya~"Tendo sudah siap ikut bernyanyi, dia melegakan tenggorokan dulu beberapa kali persis seperti bintang papan triplek, eh, papan atas maksudnya tuh.
Kalau Kuroo tersenyum geli melihat sosok Semi persis seperti pujangga dalam pencarian cinta. Iwaizumi mulai bisa menikmati nasi uduknya yang sejak tadi diabaikan, agar fokus pada pembahasan. Dan Futakuchi nambah gorengan pisang sambil sesekali menepuk pahanya sebagai musik tambahan.
"Lalu mataku merasa malu~
Semakin dalam ia malu kali ini
Kadang juga ia takut
Tatkala harus berpapasan di tengah pelariannya~"Semi cekikikan mendengar suara nyaring Tendo yang menyusul, namun tetap dibiarkan.
"Di malam hari menuju pagi~
Sedikit cemas banyak rindunya"Uuuuu.. uuuuu.. uu...~"
Mungkin juga sudah diketahui, pada siapa lagu itu Semi tujukan.
ㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤ■□■□■□■□■
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤㅤLagu 'Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan':
👇
ㅤㅤㅤ
---
Buat karakter Papanya Suga sama Sakura tuh bayangin lelaki tua random aja ya ges ya, gak mau ku kasih visual, udah keburu benci juga aku ke tua bangka itu 😁Bayangin lelaki yg kalian benci deh buat si Papa ini, biar enak bencinya
Salam,
zipidizi
---
KAMU SEDANG MEMBACA
TONGKRONGAN SENDAKALA
Fanfiction"Kita gak cuma anak geng motor, tapi kita bersama, jadi rumah untuk membasuh luka." - s - ! warning: • harshwords, frontal, abusive, kenakalan remaja (gak untuk ditiru) • pict from pinterest • characters from haikyuu!!