16. Lukanya, Luka Semuanya

57 7 11
                                    

🍁🍁🍁

Menerjang hujan rela sembilan lelaki itu lakukan demi sampai di apartemen Suna.

"Gila, mobil lo sempit banget, Teru!"

"Engap gue. Keluar dong, anjir! Udah sampai ini!"

Terushima mendengus sebal setelah keluar dari mobil, disusul delapan temannya yang langsung narik nafas sebanyak mungkin.

"Ya lo pada mikir lah ya. Ini mobil gak segede dosa-dosa kalian, tapi buat ngangkut satu pangeran dan delapan beban sekaligus. Gimana gak dempetan kayak terasi udang?!"

"Emang terasi udang dempet ya?" Dengan lugunya Bokuto bertanya.

"YA MANA GUE TAU! GUE BUKAN PENJUAL TERASI!" Disemprot emosi bonus air ludah dari Terushima.

Padahal sebenarnya bisa saja sih muat, toh dua di depan tadi ada Terushima yang menyetir dan Kuroo menahan emosi karena di belakang berisik. Di belakang mereka sebenarnya muat tiga, tapi tadi dipakai empat orang dengan mendusel, bisa sebenarnya cuma ... Bokuto, Iwaizumi yang punya badan gede malah satu tempat, Atsumu dan Oikawa di antara mereka seperti ayam geprek jadinya. Mana Bokuto ribut terus sama Iwaizumi.

Di paling belakang ambil hikmah aja, muat dua tapi dipaksa tiga buat Semi, Futakuchi dan Tendo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di paling belakang ambil hikmah aja, muat dua tapi dipaksa tiga buat Semi, Futakuchi dan Tendo. Sampai si Futakuchi harus dipangku Tendo. Makanya suasana mobil tadi panas, sumpek, tak karuan.

"Bukannya makasih udah pangeran pungut satu-satu. Cuih." Terushima berjalan lebih dulu memasuki gedung apartemen Suna.

Disusul yang lain, bodo amat Terushima ngambek, nanti juga baik sendiri. Toh mereka juga jengkel, padahal mobil Terushima yang lebih mewah dan gede ada, limosin pun dia punya. Tapi malah maksa pake mobil yang tadi.

Si paling pangeran, pangeran cebong kali. Cuih. ㅡbatin mereka suntuk berjamaah.

Btw, mereka sering sih main ke apartemen Suna, yang numpang tidur ada, numpang makan atau mandi juga ada, numpang kabur kalau lagi ribut sama emak juga ada, atau sekedar gabut dan bosan lalu pergi ke sini juga ada. Sudah seperti markas cadangan untuk sepuluh inti saja, ah, Sakura juga.

"Tolong ya ini jangan pengap part dua, naik lif-nya misah, tolong banget ini." Semi mengingatkan.

Soalnya dulu pernah, baru pertama kali ke sini naik lift langsung bersembilan, ditambah orang lain, sampai lift-nya menolak naik.

Jadi belajar dari kesalahan, mereka terbagi dua sekarang.

Hingga sampailah di lantai 10, selang beberapa detik mereka berkumpul lagi, berjalan bareng seperti rombongan sirkus. Orang di sekitar sedang berlalu lalang sampai terkejut, tak terbiasa melihat gerombolan lelaki jalan barengan di depan pintu-pintu kamar apartemen.

TONGKRONGAN SENDAKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang