24. Hide Freak 🔞

79 7 3
                                    

🍁🍁🍁

Tok! Tok!

"Ra, udah selesai mandinya?"

Namun tak ada sahutan selain keheningan yang monoton sejak setengah jam yang lalu, hampir satu jam Sakura di dalam sana.

Tentu Suna gelisah bukan main, pikirannya bercabang, haruskah dia memaksa masuk atau menunggu lagi?

Namun makan malam yang dia buat sejak tadi sudah pastilah dingin di depan televisi yang menyala tanpa ditonton, jam sudah menunjukkan enam petang lebih.

"Ra, gue masuk ya?"

Menunggu jawaban, hingga satu menit, barulah Suna menarik nafas dalam dan membuka pintu kamar mandinya yang tak dikunci, hanya untuk menemukan Sakura termenung dalam bathtub, sama persis seperti saat Suna tinggalkan satu jam yang lalu.

Walau panik, Suna mendekat dengan tenang. Duduk di luar bathtub, mengusap wajah Sakura untuk menyadarkan gadis itu.

"Ra, lo tambah pucat."

Tapi gadis itu masih diam saja.

Suna menghela nafas, susah payah memalingkan mata dari bathtub karena tak ada lagi gelembung sabun atau busa yang menutupi tubuh polos gadis itu.

"Keluar ya. Kita makan, gue udah buat makanan kesukaan lo."

"Rin."

Suara pertama yang terdengar sejak Sakura tiba di apartemennya sejak sore tadi, membuat Suna tersenyum tipis.

"Gue di sini, Ra."

"Gue belum mandi. Sejak lo bukain baju gue dan bawa gue ke sini, gue masih belum apa-apa."

Pssttt.

Wajah Suna langsung memerah, dia refleks memunggungi gadis itu, meski seharusnya sejak tadi sih.

"B-Bilang dong. Gue kira udah. Kalau gini kan gue gak usah masuk dulu."

Suna sudah mau bangkit, namun kaos pendeknya ditarik oleh jemari pucat milik Sakura yang menggigil, hanya satu detik karena tangan itu langsung terjatuh seolah tak ada tenaga lagi.

"Kaki dan tangan gue masih gak bisa gue rasain, mandinya gimana?"

Menggigit bibir dalamnya, Suna mati-matian berjuang agar tetap menjadi pria sejati. Mengenyahkan pemikiran lancang tak tahu diri.

Suna bergetar ketika bicara, "Mau gue yang mandiin lo?"

Dan mungkin kesadaran Sakura belum pulih karena masih tertinggal di rumahnya bersama insiden tadi sore, gadis itu mengangguk yang ditangkap oleh sudut mata Suna.

"Tolong ya, Rin. Sorry, repotin lagi."

Mengambil nafas dalam, Suna menatap kedua tangannya yang gemeteran sejak tadi.

"Hm."

Jadi Suna bertarung pada batinnya sendiri, dia angkat tubuh Sakura dari sana dan dipindah ke bawah shower untuk membilas sisa-sisa sabun karena berendam.

Suara air yang mengalir menjadi satu-satunya suara di antara mereka, Suna yang memang belum mandi namun basah karena hujan dan sempat kering pun akhirnya basah lagi. Di bawah shower yang sama, tubuh Sakura bersandar sepenuhnya pada Suna, membiarkan tangan kekar lelaki itu yang licin karena sabun mandi bergerak menyentuh punggung, bahu, leher, lengan, perut dan kaki gadis itu.

Telapak tangan Suna yang licin dan bersentuhan langsung dengan kulit basah terbuka milik Sakura, amatlah menggetarkan lelaki itu dari ujung kaki sampai ujung rambut, beberapa kali Suna menarik nafas. Sensasi air shower yang terus berjatuhan, menjadi pelengkap untuk Suna nyaris gila.

Ujian, Rin, ini ujian hidup. Tahan.

"Lo bisa ... pakai sabun sendiri buat daerah itu?" Suara Suna berat, cepat-cepat dirinya berdehem. Waduh, pertahankan kewarasan, Rin. Jaga nafsu, Rin. Lo kuat, Rin.

Gadis itu mencoba mengangkat tangannya untuk meminta sabun, dan Sakura untungnya bisa bergerak sedikit untuk menyentuh daerah pribadinya yang ada di bawah, sedangkan yang di atas harus Suna topang lengannya namun jemari milik gadis itu sendiri yang bekerja. Wajah Suna berpaling ke arah pintu dengan debaran yang pasti jelas Sakura rasakan, tubuh mereka tak ada jarak.

Berdehem sampai tak terhitung, dada bidang Suna rasanya sesak karena merasakan buah dada Sakura yang kadang tertekan ke arahnya atau bergesekan tanpa sengaja. Tolong, berikan penghargaan untuk Suna nanti kalau berhasil melewati tantangan hidupnya ini.

"Udah."

"Ekhem. Oke."

"Harusnya tadi sampo dulu, Rin. Gue biasa gitu."

"S-Sorry, mana gue ngerti. Lo juga gak kasih tau tadi."

"Iya, gapapa."

Jadi sampo baru dilakukan setelahnya, jemari panjang Suna bergelut dengan helaian surai hitam legam yang lembut dan basah milik Sakura. Ada sengatan yang semakin ingin menggoyahkan sisi kewarasannya, namun Suna tetap memegang prinsip lelaki sejati.

Jangan goyah, Rin. Iman lo kuat.

"Sabun muka."

Saat wajah gadis itu mendongak, Suna hati-hati menggosok pipi Sakura dengan busa yang semakin banyak tercipta. Amat telaten Suna membersihkan setiap jengkal wajah gadis itu, karena ada bekas luka yang perlu diperhatikan. Lalu ditutup gosok gigi.

"Lo gak sekalian mandi, Rin?" Pertanyaan yang amat lugu, nyaris membuat Suna semakin senam jantung.

"Nanti aja, Ra. Habis lo kelar."

Membawa Sakura ke atas wastafel di hadapan cermin rias, Suna membiarkan Sakura duduk di sana, mata Suna sempat terpejam saat menarik diri, lalu membukanya lagi untuk mengambil handuk serta pakaian.

"Lo persis kayak bayi," ujar cowok itu saat memakaikan satu persatu pakaian gadis itu.

Tentu yang sangat mendebarkan adalah saat memakaikan pakaian dalam ke tubuh sang gadis, sampai Suna berkali-kali memejamkan mata, dia membawa Sakura untuk bersandar padanya karena Suna perlu melihat cermin agar bisa mengaitkan bra berenda gadis itu. Ditutup kaos milik Suna berwarna hitam yang selalu akan kebesaran, tanpa celana, Sakura kelar akhirnya.

"Udah. Lo makan duluan, gue mau mandi, habis itu kita obatin luka lo ya?"

Sakura mengangguk, sekali lagi digendong oleh Suna hingga sampai di depan televisi dan tak membuang waktu akhirnya Suna tiba saatnya mandi.

Di dalam kamar mandinya, kali ini sendirian, Suna masihlah merasakan sensasi yang tertinggal di setiap jemarinya, menatapnya hanya membuat jemari-jemari itu semakin gemeteran.

"Shit." Suna terengah-engah setelah menahan sesak di dalam dada. Dirinya gerah, sampai pakaiannya terlepas semua begitu amat cepat. Suhu shower yang tadi hangat dia ubah menjadi dingin, namun dinginnya masih tak membantu.

Wajahnya merah padam tanpa bisa dicegah, Suna menutupinya dengan satu telapak tangan.

"You're driving me crazy, girl."


ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤ

■□■□■□■□■



ㅤㅤ

---
Gak sampe ninaninu sih emang, tapi tetep aja 🌚

Salam,
zipidizi
---

TONGKRONGAN SENDAKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang