🍁🍁🍁
"Bangsat!"
"Babi!"
"Brengsek!"
"Anjing!"
Umpatan itu menggelegar saat anggota inti tiba di markas lintasan balap, keadaan lintasan sangat memancing emosi mereka.
Bagaimana tidak? Banyak sampah berserakan, aroma tak sedap menguap di udara dari telur busuk yang berceceran, apalagi gudang ternyaman mereka jadi acak-acakan, banyak sekali tanda kalau tempat itu dipaksa masuk dilihat dari kaca jendela yang pecah berserakan.
Sebelum anggota inti tadi datang, sudah ada anggota tongkrongan mereka yang lebih dulu tiba. Mereka sudah membersihkan sebagian, tapi kekacauan masih dimana-mana. Bukti kalau markas mereka sudah dikacaukan sangat parah.
"Ketua!" Satu anggota bertubuh jangkung dengan surai abu terang dan mata hijau, Haiba Lev berlari mendekat. "Kita gak ketemu siapa pelakunya, saking kacaunya tempat ini, susah cari jejak orang yangㅡ"
"Bacot! Pasti ada jejak meski sedikit! Cari yang bener! Sekarang juga harus ketahuan siapa orang itu!" Terushima yang emosinya tak terbendung lagi. Dia bergegas bercampur dengan anggota yang lain untuk membereskan sekaligus mencari apa yang dia maksudkan; petunjuk si pelaku.
"Bersihin aja dulu tempat ini, kita bisa bahas pelakunya nanti," kata Kuroo yang diangguki semua anggotanya.
Berpencar ke segala sisi, semua anggota TONGKRONGAN SENDAKALA yang datang saat itu sibuk sekali. Ada yang bersih-bersih sambil emosi, ada juga yang totalitas membersihkan tanpa bacot sedikitpun, amat fokus.
"Kur, apa yang lo maksud tadi ada hubungannya sama ini?" Oikawa dengan kemoceng di tangan mendekat.
Kuroo yang baru selesai menarik beberapa barang keluar dari gudang pun menoleh. "Iya. Seperti yang gue bilang tadi, ada geng yang gak suka sama tongkrongan kita, bisa aja mereka mau hancurin kita, tapi gue gak tau dengan cara apa. Mungkin ini ancaman atau tantangan pertama dari mereka."
"Sebenarnya mereka dari geng mana?"
"Geng uler."
Oikawa mendelik, kemoceng di tangannya dia banting. "Bangke! Geng yang waktu itu nawarin kita buat gabung pas di lapangan waktu tahun baru?!"
Kuroo mengangguk.
"Gue gak terima kalau kita diam aja kali ini, Kur. Emang gue pernah bilang, sayang kalau wajah ganteng gue ini bonyok karena gelut. Tapi ... rumah gue, rumah anak-anak tongkrongan diusik kayak gini, sama aja mereka ngerusak identitas kita, Kur! Lebih sakit hati gue karena ini ketimbang biarin muka gue bonyok!"
Emosi Oikawa itu sangat terasa, sampai beberapa anggota menengok penasaran, tak ada yang mendekat kecuali anggota inti tentunya.
"Apa nih?" Iwaizumi lebih dulu bertanya.
"Ini ulah geng uler." Oikawa yang menjawab. "Mereka pasti masih dendam karena kita nolak gabung mereka, makanya main kotor begini."
"Jadi geng itu yang lo maksud tadi pas di rumah sakit, Kur? Geng mereka yang cari gara-gara?" Terushima ikutan naik pitam.
"Woi, ini jangan pada bilang mau adu jotos cuy!" Atsumu berdiri panik di antara mereka. "Gue gak setuju!"
Saat itu juga kerah bajunya ditarik oleh Terushima. "Rumah kita diganggu, Tsum!"
"Tapi cuma rumahnya kan?! Anggotanya, penghuninya, masih aman! Mereka terlalu cupu kalau mainnya kayak gini, Teru!" Atsumu balas menarik kerah baju Terushima, kali ini sepertinya Atsumu tak bercanda untuk mengajak orang ribut. "Itu aja udah jadi alasan, buat kita gak usah buang-buang waktu ladenin mereka!"
"Gue tim Atsumu." Futakuchi mengangkat tangan. Partner ribut ini malah sekarang di satu kubu yang sama. "Gue jujur emosi banget, pengen jotos mereka. Tapi selama anggota kita gak kenapa-kenapa, gak usah lah nekat gelut-gelutan. Itu udah beda urusannya."
"Main nyawa itu." Tendo pun sepertinya tak setuju dengan ide gila Terushima dan Oikawa. "Inget, tongkrongan kita bukan untuk hal bahaya begitu."
Beberapa sudah mengeluarkan opininya dan ada satu yang diam, Bokuto. Lelaki berbadan besar itu memang berdiri di sebelah Kuroo, sangat tegap. Tapi ekspresinya sangat serius, matanya menyala, entah tanda apa. Yang pasti, Bokuto lagi gak ngambek sekarang.
"Keputusan Kuroo yang ambil." Oikawa masih ngotot sepertinya. "Kur, gue gak masalah sama cara lo mimpin kita. Tapi kalau kali ini kita masih diem aja, mereka bakalan lebih sok kuat dari kita, Kur."
"Mereka bisa aja lakuin ini lagi dan lagi, besok dan seterusnya." Terushima pun sama. "Kalian kelas dua belas enak, hampir lulus beberapa bulan lagi. Kalau kita masih ada masalah sama geng uler itu, kemungkinan besar anggota yang kalian tinggalin yang bakalan kena imbasnya."
Bagaikan angin yang menampar mereka, perkataan Terushima membawa kesadaran; kalau TONGKRONGAN SENDAKALA tak hanya cuma mereka, kalau TONGKRONGAN SENDAKALA juga masih punya anggota yang suatu hari akan meneruskan jejaknya, masih ada calon anggota juga nantinya.
Kuroo menggertakkan gigi, tangannya mengepal. Pikirannya bergelut.
Dan saat itu, suara deru motor tiba-tiba terdengar, menarik perhatian mereka semua yang ada di sana.
Mata Kuroo membelalak kaget dan langsung berlari menuju motor itu yang dinaiki dua orang dengan keadaan babak belur.
"SEMI! SAKURA!!"
Teriakan mereka seperti menggetarkan tanah, ditambah gemuruh langkah kaki dimana-mana, panik membumbung amat tinggi menyambut kehadiran dua anggota mereka yang bonyok.
ㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤ■□■□■□■□■
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤ- new character -
Haiba Lev • 10 IPS 4
ㅤㅤㅤ
---
Menurut kalian, keputusan apa yang harus Kuroo ambil?
Berat banget beban ketua *pukpuk*Dan bisa ditebak itu geng lawan siapa?
Ah gampang banget 🐍Dari sini, persiapkan hati selapaaaanggg mungkin dan tahan emosi☺
Salam,
zipidizi
---
KAMU SEDANG MEMBACA
TONGKRONGAN SENDAKALA
Fiksi Penggemar"Kita gak cuma anak geng motor, tapi kita bersama, jadi rumah untuk membasuh luka." - s - ! warning: • harshwords, frontal, abusive, kenakalan remaja (gak untuk ditiru) • pict from pinterest • characters from haikyuu!!