14. The Habits

49 8 3
                                    

🍁🍁🍁

Jam tengah satu malam, Suna baru sampai di apartemennya, bersama Sakura.

"Cuma tiap weekend gue bisa ke sini, Rin."

Karena sang Papa saat hari Sabtu dan Minggu pasti pergi ke luar kota, urusan bisnis, rutinitas. Makanya Sakura bisa jadi manusia bebas dalam dua hari. Koushi yang tahu Sakura ke tongkrongan dan selalu mampir ke apartemen Suna pun mengizinkan, walau diberi banyak sekali amanat. Kalau sang mama, selama Sakura tak kenapa-kenapa maka tak ada interaksi.

"Buat lo nyaman, kayak biasa."

Suna menyalakan lampu, hingga segala isi ruangan apartemen miliknya terlihat. Didominasi warna hitam dan terkesan gelap, namun sangatlah membawa kenyamanan dan tenang.

"Gue laper, masak ya?" Sakura berjalan ke dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue laper, masak ya?" Sakura berjalan ke dapur.

"Seenak lo aja. Gue mandi dulu."

"Oke."

Membiarkan Suna masuk ke dalam kamar, Sakura memilih sibuk bersama alat-alat masak dan bahan makanan yang ada. Untungnya Suna termasuk cowok yang menyediakan segala kebutuhan di tiap bulan, jadi Sakura bisa menemukan berbagai bahan makanan di kulkas dan lemari.

Sebenarnya, Sakura tak terlalu pandai masak. Makanya sekarang dia membuka tutorial di Yxutube lewat ponsel yang disenderkan.

Memilih makanan berkuah karena udara malam ini cukup dingin, apalagi AC menyala, jadi Sakura ingin menghangatkan tubuhnya.

Kalau penasaran kenapa Suna tinggal di apartemen, alasannya karena orang tua Suna bekerja di Jepang, jadi daripada tinggal di rumah besar sendirian lebih baik di apartemen yang tak serepot mengurus rumah, meski apartemen Suna ini juga mewah.

Uang bulanannya juga datang dari orang tuanya yang selalu tepat waktu mengirim, kadang kalau Suna butuh uang tambahan juga dengan mudah dan cepat langsung ditransfer.

Enak? Bagi yang lain mungkin enak.
Tapi tidak dengan Suna yang sangat menginginkan kehangatan keluarga sederhana, tinggal sendirian itu terlalu sunyi.

"Masak apa lo?" Suara yang rendah terdengar, Suna datang bersama wanginya yang khas, seperti citrus yang melegakan indera penciuman.

"Mi kuah biasa aja sih. Biar anget juga."

"Enak tuh. Lo masak buat gue juga kan?"

"Iya, tenang aja. Gue masih tau utang budi."

Rambut Suna masih agak basah, jadi saat Suna berdiri di sebelah Sakura tetesan air dari rambutnya mengenai pundak sang gadis. Apalagi Suna menyisir dengan jari-jarinya yang panjang, air di rambut memercik ke wajah gadis itu.

TONGKRONGAN SENDAKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang