32. r i n

33 5 2
                                    

Backsound buat chapter ini:
Untukmu Aku Bertahan by Afgan

ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤ

🍁🍁🍁

Sakura sudah melewati masa kritis dan besok gadis itu bisa sadarkan diri, begitu kata sang dokter sebelum melenggang pergi.

"Sun, ayo masuk." Koushi mengajak.

"Lo duluan aja sama nyokap lo, gue nanti."

Koushi mengangguk, lalu dengan tenang menyusul sang Mama masuk dalam ruangan. Sakura boleh dijenguk, namun maksimal tiga orang dalam ruangan.

Mengingat apa yang Suna bisikkan ke Koushi tadi saat di parkiran sekolah, menjadi gerbang keberhasilan mereka dalam kasus ini.

"Sakura harus lepas dari bokap lo, Shi. Kita harus jeblosin bokap lo ke penjara. Di sini, kita kerja sama buat bebasin adik lo. Sekarang lo ke polisi, kasih bukti kejahatan bokap lo ke Sakura selama ini, bawa mereka ke rumah lo sama bawa ambulan, feeling gue gak enak banget. Gimana? Lo mau kan? Kita jaga Sakura bareng-bareng setelah ini, lo gak akan sendiri. Gue janji."

Menunduk, Suna mengusap kepalan tangannya. Dia lega, tapi belum sepenuhnya. Suna khawatir dan ingin sekali bertemu Sakura, ingin melihat gadis itu membuka matanya lagi secepatnya.

Sejak tadi sepuluh inti TONGKRONGAN SENDAKALA datang lebih dulu setelah mendapat kabar dari Suna, barulah Suna, Koushi dan Mamanya datang kemudian.

Semua sudah Suna ceritakan. Tercipta banyak perasaan yang menyatu; kesal, senang, lega, marah, kecewa, benci, sampai susah dijabarkan dengan kata-kata.

"Lo gak ngasih tau apapun ke kita kalau lo buat rencana sendirian, Sun."

Suna menatap Semi yang duduk di sebelahnya. "Sorry, itu aja gue kepikiran tiba-tiba. Toh, gue gak bantu banyak."

"Lo nyuruh Samu rekam kejadian di BK, jadi memperkuat si tua bangka sebenarnya emang gak peduli sama Sakura, sekaligus ngasih tau kalau si tua bangka bertindak brutal tadi sore tanpa alasan, karena jelas di rekaman lo kalau Sakura gak salah dan si bangka tau itu, tapi malah tetap hajar Sakura," celoteh Atsumu yang mendapat info itu dari Osamu juga.

"Tapi ternyata dia ngaku sendiri kalau dia lakuin semua tindakannya tanpa alasan, jadi video gue kayak ampas banget."

"Nope, Sun. Bayangin kalau si bangka gak ngaku, terus gak ada video lo. Terus dia hajar Sakura, pasti gak ada bukti dia lakuin itu tanpa alasan, dia bisa ngelak karena gak ada bukti terlihat. Paham gak sih?" Terushima meyakinkan temannya kalau tindakannya sudahlah benar.

"Intinya tindakan lo bagus lah, sedia payung sebelum hujan." Futakuchi langsung menarik garis besar saja, susah dijelaskan.

Kuroo berjongkok di hadapan Suna, menepuk pundak temannya itu. "Thanks, lo bisa jagain Sakura, tugas yang seharusnya gue lakuin tapi bisa lo wujudin, Sun."

"Lo juga kan yang nyuruh Koushi ke kantor polisi, buat dia akhirnya mau lawan bokapnya? Itu gak bisa kita lakuin tanpa adanya kepercayaan dari Koushi. Dia pasti percaya banget sama lo, karena lo juga udah kasih bukti bisa jaga Sakura hingga buat rencana kayak gini." Oikawa bertepuk tangan tanpa suara, jadi tangannya mengambang di udara sebelum bersentuhan.

"Koushi pasti mikir, 'sekarang tanpa bokap, gue bisa jagain Sakura, karena gue gak sendiri, ada Suna yang satu tujuan sama gue, meski anak tongkrongan juga ingin lindungi Sakura, namun nyatanya gak semua bisa kasih bukti nyata, cuma ada Suna' gitu kan?" Tendo nyengir, cosplay Koushi totalitas hingga suaranya tadi dibuat mirip.

Iwa geleng-geleng kepala, antara takjub dan percaya. "Misi yang harusnya kita kerjain bersama, bisa lo tuntasin sendiri, sama Koushi sih. Gila! Keren cok! Lo bisa lawan bahaya buat Sakura."

Bokuto tertawa dan menepuk punggung Suna berkali-kali. "Lo sejak kapan jadi sekeren ini? Tapi lebih keren gue sih. Hahaha!"

"Ketawa lo, anjir. Jangan berisik." Semi menendang kaki Bokuto. Lalu menatap pintu ruangan Sakura, ada perasaan aneh yang menyelinap masuk.

Sorry, Ra. Gue malah gak bisa bertindak apa-apa buat lo, gak kayak Suna.

🌅

Di jam besuk terakhir, hanya ada Suna sendirian yang menemui Sakura. Semua anak tongkrongan sudah masuk dan sekarang masih ada di luar.

Suna duduk di kursi yang ada di sebelah brankar, mata sipitnya menatap lekat-lekat segala macam alat medis yang membantu gadis itu untuk bertahan, lalu hatinya ngilu bagaimana perban dan kain kasa menutup luka-luka gadis itu, luka luarnya.

Hingga irisnya terjatuh pada pergelangan tangan Sakura yang diinfus, perlahan, Suna menyelipkan telapak tangannya hingga jemari mereka bertautan namun tak digenggam begitu erat.

"Ra, gue masih belum bisa tidur tanpa lo."

"Masih ada rooftop yang perlu kita kunjungi."

"Masih mau denger lo manggil gue 'Rin' lagi."

"Masih pengen cium aroma tubuh lo, bukan obat, Ra."

Menurunkan ciuman pada telapak tangan gadis itu, kedua matanya terpejam rapat. "Ada bahagia yang lagi nunggu lo. Jadi harus kuat lagi, bertahan lagi, berjuang lagi."

"Kalau ada yang buat lo sakit, gue siap nyembuhin lagi."

"Kalau lo masih terluka, gua akan langsung ngobatin lo lagi."

"Berapa kali pun lo jatuh, gue akan bawa lo terbang lagi."

"Gue gak akan biarin lo sendiri. Gue akan tetap di sini, bertahan juga buat lo, sampai waktu gak bisa hitung kebersamaan kita."

"Jangan takut gelap, jangan takut sakit, jangan takut terluka, jangan takut sendiri, jangan takut jatuh. Karena lo punya gue."

Suna menuntun telapak tangan gadis itu agar berada di atas rambutnya, dia genggam lembut di sana. "Besok, kita sambut takdir yang baru bersama, Ra."


■□■□■□■□■





---
Lirik di lagu 'Untukmu Aku Bertahan' bisa dibilang mewakili Suna 😊
Dari Suna untuk Sakura 🖤

Lagunya didengerin, sambil baca part Suna itu, aku emosional, mau nangis. Suna setulus itu....

Salam,
zipidizi
---

TONGKRONGAN SENDAKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang