20. The Truth Untold

32 5 3
                                    

🍁🍁🍁

"SAKURA!! JANGAN MATIII!!"

Entah kapan terakhir kali dirinya berlari begitu cepat sampai kesadarannya kalah dengan kakinya sendiri, entah apa alasannya menerjang lapangan begitu saja untuk sampai di lapangan yang bersebrangan dengannya tadi.

Entah karena apa tanpa perlu menunggu pergerakan anak PMR, malah kedua tangan kekarnya menggendong tubuh Sakura dan membawanya ke UKS langsung.

"SUNA! LO KERASUKAN APAAN, ANJIR?!" Namun teriakan Atsumu jelas sia-sia saja, tak sampai pada sang pemilik nama.

Hingga kegaduhan itu dihentikan agar upacara bisa berlanjut. Beberapa menit berlalu dan kegiatan awal di hari Senin itu kelar, barulah Semi bersama anak tongkrongan lain kompak menuju UKS dan menemukan Suna memangku satu kotak bubur.

"Belum sadar dia?" Semi bertanya, sembari mendekat.

"Belum."

"T-Tapi u-udah ... diperiksa kan?"  Suara dari seseorang yang baru datang dan terdengar lembut, Koushi ngos-ngosan karena berlari agar cepat sampai.

"Udah. Karena kelelahan dan banyak pikiran, jadi cukup istirahat aja dan gak perlu mikirin hal-hal berat."

Nasib baik di UKS sekolah mereka didatangkan perawat langsung dari rumah sakit, makanya UKS di sekolah ini juga di sebut Hospital Mini oleh murid-muridnya.

Suna bangkit, lalu mendekati Semi, berbisik, "Gue nolongin dia buat lo. Jadi bukan gue yang nolongin Sakura, tapi lo, Bang. Oke?"

Semi tertegun, menatap wajah Suna yang malah tersenyum tipis.

"Lo harus mulai deketin dia dari sini, kalau emang lo beneran suka sama Sakura," imbuhnya, memberikan bubur itu ke tangan Semi.

"Ah sebenarnya gue nolongin Sakura karena tadi Bang Semi nih yang nyuruh, kurang ajar emang, gue diancem buat lari secepat kilat." Suna berbicara begitu lantang di hadapan teman-temannya, lalu tertawa. "Nah, baru sekarang dia mau jagain Sakura."

Yang dengan lugunya dipercayai oleh mereka. Malah ledekan datang untuk Semi yang masih termenung.

"Cieee, bucin banget lo, Sem."

"Harusnya lo lah yang langsung nolongin Sakura, Sem."

"Kan dia paling payah soal lari di antara kita, anjir."

"Dia udah efforts meski nyuruh Suna, hahaha!"

"Lo mantep banget, Sun. Semi harus gaji lo sih ini."

Sisanya hanya tertawa geli.

Koushi menatap lekat-lekat adiknya yang masih terlelap, lalu menepuk pundak Semi. "Titip adik gue ya, gue ada ulangan harian di jam pertama."

"O-Oh, iya, iya."

Koushi pergi lebih dulu, disusul anak tongkrongan yang memang harus menjalankan hukuman mereka.

Semi bertatapan dengan Suna yang paling akhir pergi, namun tak ada kata-kata lagi. Dan bertepatan dengan itu, rintihan Sakura terdengar, membuat Semi mendekat dan memanggilnya, menuntun pada kesadaran.

TONGKRONGAN SENDAKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang