21. What He Said

29 4 3
                                    

🍁🍁🍁

Tak bisa terlalu lama Sakura berada di UKS, jadi satu jam sebelum bel istirahat berbunyi, Sakura kembali ke kelas. Guru sedang pergi, jadi para murid diberikan tugas dan dikumpulkan nanti.

"Ra ... kamu gakpapa kan? Masih ingat aku gak? Hinata Shoyoooo."

Sakura duduk di kursinya, menatap lelaki bersurai oranye yang bangkunya ada di depan mejanya itu.

"Astaga, inget, Shoyo, inget. Gue cuma mimisan, gak amnesia."

"Tapi tadi darahnya banyak, kamu juga pucat banget mirip bawang putih, eh, vampir."

Meski tak punya teman cewek, tapi di kelas ini ada satu temannya, Hinata Shoyo, anak ekstrakurikuler voli cowok. Sikapnya amat ceria, walau kadang sering bertindak bodoh, tapi Hinata sangat tulus mau berteman dengan Sakura saat yang lain menjauh.

"Untung tadi ada Kak Suna yang bawa kamu ke UKS."

"Bukannya Kak Semi ya?"

"Eh?" Hinata bingung.

Sakura juga bingung. "Kak Semi yang nolongin gue."

"Masa sih? Jelas Kak Suna kok, aku emang agak susah dikit dan butuh waktu beberapa detik buat bedain si kembar Miya, tapi kalau Kak Semi sama Kak Suna aku yakin gak salah bedain kok."

Hinata sampai menggaruk rambutnya, berpikir keras. "Rambut coklat gelap bentuknya kayak tenda, mata sipit, muka loyo tipes, bener Kak Suna, bukan Kak Semi, Ra."

"Tapi ...."

Ah sudahlah, nanti Sakura nanya langsung aja ke Suna, entah dirinya yang benar atau Hinata yang salah.

🌅

Di jam istirahat pertama Sakura tak menemukan Suna di antara anak tongkrongan, bahkan tak ada yang tau Suna kemana.

Jadi Sakura menebak kalau rooftop lah yang menyembunyikan seorang Suna Rintaro.

"Rin?"

Tepat, cowok itu ada di sana, seperti biasa, bersama rokok di bibir dan badan bersandar pada pembatas.

"Kenapa, Ra?"

Sakura mendekat, menatap cowok itu lekat-lekat. "Yang bener mana? Kak Semi yang nolongin gue atau lo?"

Tak terusik, mata lelaki itu tetap lurus ke depan, tak menatap Sakura yang sudah ada di sebelahnya.

"Yang Bang Semi omongin ke lo, itu yang bener."

"Tapi Shoyo bilangㅡ"

"Omongan Hinata lo percaya?"

"Tapi yang lain juga ngomongnya lo kok yang nolongin gue, bukan Kak Semi, gue denger di lorong."

Tertawa kecil, Suna menarik rokok di bibirnya hingga asap itu mengudara. "Kalau pun gue yang nolong, gak ada bedanya."

"Tapi kenapa gak jujur aja? Malah bilangnya Kak Semi?"

"Soalnya dia pasti pengen nolongin lo, jadi gue yang wakilkan. Gitu. Sederhana aja, Ra. Meski dia gak nyuruh, tapi gue tau dia pasti mau nolongin lo. Gue yang peka, jadi gue yang gerak. Karena Bang Semi paling gak bisa lari, dia ada asma."

TONGKRONGAN SENDAKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang