26. White Swan

29 5 3
                                    

🍁🍁🍁

Pagi ini, untuk pertama kalinya, Sakura membuka mata lebih dulu.

Menemukan Suna yang terlelap dalam pelukannya, wajahnya begitu tenang dengan hembusan nafas yang teratur.

"Gue baru sadar, lo ganteng juga ya, Rin."

Mengingat ciuman tadi malam, Sakura menyentuh bibirnya yang cukup bengkak. Ciuman pertamanya diambil oleh Suna, jika saja lampu apartemen tak tiba-tiba mati saat itu bisa saja keduanya diambil alih oleh gairah yang tiba-tiba melonjak.

Untung Suna masih memegang prinsip pria sejatinya, jadi hanya bibir keduanya yang bertemu, ada canggung setelahnya. Namun Sakura yang nakal, sebelum tidur malah mencium Suna lebih dulu di atas ranjang, lima menit keduanya bercumbu. Barulah Suna tertidur di posisi ternyaman kesukaannya, hingga di jam setengah enam pagi ini.

"Rin, lo juga ada belek sama ilernya nih."

Jemari Sakura menelusuri sisi wajah lelaki itu, membuat Suna merintih pelan dan semakin erat menyembunyikan wajahnya di antara buah dada Sakura.

Karena Suna selalu membiarkan Sakura tidur nyenyak dan bangun sendiri, jadi sekarang giliran Sakura melakukan itu untuk Suna. Meski hari ini masih harus berangkat sekolah, jadi Sakura memasang alarm agar berbunyi di jam enam tepat nanti, buat jaga-jaga kalau dirinya kembali tidur sambil menunggu Suna.

🌅

Motor sport putih milik Sakura juga sebenarnya terparkir bersama motor Suna di apartemennya, tentu, tak mungkin Sakura membawa kuda besi itu ke rumah. Bahkan sang Papa tak tahu kalau Sakura ikut dalam tongkrongan sampai jago geber motor.

"Lo yakin gak bonceng gue aja?"

Gadis itu menggelengkan kepala. "Keadaan gue udah sembuh kok. Bekas lukanya aja masih nyeri, dikit. Tapi tenaga gue udah pulih."

Memakai helm hitam, Suna lebih dulu naik ke atas motornya. "Oke. Santai aja bawanya. Kita mau ke rumah Kuroo dulu, gakpapa?"

Disusul Sakura yang menunggangi kuda besi putihnya. "Tentu."

Menyalakan mesin selang beberapa detik, kedua motor sport itu pun meninggalkan parkiran. Sakura lah yang berada di depan, dengan kecepatan rata-rata, di belakangnya ada Suna yang mengikuti setiap gerakan motor gadis itu layaknya bayangan.

Udara yang lembab sisa hujan tadi sore hingga malam masihlah ada, musim penghujan benar-benar sudah setia, hingga mendung hampir setiap hari, gerimis makanan sehari-hari dan hujan bertandang dari sore hingga malam hari. Tak ada lagi panas, kali ini hujan yang menuangkan rindu sepuasnya pada bumi.

Tak makan waktu lama, lima belas menit Sakura dan Suna sampai di halaman rumah Kuroo yang luas, bergabung bersama motor lainnya dari sepuluh inti.

"Widihhh! Tambah beringas aja lo, Ra." Atsumu menyambut, memberikan tos.

"Gak kelihatan cewek lemah nih, seriusan kita gak salah lindungi cewek?" Iwaizumi meledek, lalu mengusap puncak kepala gadis itu yang sudah terlepas dari helm.

"Rok lo kependekan, Ra. Buset dah, paha lo jadi kemana-mana." Oikawa malah salah fokus. Dasar mata buaya, aktif banget.

Sakura tertawa saja, perasannya selalu baik setiap kali bersama mereka, tak salah, meski mereka banyak dibenci di sekolah namun mereka juga lah yang menciptakan kehangatan dan kebahagiaan untuknya.

"Kurtet mana? Dandan?" Suna yang bertanya setelah memangku helm di atas motor.

"Ngurus rambut paling, kan sebelas dua belas sama Burhan nih." Terushima yang turun dari motor menyenggol badan gede milik Bokuto di  atas motor.

"Rempong cucok meong ya~" Tendo jadi slay. Pura-pura mengusap rambut layaknya digerai sampai bahu. "Eike mah pake pomade-nya nanti yeu, kalau sampai di sekolah, chu~"

Futakuchi terbahak nyaris melemparkan helm. "Cocok lo malem minggu di lampu merah sambil gendong gitar kotak, Ten."

Tawa Atsumu menggelegar, otaknya langsung membayangkan. "Pagi Tendo, malem Tania. Hahahaha!!"

"Bangsat, Tania!! Hahaha!" Mengundang Oikawa ikut meramaikan tawa.

"Weh lucuuu! Humor gue yang gak beres apa emang ini lucu? Hahahaha!!" Bokuto nyaris terjungkal dari atas motor.

"Lagian nanti juga pakai helm, rambutnya bakalan gak berbentuk lagi, tapi rajiiinnnn banget diatur." Semi tak habis pikir.

Harusnya seperti Tendo dan Terushima yang membawa pomade dan memakainya nanti kalau udah di sekolah, jadi kan gak harus double ngurus rambut. Tapi entah kenapa Kuroo hobi sekali pakai pomade dari rumah, kayak Bokuto. Keempat cowok itu memang punya gaya rambut nyentrik, mirip duri landak, ekor ayam, pokoknya ujungnya dibuat runcing seperti mulut tetangga.

"Yoshhh! Pagi para rakyatku~" Suara berat dari orang yang jadi bahan ghibah datang, Kuroo bersama rambutnya yang berkilauan.

"Itu rambut kena badai juga tetap tegak paripurna ya." Iwaizumi mencibir.

"Harus lah, tetap sedia setiap saat, kayak toko sembako." Kuroo sumringah, lalu tambah tersenyum lebar mendekati Sakura. "Pagi, adik~"

"Pagi, Kak."

"Makin cakep aja lo, pasti yang naksir banyak."

Semi melirik.

Suna buang muka.

Yang lain saling pandang.

"Jangan kaget kalau di antara mereka ... para curut ini ada yang demen sama lo, Ra."

Semi mendelik, meski namanya tak disebut, tapi dia tetap tersindir. Kuroo yang melihat itu malah tertawa, lalu mengusap pipi Sakura yang terdapat lebam.

"Tapi buat sekarang, keamanan lo yang terpenting."

Sakura mengerti sikap peduli Kuroo padanya, itu menghangatkan hatinya, jelas.

"Hari ini kita jangan telat." Semi yang pertama menyalakan mesin motor. "Bosen dihukum."

Alasan sebenarnya karena ada Sakura kali ini, kalau telat dan mendapatkan ganjaran pasti akan sampai ke telinga si tua bangka, nanti masalah lagi, Sakura kena lagi.

Jadi Suna menyusul menderu mesin motor setelah memakai helm, disusul yang lain.

Kuroo lah yang memimpin, di belakangnya ada Bokuto, lalu Sakura, barulah yang lain mengikuti, paling belakang selalu Futakuchi.

ㅤㅤ

ㅤㅤㅤ

■□■□■□■□■


ㅤㅤ

---
Sakura udah kayak ratu di antara anggota inti ya ges ya 😌

Salam,
zipidizi
---ㅤ

TONGKRONGAN SENDAKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang