15. Obrolan Pagi Hari

42 7 1
                                    

🍁🍁🍁


Dari banyaknya mimpi yang datang, ada satu mimpi yang seringkali menyapa Sakura dalam tidurnya.

ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤ

Mimpi itu memperlihatkan Sakura berdiri di tepi pembatas rooftop sekolah, tanpa rokok di bibirnya, terasa dingin. Lalu pelukan yang familiar datang dari belakang, disusul ciuman bibir yang lembut dan lebih nyaman di bibirnya ketimbang rokok. Lelaki itu membisikkan kata-kata yang selalu gagal Sakura ingat ketika bangun.

ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤ

Pagi ini, Sakura baru saja membuka mata, menatap langit-langit kamar apartemen Suna dan tak melihat kehadiran cowok mata sipit itu di sebelahnya. Kebiasaan, Suna akan bangun lebih dulu.

"Udah bangun lo?"

Sudut mata gadis itu bergerak, menemukan wajah Suna yang basah namun pakaiannya masih sama seperti tadi malam.

"Rin, gue mimpi itu lagi."

"Ada yang beda dari biasanya? Lo udah inget apa yang cowok di mimpi lo omongin?"

Sakura menggelengkan kepala, lalu menarik selimut hingga menutup wajah. Berharap bisa tidur lagi, melanjutkan mimpi dan mencari tahu jawaban dari rasa penasarannya.

"Gak mau sarapan? Mau lanjut tidur aja?"

Langkah kaki Suna mendekat, lalu duduk di sebelah tubuh Sakura yang masih berbaring.

"Di luar hujan, Ra. Hujan kedua di bulan ini. Kayaknya jadi tanda kalau musim hujan akhirnya beneran dateng, dan musim panas udah kelar kangennya sama bumi."

"Bahasa lo, kayak Dilan banget."

"Hahaha. Dilanda musibah kalau gue mah."

Sakura tertawa begitu mudah, lalu akhirnya merubah posisi menjadi duduk. Tak mau mandi, toh sudah mandi kan tadi malam. Ini juga masih jam delapan pagi, tak berkeringat juga. Salah satu alasan kenapa sebelum tidur pasti Sakura dan Suna mandi, biar paginya santai.

"Sarapan gak nih?" Suna berdiri, mengulurkan telapak tangan, memberi kode biar digandeng.

Sakura tahu maksudnya, jelas banget terlihat. Jadi Sakura genggam telapak tangan cowok itu yang masih sedikit basah karena air.

"Gue ada belek sama iler gak, Rin?"

Suna menyipitkan matanya, sampai tak terlihat itu bola mata kemana.

"Ada nih. Jelas banget." Tanpa jijik, jemari cowok itu bergerak ke sudut mata Sakura, mengambil kotoran mata di sana. Lalu jemari tangan yang lain juga mengusap sudut bibir gadis itu. "Jorok lo."

"Lo juga pasti belekan sama ngiler! Cuma gak ketahuan gue aja, kan lo yang selalu bangun duluan."

Jadi Sakura memilih cuci muka saja, Suna lebih dulu keluar kamar menuju dapur, makan lagi. Perut gampang banget kosong dan laper, harus makan berapa banyak coba biar kenyang seharian nanti?

Memilih menu bubur saja, biar mudah dicerna. Apalagi cuaca sedang hujan di luar, pasti nikmat makan bubur hangat.

"Rin, gue nyalain musik ya. Biar gak sepi."

"Iya, Sakuraaa. Kan udah gue sering bilang, seenak lo aja."

"Siapa tau lo gak mood sama yang gue mau sih, jadi kan nanya dulu, biar sopan juga. Gini-gini gue tau sopan santun."

"Iya, cantik, iya. Terserah."

Mungkin tak mau mendengar suara gadis itu yang berisik kalau pagi hari, jadi Suna menanggapi demikian, tanpa maksud apapun. Sakura juga tidak baperan, dia malah santai memilih lagu di playlist laptop cowok itu, lalu disambungkan ke speaker berukuran sedang. Sakura selalu suka lagu-lagu di playlist Suna, punya vibes LAKIK gitu.

TONGKRONGAN SENDAKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang