34. 4 + 6 = 10

29 5 1
                                    

🍁🍁🍁

Sekolah memang jadi berbeda saat mendekati akhir semester, apalagi tidak adanya kelas dua belas di jam istirahat karena pulang cepat habis ujian. Ada kesan kosong.

Sepuluh inti TONGKRONGAN SENDAKALA pun dalam formasi tak lengkap, cuma ada kelas sebelas saja; Suna, Atsumu, Terushima dan Futakuchi.

Di meja pojok itu, tak ada lagi gaduh dari Bokuto yang suka ketawa sambil gebrak meja, tak ada cewek yang berani mendekat kalau tak ada Oikawa, sepi tanpa petikan gitar Semi dan nyanyian Tendo, lalu obrolan hanya topik biasa karena tak ada Kuroo.

"Cih, gila, ini kita sisa empat?" Futakuchi berkali-kali menghitung, denial.

"Jadi empat inti dong, anjirlah." Terushima hanya mengaduk sedotan pada gelas.

Atsumu sih terlihat santai makan mi ayam, walau menyembunyikan isi dadanya yang ditinggalkan kekosongan.

"Kalau senior kita lulus, katanya beberapa gak akan ikut kumpul lagi." Suna yang memang paling tahu seperti biasa. "Bang Semi mau kuliah di Bandung, paling balik ke sini kalau libur panjang."

"Ho'oh, gue denger Oikawa malah mau kuliah di Argentina. Bukan beda kota, ini beda negara cok." Futakuchi akhirnya makan gorengan, kali ini gorengan tahu bakso.

"Bokuto sama Iwa juga lanjut kuliah masih di kota ini sih, mungkin mereka berdua yang paling sering ikut nongkrong di markas." Terushima yang berkata.

"Tendo lanjutin toko cokelat mamanya ya katanya, keren sih langsung ngurus duit. Tapi katanya kalau ada waktu luang, dia juga bakalan ikut gabung sambil bawa cokelat kayak biasa."

Atsumu melirik Futakuchi yang tampak kagum pada Tendo, lalu Atsumu menghela nafas. "Kalau Kuroo mau masuk pelatihan buat jadi polisi, kayak Pamannya. Dipikir, mereka udah mulai pada pinter ya, mulai susun hidup buat masa depan. Gak nyangka aja gitu paham gak sih?"

Suna mengangguk beberapa kali. "Iya, padahal tiap hari kita hampir bareng terus, nakal, dihukum, kayak anak gak punya masa depan, bahkan kita gak pernah bahas hal rumit buat menyambut hidup setelah lulus sekolah. Tapi nyatanya, kita masih peduli sama jalan yang mau kita ambil nanti. Udah ada planning tanpa perlu diumbar."

"Kita do'ain mereka sukses versi masing-masing deh ya." Terushima ingin menyudahi momen sendu dan galau ini.

Walau mungkin ke depan nanti anggota tongkrongan akan bertambah, tapi sepuluh inti tetaplah sepuluh meski nyatanya sekarang yang masih sering kumpul ada empat orang, namun dalam sejarah TONGKRONGAN SENDAKALA sudah tercatat siapa saja nama kesepuluh anggota inti yang menjadi awal sebuah nyawa.

🌄

Di markas siang ini, cuma ada enam lelaki yang masih memakai seragam putih abu-abu; Kuroo, Bokuto, Oikawa, Tendo, Iwaizumi dan Semi.

Kesan sunyi dan kosong pun mereka sama rasakan di dalam gudang itu, tak ada keributan bising antara Atsumu dan Futakuchi, omelan menyebalkan dari Terushima tak terdengar lagi, juga hilangnya aroma kopi yang selalu Suna seduh hingga membuat Bokuto mual-mual.

"Nanti yang jadi ketua Futakuchi kan? Dia yang akan ngurus anggota angkatannya, adik kelas sekarang sama mungkin nanti adik kelas baru." Oikawa duduk di kursi yang berputar.

"Iya. Meski mereka tetep anggap gue ketua, tapi gue juga mau ada ketua baru selama ada tongkrongan." Kuroo memilih duduk di jendela, menikmati angin yang hilir mudik.

"Kalau mereka tahun depan lulus, tapi tongkrongan masih ada, berarti anggota inti udah habis ya." Bokuto sudah lama memikirkan ini, dirinya berbaring di atas sofa.

Iwaizumi yang biasanya melepas seragam atau menggulung lengan, kali ini malah seragamnya masih rapi. "Nanti tongkrongan itu udah kayak tongkrongan biasa. Dimulai kita yang akan lulus nanti, gue yakin sepuluh inti gak akan pernah kumpul lagi dalam formasi lengkap setelah itu. Paling kalau ada reuni pun kalau masih dikasih umur dan waktu luang."

Tendo yang lagi makan cokelat jadi berhenti mengunyah. "Tapi cerita kita selama ini di tongkrongan akan tetap ada, walau dalam bentuk memori ingatan dan kenangan. Btw, Suna kan biasanya ngambil foto dan video kita kalau lagi kumpul, nanti minta aja."

Semi yang biasanya memetik gitar pun kali ini benda itu ditaruh begitu saja di sebelahnya, untuk dia bersandar. "Gue jujur belum siap pisah sama kalian."

Satu kalimat yang sebenarnya juga dirasakan oleh semua anggota inti TONGKRONGAN SENDAKALA namun tak ada yang berani mengatakannya, karena mereka tahu ... ada rasa yang dinamakan sedih yang akan langsung menyapa kalau kalimat itu terdengar dan Semi yang mengundang sedih itu untuk menyelimuti.

"Baru kemarin gue sama Kuroo rebutan mangga, tawuran kertas sama kaos kaki, terus kita berdua ngubek-ngubek satu sekolah buat nyari kalian sampai kita jadi sepuluh inti."

Tersenyum kecil, Kuroo menatap teman-temannya. "Baru kemarin TONGKRONGAN SENDAKALA dibuat, kita kenalan, lalu gayaan naik motor barengan, nyoba balapan. Waktu kita kelas sepuluh, kita juga udah buat cerita, awalnya enam inti lalu tahun berikutnya kita ajak empat inti yang lain sampai sekarang ada sepuluh inti dan akan kekal cuma sepuluh anggota inti, saat itu kita bener-bener menghidupkan TONGKRONGAN SENDAKALA."

"Sampai beberapa bulan setelahnya, gabung anggota baru, ada degem-degem. Sampai sekarang kita udah lewati gak cuma satu cerita, banyak sampai gak bisa ditulis semuanya." Oikawa terkekeh.

"Nanti di masa depan, kita wajib kumpul lagi ya?" pinta sang ketua yang pastinya akan dituruti oleh mereka semua.

Hingga pekatnya kelabu membahas tongkrongan mulai pudar. Seluruh pasang mata lelaki itu berkerja amat cermat, meneliti setiap momen yang terjadi layaknya slow motion dalam sebuah film. Setiap tawa, mata yang terpejam, guratan halus di wajah, hingga rangkulan tangan-tangan kekar itu terekam amat indah di memori mereka semua.

ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤ

■□■□■□■□■

ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤ

---
Mari bayangin mereka nanti gak bersepuluh lagi kedepannya ಥ_ಥ
Tapi tetep tim 10 intiiii 🧡

Salam,
zipidizi
---

TONGKRONGAN SENDAKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang