22. Para Pendapat

27 4 3
                                    

🍁🍁🍁

Di jam istirahat kedua Semi mengajak Suna bertemu, hanya berdua di gedung baru yang masih kosong.

"Sun, maksud lo apa sebenarnya?"

"Kan udah jelas, gue lakuin itu buat lo."

"Tapi gue sampai bohong ke Sakura, meski ... niatnya gue mau jujur ke dia, tapi gue malah kebawa suasana."

Suna bersandar pada tembok yang masih menguarkan aroma cat baru walau sudah kering, menenggelamkan tangan pada saku celana.

"Santuy elah, Sakura tau kok, gue juga udah jelasin ke dia."

"Terus?"

"Dia biasa aja, entah gue atau lo yang nolongin, gak ada arti penting buat dia. Tau sendiri dia gimana kan?"

Mengacak-acak surai abunya, Semi malah puyeng. "Kalau gini caranya, gue malah malu, anjing."

"Terus maju aja. Gue udah bilang ke Sakura kalau yang gue lakuin buat dia itu karena lo dan dia ... agak percaya, jadi lo harus lanjutin PDKT lo itu."

Suna menepuk pundak Semi, menyalurkan keyakinan. "Jangan mundur lah sebelum berjuang, anjir. Gak ada kerennya lo."

"Sialan. Gue gak akan mundur." Menepis tangan itu, Semi mengambil nafas dalam. "Thanks lah, Sun. Lo mau dukung gue sampai bohong ini itu bahkan ke Sakura."

"Hm."

"Eh tapi, dia masih gak tau kan kalau gue suka dia?"

Suna menatap ke arah lain sebentar, lalu mengangkat ibu jarinya di depan wajah Semi. "Aman."

Membuat lelaki bersurai abu itu nyengir, meski ada yang mengganjal hatinya. "Nanti kalau gue udah jadian sama dia, bilang aja mau kopi apa, gue beliin, janji."

"Nipu bokong lo kelap-kelip."

"Anjir. Lampu disko kali ah bokong gue."

Keduanya melempar tawa, lalu berjalan bersama meninggalkan gedung yang sepi itu. Di tiap langkah selalu ada cerita dari Semi dan telinga Suna setia mendengarkan.

🌅

Sedangkan di warung belakang, delapan cowok itu nangkring ganteng karena jam kosong benar-benar memanjakan para murid. Guru akan masuk lagi nanti satu jam sebelum bel pulang, nanggung emang.

"Jadi gimana menurut lo pada? Suna beneran naksir Sakura juga gak?" Dengan topik pembahasan kali ini datang dari Atsumu.

Kuroo menyeruput kopi kalengan. "Engga sih. Dia kalau beneran suka sama Sakura pasti langsung jujur ke Semi yang notabenenya orang paling dia hormati."

"Setuju tuh." Terushima di kubu yang sama. "Lagian tindakan Suna tadi pagi masuk akal. Meski mungkin aja Semi gak nyuruh, tapi gue yakin alasan Suna lakuin itu buat Semi yang naksir Sakura."

"Ibaratnya, Suna jadi jembatan di hubungan mereka. Gitu kan?" Futakuchi menyimpulkan. Lalu mengambil satu mangkok lontong sayur.

"Kita semua kan tau Semi naksir Sakura, terus Semi punya asma. Gue kalau lihat cewek yang gue suka lagi pingsan gitu dan bisa lari kenceng juga pasti jadi kayak Suna, tapi kalau gue gak bisa lari pasti gue nyuruh temen gue buat lari, gantiin gue, entah gue nyuruh atau enggak." Iwaizumi pun tim yang berbeda dari Atsumu.

Tendo sih lagi mikir dulu sambil makan permen milkita sunduk rasa cokelat.

"Gue tim si kuning berarti." Oikawa menepuk bahu Atsumu. "Kek apa ya, kan Semi naksir Sakura dan misal gue juga suka sama tuh cewek, terus ada kejadian tadi pagi, pasti gue akan langsung nolongin dia, buat diri gue sendiri."

Bokuto tim mendengarkan saja, tak mudeng pada pembahasan, yang dia pilih sih tim yang berbeda dari Atsumu dan Oikawa. Males mikir juga lah.

"Gue tim maju sengol sana sini buat cewek yang gue suka, gak peduli itu temen gue, atau sepupu gue. Masalah hati cuy, gue gak main-main." Oikawa yang dikenal suka mepet anak perawan bilang begitu. Bisa dipercaya tidak?

"Buaya mah pinter ngomong doang, bukti kagak ada." Kuroo mencibir.

Barulah Tendo ikut dalam obrolan. "Gue tim Atsumu juga sih. Walau cuma satu persen, tapi Suna suka sama Sakura kayaknya bisa aja. Kalau tindakan Suna tadi pagi cuma buat memperlancar Semi aja, itu terlalu efforts sih. Dia kan sampai dapet hukuman double."

"Gimana gak double, nyelonong di depan pembina upacara yang lagi kasih amanat cuy." Atsumu cekikikan mengingat aksi tadi pagi.

"Apa itu menyebrangi lautan? Menyebrangi lapangan lah jamannya sekarang." Dibuat riuh Oikawa yang ikut ketawa. "Pelopor, Suna Rintaro."

"Jadi inti dari diskusi ini tuh lebih banyak nganggap tindakan Suna wajar ya?" Bokuto nimbrung sambil menggaruk rambutnya.

"Yoi. Biasa aja lah bagi gue mah tindakan Suna tuh, bisa dipahami gitu lho." Futakuchi menimpali. Nambah makan, pisang goreng tercinta.

"Beda cerita kalau Semi sama Suna gak ada hubungan erat, kalau Suna gak hormat banget ke Semi, kalau Semi gak ngasih tau kita semua kalau dia suka Sakura. Baru tuh ... bisa disimpulkan Suna suka Sakura dan ngelakuin tindakan heroik tadi pagi karena ada rasa." Iwaizumi kembali bicara yang disetujui lainnya.

Atsumu, Oikawa dan Tendo tetap pada pikiran mereka; Suna suka juga sama Sakura.

"Lagian nyesek banget kalau emang Suna suka Sakura tapi bertindak kayak tadi pagi buat Semi, kayak pahlawan kegelapan, anjir." Terushima sih tak mau di posisi seperti itu, ngenes.

"Iya ya. Ngalah buat sepupu. Beuhhh, sakit hati gue." Dengan gerakan menyentuh dadanya sendiri, Bokuto sangat mendalami peran.

"Siapa tau Suna tim cowok-cowok yang pegang prinsip mencintai tak harus memiliki." Tendo semakin membuat Suna seperti perlu dikasihani.

"Lakik mah harus ngejar lah secara ugal-ugalan buat ayang." Iwaizumi memegang prinsip ini.

Dan tak lama, para pemeran dalam obrolan siang ini datang, Suna dan Semi bergabung membuat perbincangan mereka berubah ke arah lain.



■□■□■□■□■

ㅤㅤ

---
Kalau kalian sih gimana nih? Punya pendapat sendiri?
Apa masuk tim atsumu atau tim kuroo?

Salam,
zipidizi
---

TONGKRONGAN SENDAKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang