37. A Thief

30 6 2
                                    

🍁🍁🍁

Tengah malam, keduanya terjaga, berbaring dan saling berhadapan.

Jemari Suna sudah sejak tadi berada di sisi wajah gadis itu, memberikan usapan berkali-kali. Sedangkan Sakura menggengam telapak tangan Suna yang lain di bawah pipinya.

"Rin, kamu yang pertama dan aku harap cuma kamu satu-satunya."

Suna tahu, saat dirinya berhasil 'masuk' pun teramat jelas terasa dan terlihat. Kalau Sakura menyerahkan mahkota menakjubkan itu untuknya. Meski bibirnya tak mengucap, namun hatilah yang paham; Akan aku jaga mahkota kamu, Ra.

"Kamu juga yang pertama buat aku, Ra."

Tanpa dusta, itulah kenyataannya. Suna berterima kasih pada beberapa video dewasa yang memberi ilmu, dia bisa menerapkannya pada satu perempuan di hadapannya ini.

"Terus ... sekarang kita apa?"

Tak tahu. Suna tak menemukan jawaban dari pertanyaan lugu perempuan itu. Alasannya satu; Semi Eita. Akan semarah dan sebenci apa lelaki bersurai abu itu kala tahu wanita yang dicintai dan sedang diperjuangkan malah Suna rampas, akan sehancur apa Semi ketika sepupunya sendiri yang bisa hidup karena keluarganya malah mengkhianati?

Suna ambil ciuman pertama Sakura, mahkota Sakura, juga ....

"Aku suka sama kamu, Rin."

Hati Sakura.

"Harusnya aku nunggu kamu aja yang ngomong gitu, tapi gakpapa. Aku mau kamu tau, kalau aku cuma mau satu cowok buat jadi pasangan aku, yaitu kamu."

Senyum manis di bibir perempuan itu harusnya bisa menarik kedua sudut bibir Suna juga, namun nyatanya lelaki itu cuma terdiam, hanya sepasang netra yang bergerak pelan lalu mengerjap beberapa kali.

"Lapar gak, Ra?"

"Eh, hmm, iya. Kita belum makan sejak sore."

Bangkit perlahan, tubuh telanjang Suna membuat sang bulan yang menyorotkan sinar ke dalam kamar itu harus rela ditutup awan yang lewat, malu, mungkin.

Jadi Suna mengambil pakaian ganti di lemari, cukup cekatan dan cepat, tak makan waktu lama lelaki itu membuka pintu dan keluar menuju dapur begitu saja.

Meninggalkan Sakura yang baru saja terduduk, menahan ngilu di bagian intim tubuhnya. Bahkan kakinya masih terasa kebas, tak bisa Sakura rasakan sepenuhnya.

"Bisa jalan gak ya?"

🌄

Di depan televisi yang menayangkan film tengah malam, Sakura harus Suna gendong tadi karena terjatuh beberapa kali saat mencoba berdiri.

"Ra?"

"Iya?"

"Lo tau Bang Semi suka sama lo kan?"

Lo? Dan Kak Semi?

"Hmm, kenapa bahas itu sekarang?" Ada nada suara yang datar, bahkan rona merah yang sejak tadi terhias bersama senyuman manis sudah hilang dari paras sang perempuan. Dingin, seperti Sakura yang biasanya.

"Jadian aja sama dia, Ra. Nanti dia mau nembak lo pas pesta kelulusan. Dia khawatir lo mau gak diajak LDR, tapiㅡ"

Brak.

Tangan perempuan itu terhempas bersama sendok yang ditekan ke atas meja, sorot matanya terlalu tajam untuk menatap seorang Suna Rintaro.

"Setelah apa yang kita lakuin tadi, lo bisa ngomong kayak gitu?"

TONGKRONGAN SENDAKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang