30. Hancurnya Pengagum Semesta

34 3 0
                                    

🍁🍁🍁

Akibat masalah yang sudah terjadi, Sakura diperbolehkan pulang lebih cepat, satu mobil bersama sang Papa, tanpa Koushi yang memang harus kembali pada pelajaran.

Namun saat Koushi ingin masuk ke kelas, tubuhnya ditarik dan dibawa pergi oleh seseorang, menerjang lorong hingga sampai di parkiran.

"Sun, lo ngapain? Astaga, jantung gue."

Suna Rintaro, sang pelaku, tak kelelahan sama sekali malah dengan cepat merebut ponsel Koushi dari saku.

"Weh, lo ngapain sih?"

"Lo gak mungkin diam aja duduk di kelas selama adik lo di rumah sama tuaㅡbokap lo kan, Shi?"

"Tapiㅡ"

"Gue udah kirim video di ruang BK ke HP lo, buat jaga-jaga aja, gue juga udah kirim ke anak lain. Dan sekarang lo yang harus bertugas, Shi."

"Apa maksud lo?"

Suna mendekat, berbisik. Lalu menarik diri tak lama kemudian.

"Sorry harus buat lo lakuin ini, tapi gue gak yakin Sakura akan selamat seperti sebelumnya kalau sekarang bokap lo ngamuk lagi. Jadi ... gue tim Sakura bebas sepenuhnya dari luka, Shi."

Meremas ponselnya kuat-kuat, Koushi jelas sedang ada perang batin, namun mengerti kalau diam saja tak bisa membantu, setelah berpikir keras dan pasti, Koushi meraih kunci mobil dari saku celana.

"Oke. Gue akan lakuin ini, buat adik gue."

Melihat Koushi yang berjalan menjauh mendekati mobil, Suna tetap berdiri di tempatnya.

"Kita harus berhasil, Koushi."

🌅

Emosi yang jauh lebih besar menyelimuti dada sang kepala keluarga, lelaki itu langsung menyeret Sakura keluar mobil untuk di bawa ke samping rumah, tempat kolam renang berada.

"Pa, harusnya Papa laporin dia ke kantor polisi! Bukannya malah bebasin dia gitu aja! Bukan Sakura yang bebas di sini, tapi dia!"

Brugh!

Sakura dihempaskan ke atas aspal hingga lututnya yang masih ada bekas kembali mengeluarkan darah segar.

"Papa gak bisa hukum Sakura lagi! Papa gak bisa nyakitin Sakura lagi! Karena sekarang Sakura gak salah apapun!"

Plak!

Pipinya yang masih tersisa obat masih basah kembali terasa panas dan perih, seluruh lukanya terbuka dan menyebarkan sakit berkali lipat.

"Pa! MAU SAMPAI KAPAN AKU DISIKSA TERUS SAMA PAPA?! SEBENCI ITU PAPA SAMA AKU SAMPAI SETELAH SEMUA KEBENARAN DI DEPAN MATA PAPA GAK BISA PAPA LIHAT?!"

Bugh!

"Uhuk!" Sakura terbatuk hebat saat perutnya ditendang kaki sang Papa yang masih dibalut sepatu kulit tebal berkilauan.

"Memang dari awal saya siksa kamu karena saya ingin, bukan perlu alasan! Saya benci kamu karena kehadiran kamu menghancurkan hubungan saya dan wanita itu! Setiap melihat kamu, membuat saya sadar pada kekurangan yang saya miliki sampai membuat wanita itu memiliki anak dari lelaki lain!"

Setiap kalimat yang terlontar, dituntun oleh satu tendangan di perut, punggung, hingga kepala gadis itu.

"Kamu benar, saya tak punya alasan apapun lagi untuk menghukum kamu! Padahal saya selama ini berterima kasih pada anak itu yang suka hati membencimu dan membuat saya bisa melukaimu layaknya orang tua menghukum anaknya yang nakal!"

Buagh!

Pelipis Sakura ditendang amat kuat, hingga tubuh gadis itu berguling mendekati tepi kolam renang, nafasnya tersenggal dan terus mengeluarkan batuk berdarah. Penglihatannya buram, ini lebih menyakitkan dan membuat Sakura tak berdaya daripada sebelumnya. Bahkan untuk menarik nafas pun hanya membuat dadanya sakit seperti dihimpit sesuatu yang keras dan besar.

"Jadi kamu juga tak punya alasan untuk hidup sekarang! Karena saya tak membutuhkanmu lagi untuk tempat pelampiasan kebencian saya! Koushi juga akan saya kirim ke luar negeri, dia tak akan punya waktu untuk mengurusmu, jadi kamu tak ada gunanya lagi di dunia ini, anak jalang!"

Bugh!
Byurr!

Bersama satu tendangan hebat di perut, tubuh Sakura terjun bebas ke dalam kolam renang, tubuhnya yang kaku bak patung yang menyentuh dinginnya air hingga membuatnya tenggelam tanpa perlawanan.

Sakit.

Sakit, semesta.

Aku gak bisa sekuat yang kakak bilang.

Mau nyerah aja.

Gak kuat lagi.

Sakit.

Nafasnya bahkan sudah terhalang, dadanya berat, sekujur tubuhnya tak bisa digerakkan. Kelopak mata Sakura yang berat pun menuntunnya terpejam, dia tahu dirinya sedang bertaruh nyawa, jika sampai di dasar kolam pasti Sakura yakin ... dia akan mendapatkan pelukan dari sang mama.

Menyerah pada semuanya. Sakura sejak kecil selalu bertahan untuk bisa terus melihat bumi dan isinya, entah luka atau bahagia yang menyambut, Sakura selalu berusaha tetap membuka matanya.

Kali ini, mungkin saja, tiba dirinya untuk usai mengagumi isi bumi.

Bersama mimpi yang masihlah sama, Sakura merasa lebih hidup di dalam bayang-bayang itu. Rasanya sekali saja lagi, Sakura ingin merasakan pelukannya, mendengarkan bisikannya yang masih belum juga Sakura ingat itu apa.

Semesta.
Aku belum sempat melihat ujung dari mimpi itu.
Tapi aku tak mau kesakitan lagi. Kalau memang mimpi itu tak akan jadi nyata dan aku tak bisa menemukan arti di baliknya, maka bawa aku ke pelukan mama aja.

Hingga kegelapan itu mulai terasa pekat, dinginnya air tak bisa lagi menusuk kulitnya, Sakura mencapai dasar kolam tepat bersama tangannya yang ditarik, tubuhnya yang direngkuh, dan bibirnya yang dikecup.

Suna Rintaro dengan sekuat tenaga merebut tubuh Sakura dari pelukan dinginnya air. Seperti sebelumnya, selalu Suna lah orang pertama yang akan menjadi pelindung bagi Sakura.

Semesta, jangan bawa dia dulu.
Dia belum bertemu sama bahagiamu.

Hari itu, waktu itu, detik itu, banyak sekali harapan yang bertarung di langit, merayu semesta; harapan mana yang akan diwujudkan.


ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤ

■□■□■□■□■

ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤ

---
Satu kata buat si tua bangka?
JUAANCOKKK 😁

Dia bener² ga peduli sama Sakura, ga ada sayang sedikitpun, pure benciiiii💔

Sakura udah ga ada ortu kandung, terus ada papa tiri tapi malah kasar begitu ke dia, Sakura masih bisa hidup sampe sekarang tuh udah kuat bangett 😔

Buat kalian semua, siapapun yg kekurangan kasih sayang papa, kita peluk erat walau dari jauh ya 💓
Semoga kita beruntung, bisa punya 'Suna versi buat kita masing-masing' nantinya ✨

Salam,
zipidizi
---

TONGKRONGAN SENDAKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang