🍁🍁🍁
Di malam harinya, Suna mendatangi markas dengan menunggangi kuda besi hitamnya, jadi bukti kalau keadaan Suna sudah lebih baik secara fisik.
Tepat seperti dugaannya, cuma ada anggota inti yang berkumpul.
Setelah turun dari motor, Suna berjalan tegap, ekspresinya cukup dingin. Orang pertama yang menyadari kehadirannya adalah Semi, lelaki bersurai abu itu hanya menatap beberapa detik lalu memalingkan wajah.
Hingga Suna masuk ke gudang, mengambil tempat duduk yang kosong. Suara yang tadi berisik tiba-tiba senyap.
"Kok pada diem? Lanjut ngomong aja. Lagi bahas apaan?" kata Suna, seolah ingin mengajak bercanda tapi wajahnya malah serius.
"Lo udah boleh ikut nongkrong lagi, Sun?" Atsumu yang cukup berani bicara.
"Gue jelas ada di sini sekarang, jadi seharusnya lo udah tau jawabannya, Tsum."
Atsumu hanya tertawa canggung, iya sih, dia basa-basi aja tadi.
"Btw, kok grup chat sepi beberapa hari terakhir sejak gue masuk rumah sakit?" Suna bertanya pada semuanya. "Terus soal geng lain yang cari gara-gara sama tongkrongan sampai buat babak belur dua anggota, kenapa gak ada yang kasih tau ke gue?"
Mereka saling lirik, Kuroo yang berperan jadi ketua lah yang angkat suara.
"Tenang, Sun. Jangan salah paham dulu."
"Gue tenang. Jadi coba jelasin."
"Soal grup chat sepi, karena kita gak mau aja ganggu lo yang harus pemulihan, tapi karena sekarang lo udah sembuh, kita bakal ramein grup chat lagi. Suwer, gak ada grup chat yang dibuat tanpa lo. Kita bener-bener cuma punya dua grup chat, punya anggota inti sama semua anggota."
Bokuto, Oikawa dan Terushima menganggukkan kepala kuat-kuat karena setuju dan itu kenyataannya.
"Oke. Terus?"
Kuroo menghela nafas. "Soal geng lain yang cari gara-gara, itu geng uler. Mereka selain buat bonyok Sakura sama Semi, mereka juga ngacak-ngacak markas kita. Kalau lo sadar, ini gudang gak sepenuhnya kayak dulu. Ada barang yang harus dibuang karena rusak, ada yang hilang juga."
Suna sudah sadar tentang kejanggalan gudang dan beberapa bekas acak di area lintasan balap, rupanya karena ada yang mengusik.
"Alasan mereka cari ribut apaan?"
"Masih belum jelas, entah karena pengen kita gabung mereka atau dendam. Belum tau." Tendo lah yang menjawab.
Lalu Futakuchi menepuk bahu Suna. "Besok kan tanggal merah, kita mau ketemu sama mereka. Bahas semua ini sampai clear. Tempatnya di lapangan sekolah kayak waktu itu."
Lalu Iwaizumi yang bersandar pada tembok pun ikut bicara. "Kalau bisa besok gak ada yang adu jotos ya. Karena cuma mau diskusi, inget."
"Tapi kalau mereka nantangin gimana? Gue masih pada keputusan gue, kita gak boleh diem aja." Terushima masih sama saja seperti sebelumnya, tetap pada pendiriannya.
"Itu kita pikirin nanti." Bokuto yang menyahut.
Atsumu melirik Suna, lalu tertawa. "Lo tadi serem banget, Sun. Gayanya udah kayak mau makan orang."
Dan dari situ, mereka perlahan bisa membaur seperti normal lagi, ada tawa lagi.
Kecuali satu orang, Semi masih pada diamnya. Bahkan tak terlihat gitar yang seharusnya selalu dia bawa.
Kuroo lah yang menyadari, lalu mengajak Semi keluar gudang dengan embel-embel minta ditemani cari angin. Tak ada yang curiga, yang lain masih setia bertukar tawa dalam gudang.
"Sem, lo ada masalah sama Suna?"
Tanpa mau berbohong, Semi mengangguk. "Urusan pribadi, gak ada hubungannya sama tongkrongan."
"Ceritain coba, gue mau tau, sedikit aja juga boleh."
"Tapi gak usah bocor ke anggota lain, Kur."
"Siap."
Keduanya duduk di pinggir lintasan tanpa alas, membiarkan dinginnya aspal menyentuh bokong mereka.
"Lo tau kan kalau gue naksir Sakura, malah semuanya tau. Lalu kalian juga tau kalau Suna sama Sakura itu dekat banget, bahkan Sakura rutin ke apartemen Suna buat kabur dari bokapnya dulu."
Kuroo mengangguk untuk memberi respon. Masih mendengarkan.
"Suna juga naksir Sakura, Kur."
Barulah ekspresi kaget muncul di wajah sang ketua. "Yang bener lo?"
Semi tertawa, menertawai dirinya sendiri. Jika dia bisa membocorkan apa yang sudah dilakukan Suna dan Sakura pun pasti akan Semi bocorkan, tapi Semi mengingatnya saja sudah sakit hati. Biarlah hal itu jadi urusan Suna dan Sakura saja. Semi tak mau ikut campur.
"Gue ngerasa kalah dan dikhianati aja sama sepupu gue sendiri. Padahal dia yang paling tau, gue curhat tentang Sakura juga cuma ke Suna. Karena gue gak percaya soal ini sama anak tongkrongan, apalagi Oikawa." Lagi, Semi tertawa. "Tapi nyatanya, malah Suna yang nusuk gue dari belakang."
"Gue janji, Kur. Masalah gue sama dia ini gak akan mempengaruhi tongkrongan. Jadi, pelan-pelan gue akan nerima nasib gue ini. Sorry tadi diem aja, untung gak ada yang notice kecuali lo. Gak enak gini gue jadinya."
Kuroo menghela nafas, menepuk bahu Semi berkali-kali. "Santai, cerita aja apapun ke gue, Sem. Btw, Sakura terus gimana?"
"Gimana apanya?"
"Lo sama Suna suka dia. Terus dia suka gak sama salah satu di antara kalian? Atau malah dia naksir Oikawa?"
"Anjir lo." Semi mendorong bahu Kuroo saat mendengar nama Oikawa disebutkan, lucu sih, buktinya saja Semi tertawa lebih santai. Candaan Kuroo berhasil.
Kuroo juga ikut tertawa. "Ya kan siapa tau ternyata plot twist-nya malah Sakura demen sama Oik, atau anak lain. Padahal hubungan lo sama Suna jadi aneh gara-gara suka sama satu cewek."
"Sakura juga suka Suna. Mereka sama-sama suka, Kur. Gue yang kalah di sini."
Tawa keduanya hilang.
"Tapi yang buat rumit itu karena Sakura dan Suna ada masalah, gue gak bisa kasih tau lo soal ini. Intinya gue gak akan maju buat deketin Sakura lagi sebelum masalah mereka kelar. Kalaupun udah kelar, tapi Sakura gak kasih tanda buat gue maju, it's okay. Gue bakalan menepi selamanya."
"Jadi, Sakura udah tau lo naksir dia ya?"
Semi mengangguk sambil tersenyum kecut, senyum yang menyedihkan.
Kuroo jadi semakin iba dibuatnya. Kisah cinta yang rumit dan menyakitkan sekali sepertinya.
"Gue do'ain aja deh ya. Cepet kelar masalah kalian bertiga, terus bisa seneng-seneng bareng lagi." Kuroo mulai menatap ke langit malam, cuma ada bintang tanpa bulan.
"Thanks, Kur."
"Pokoknya santai aja, Sem. Kalau dia jodoh lo, sesulit apapun jalan pasti dia akan sampai di tujuannya yaitu lo. Kalau bukan ya gak papa, cewek masih banyak kok. Cukup pulih pelan-pelan aja. Hidup masih panjang, sayang kalau galau sampai depresi karena satu orang."
"Bijak bener lo, anjir."
"Jelas, ketua nih."
"Najis."
"Inget prinsipnya si Oik sama Teru; kita terlalu ganteng buat jadi sad boy."
"Hahaha! Iya juga."
Jadi bersama tawa dan candaan receh yang terlontar, Kuroo dan Semi terbawa suasana di tepi lintasan balap. Sedangkan di dalam gudang, mereka sibuk menertawakan Bokuto yang kalah berkali-kali dalam games sampai mukanya penuh bedak, dempul karena hukuman. Alhasil Bokuto ngambek.
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤ■□■□■□■□■
ㅤ
ㅤ
ㅤ---
Akhir-akhir ini tegang banget. Kangen momen lucu mereka gak sih?Salam,
zipidizi
---
KAMU SEDANG MEMBACA
TONGKRONGAN SENDAKALA
Fanfiction"Kita gak cuma anak geng motor, tapi kita bersama, jadi rumah untuk membasuh luka." - s - ! warning: • harshwords, frontal, abusive, kenakalan remaja (gak untuk ditiru) • pict from pinterest • characters from haikyuu!!