42. Lemah

1.8K 178 7
                                    

Wajah damai itu sebagai awalan bagi bab ini juga awalan Jisoo datang setelah mendengar kabar adiknya dari Rose.

Tadi Rose meneleponnya sambil menangis, Jisoo saat itu masih di Penthouse milik Joshua segera pamit pergi karena ada hal yang mendesak.

Air mata Jisoo luruh seketika melihat kondisi adiknya yang buruk ini. Joy sudah menceritakan tentang kondisi Lisa yang bisa masuk ICU.

Rasa bersalah hinggap di hatinya, Jisoo tak tau jika melihat Lisa yang terbaring seperti ini. Rasa nya Jisoo merasa bersalah telah membuat luka yang mendalam bagi Lisa.

"Nona waktu menjenguk sudah habis." Kata Perawat kepada Jisoo yang mengusap air matanya lalu Jisoo keluar dari sana.

Rose masih setia disana, Rose engga meninggalkan Lisa walaupun sudah di bujuk oleh Hyeri untuk makan yang dia bawa tadi. Rose bilang dia mau makan jika bersama Lisa saja karena makanan itu untuk Lisa bukan dirinya.

"Rose." Panggil Jisoo lalu duduk di samping adiknya
"Kau harus kembali ke aktivitas mu dulu, alihkan pikiran mu dulu agar kau bisa berpikir jernih." Kata Jisoo Sambil menatap ke depan

"Unnie aku tidak bisa tenang jika itu menyangkut Lisa. A-aku takut dia pergi." Kata Rose parau, dirinya banyak menangis membuat Suara nya menjadi seperti itu.

"Iya Unnie tau! Tapi Rose jika kita tidak seperti ini maka Appa akan curiga dengan ini. Aku sudah banyak mendengarkan cerita dari Johnny Managernya tentang Lisa selama ini." Jelas Jisoo

"Lebih baik kau kembali ke jadwal mu saja atau kau mendapatkan konsukuensi dari Appa." Lanjut Jisoo lagi

Rose hanya bisa menurut, dirinya lalu menatap Lisa dari balik kaca dan pergi dari sana dengan mata sembab.

Jisoo masih dalam posisinya. Pandangan nya memang ke depan tapi didepan itulah seluruh pikirannya bercabang sangat banyak.

Jisoo teringat saat Johnny Menggeret nya menuju taman belakang karena kehadiran dirinya saat itu.

Flashback on

"Kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Ingin mengambil kesempatan agar bisa membuat mental Lisa hancur? Apa rencana busuk mu itu?" Tanya Johnny tanpa berperasaan.

Jisoo hanya terdiam sambil menahan tangisannya, tentu dia sakit hati dengan perkataan Johnny yang menuduhnya.

"Aku su-dah sada-r." Jawab Jisoo parau tapi suara Jisoo yang seperti itu tak membuat Johnny luluh sedikitpun. Kebencian yang dia miliki juga telah dia kubur bangkit begitu saja.

"Baru Lisa sakit seperti ini, kau sadar atas apa kesalahan mu? Hm? Apakah jika Lisa mati Ayahmu itu akan sadar juga? Salah satu hal yang paling menyiksa Lisa selama ini adalah Kalian sendiri! Aku heran kenapa Lisa bisa lahir di keluarga seperti kalian." Kata Johnny dengan nada amarahnya

"Maaf! Aku saat itu hanya remaja labil yang sangat menyayangi Rose! Aku dulu terlalu terpengaruh dengan omongan Appa yang mengatakan Lisa anak yang tak mempunyai bakat Apapun! Aku juga membenci diriku sekarang dan aku tidak tau jika Lisa bisa seperti ini.... Bukan aku kan penyebabnya?"

Jisoo menangis kembali dengan tangisan penyesalan yang mendalam. Dirinya sudah sadar dan amat sangat menyesal melakukan hal itu.

"Alasan mu sangat tidak masuk akal. Seharusnya kau bisa mengambil keputusan yang benar dan salah. Kau sudah cukup mengerti mana yang benar dan salah bukan? Remaja labil? Bahkan kau sudah mempelajari hal itu dari ayah mu bukan? Kau di didik untuk menjadi Sempurna dari yang Sempurna."

Jisoo hanya dapat menangis sambil menatap sorot mata Johnny yang tajam. Jisoo tak tau lagi harus menjelaskan seperti apa kepada Johnny.

"Sekarang tenangkan dirimu dan aku akan menceritakan semua tentang Lisa yang lebih bisa mengatasi takdirnya ketimbang Adik kesayangan mu yang manja seperti bayi itu!"

Flashback off

"Sempurna ya? Huh, ini membuat ku menjadi terbuka dalam pandangan ku sendiri."

🐥

Lisa menatap naskah di tangannya. Dramanya belum habis mungkin beberapa Minggu atau 1 bulan lagi selesai.

"Lisa makan dulu, nanti aja mengurusi kertas itu." Ucap Joy sambil membawa nampan
"Nde." Jawab Lisa parau setelahnya dia batuk.

Joy segera melepaskan tangan Lisa yang membekap mulutnya sendiri, dugaannya benar. Lisa pasti akan batuk di  barengi darah yang keluar.

"Di lap dulu ya tangannya? Setelah itu makan." Kata Joy lembut lalu membersihkan tangan Lisa menggunakan tisu basah.

"Chaa! Ayo makan."

Setelah makan Joy memutuskan untuk menyetel Tv yang lama tidak mereka tonton. Mereka melihat berita dari macbook atau handphone saja.

"Penjualan produk xxxx meningkat pesat setelah Lisa di dapuk menjadi brand ambassador mereka."

Lisa tersenyum kala mendengar berita itu, Lisa suka saat ada suatu produk yang awalnya biasa saja menjadi terkenal karena dirinya.

Tapi Lisa akan jujur soal hasil mereka yang bagus juga Lisa cocok menggunakan produk skincare itu.

"Fans mu tidak mencari mu Lisa?" Tanya Joy
"Aniyo, kemarin aku baru aja memposting foto ku yang syuting di Busan waktu itu." Ucapnya Lirih

"Astaga itu sudah lama sekali."
"Hehehe, memang."

Mereka kembali fokus ke tv dengan menikmati berbagai macam siaran tv yang berlangsung.

Lisa seperti rindu dengan kesibukan nya, apa boleh dirinya terjun kembali mengikuti jadwal hingga tengah malam? Pulang di sambut oleh Leo? Astaga Lisa jadi ingin melakukannya!

Cklek

"Lisa, sutradara-nim ingin menemui mu."

Lisa mengangguk setuju lalu setelah nya sang Sutradara masuk.
"Sutradara-nim, ada yang bisa aku bantu?" Kata Lisa berusaha berbicara Normal tapi tetap saja suaranya terdengar parau

"Saya ijin keluar." Joy segera berbicara lalu keluar sendiri, biarkan ketiga manusia itu yang menyelesaikan nya.

"Anu.... Soal anda, Maaf saya baru tau tentang itu juga..." Gugup melanda sang Sutradara kala melihat mata Lisa yang memandang nya dengan intens
"Oh? Iya, maaf juga dengan kondisi saya yang seperti ini. Saya juga Awalanya tidak tau tentang hal itu juga." Balas Lisa tau Sutradara itu gugup.

"Ya.... Untuk itu apakah kita bisa mempercepat penyelesaian Drama ini? Saya ingin anda cepat cepat fokus terhadap kesehatan anda bukan pekerjaan dahulu." Ucap Sang sutradara itu khawatir

"Astaga!" Kata Lisa kaget

"Terima kasih sudah mengkhawatirkan kesehatan saya, dan untuk tawaran anda Saya akan terima apapun yang anda katakan." Kata Lisa

"Jangan tahan batuk mu itu." Celetuk Johnny lalu menyodorkan tangannya di depan mulut Lisa
"Batuk saja Lisa, dada mu nanti sakit." Kata Johnny dan Lisa tersenyum

"Permisi ya Manager-nim."

Setelah nya Lisa batuk dengan darah yang keluar dari mulutnya, Sutradara yang ada disana hanya bisa terdiam melihat keadaan artis itu. Sejujurnya dirinya sedih melihat keadaan Lisa.

"Lebih baik anda istirahat saja, syutingnya akan tetap disini tapi akan dilakukan 3 hari lagi saja." Ucap Sang sutradara

Lisa mengangguk setuju.

Lisa hanya berharap semuanya bisa selesai dengan baik dan dirinya bisa tenang.

............
Tenang aja kurang ..... Habis kok. Suer gak bohong.

See you next chapter 👋🏻
Vote dan komen‼️
Follow me on wattpad 📥
Terima kasih sudah mampir 💗

Sempurna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang