AKSIEL #28

2.1K 70 4
                                    

Happy reading~
.
.




Aciel sampai dirumah ketika keluarga Aksa sedang makan malam.

"Aciel, makan malam dulu sayang" Ajak Rahma ketika melihat anak gadisnya itu sudah pulang.

"Aciel masih kenyang, Bun. Aciel mau langsung mandi terus istirahat"

"Oh gitu yasudah"

Aciel memasuki kamarnya setelah salim kepada kedua orang tua Aksa— tanpa melihat kearah Aksa sedikit pun. Tentu saja Aksa merasa aneh.

"Makasih, Bun. Makanan hari ini enak" Ucap Aksa setelah menghabiskan makanannya dan akan menyusul Aciel.

Sudah cukup lama sejak gadis itu pulang, sepertinya ia sudah menyelesaikan ritual mandi.

"El, sudah selesai mandi?" Aksa mengetuk pintu kamar gadis itu namun tidak ada jawaban.

"El? Jawab, aku mau masuk" Beberapa lama menunggu tetap tiada respon.

Aksa membuka sedikit pintu kamar itu, gelap. Hanya lampu tidur yang menyala. Tumben gadis itu sudah tidur, padahal baru jam 9.

"Sayang, udah tidur?" Aksa bertanya pada Aciel yang telah memejamkan matanya.

Aksa bingung, ia merasa gadis itu baik-baik saja. Bahkan tadi gadis itu selalu memberi kabar apa saja yang gadis itu lakukan.

"El, aku tau kamu belum tidur" Aksa menyalakan lampu kamar Aciel.

"Matiin" Aciel yang merasa silau pun membuka matanya.

"Kenapa cepet banget tidur? Tadi juga pas pulang kamu ngga natap aku sama sekali? Kita juga belum ada ngobrol sejak kamu pulang? Kenapa ngga mau ngobrol ataupun natap aku?" Aksa menuturkan pertanyaan secara bertubi-tubi.

Aciel tersenyum, ia tidak mampu menahan rasa gemas. "Aksa, i'm okay. Capek aja"

"Kenapa capek? Kan kamu seneng-seneng tadi?" Tanya Aksa.

"Seneng, makanya habis energinya"

"Bukan kamu banget" Aksa memeluk tubuh gadis itu. Berusaha menyalurkan energi pada Aciel.

"Sekarang waktunya aku sama kamu" Pinta Aksa pad kekasihnya.

"Hm"

Energi sosialnya memang terkuras habis hari ini. Namun selain itu, ada pikiran lain yang membebani Aciel. Ia bingung dengan perasaannya sendiri, rasanya salah jika ia marah pada Aksa.

"Beneran ngantuk?" Tanya Aksa.

"Hm, yaa"

"Yaudah tidur" Aksa mematikan lampu kamar Aciel dan berniat meninggalkan gadis itu.

"Kamu tetep ngga mau cerita?" Tanya Aciel lirih sebelum selangkah lagi Aksa keluar dari kamarnya. Aciel rasa dirinya bukan tipikal yang mampu menahan masalah untuk waktunya yang lama. Ia ingin cepat mendapatkan jawaban dari pada pikiran membawanya pada kesalahpahaman.

"Apa?" Tanya Aksa seolah tidak mengerti.

"ITB"

"Tau darimana?" Tanya Aksa serius.

"Yang jelas dari orang lain, bukan dari kamu sendiri" Terlihat raut kecewa diwajahnya.

"Kenapa ngga cerita sama aku? Aku kira aku akan jadi yang pertama denger kabar itu" Aksa tidak sepenuhnya salah, namun ada rasa kecewa dihati Aciel bahwa ia mengetahui kabar bahagia itu dari orang lain.

"El, rencananya aku mau bilang setelah kamu pulang"

"Ini yang kamu tutupin dari pagi tadi kan? Kenapa ngga langsung cerita?"

"Aku ngga bermaksud, aku... Aku bingung"

"Bingung apa?" Tanya Aciel.

"Ini ITB"

"Ya terus, kenapa? Kampus impian kamu kan?"

"Ya, jurusan Arsitektur" Jawab Aksa sekaligus menjelaskan lebih lanjut.

"Bagus dong" Aciel berusaha memalsukan senyumnya.

"Aku pernah bilang ngga akan ninggalin kamu" Ucap Aksa dengan lirih.

"Kamu suka ngga sama univ atau jurusannya? Jujur" Tanya Aciel.

Dengan lemah, Aksa menganggukkan kepalanya.

"Yaudah ambil, kenapa harus bingung" Aciel yakin ia tidak bisa mengedepankan egonya untuk hal ini.

"Aciel, seriously?" Tanya Aksa, bagaimana bisa gadis itu menjawab tanpa ragu.

"El" Panggil Aksa lagi.

"Hm?"

"Kamu ngga sedih, kita bakal jauhan?"

Tanpa disangka, pertanyaan Aksa itu berhasil mengundang air mata kekasihnya. Gadis itu tidak lagi mampu membendung kesedihannya.

Aksa sangat tau, gadis itu menahannya sejak tadi dan berusaha berpura-pura. Akting yang sangat buruk.

"Sini. Peluk" Aksa meraih tubuh Aciel. Gadis itu berusaha menahan suara tangisannya pada bahu Aksa.

"Jangan pura-pura gitu. Aku ngga suka" Ucap Aksa tegas.

"Denger ga?" Tanya Aksa karena gadis itu tidak merespon ucapannya.

"Iya"

Hal ini yang sebenarnya membuat Aksa ragu. Ia tidak bisa meninggalkan Aciel. Pacarnya ini tidak bisa terbuka kecuali pada dirinya.

"Aku bawa kamu kesana ya?" Tanya Aksa meminta persetujuan.

"Jangan gila Aksa"

"Ya gimana, aku juga ngga bisa ninggalin kamu sendiri."

"Aku udah gede, aku bisa mandiri"

"Cengeng gini bisa mandiri?" Tanya Aksa sambil mengusap air mata yang mengalir di pipi gadisnya.

"Ih" Aciel memukul bahu laki-laki itu.

"Kalau setahun kamu bisa? Setelah kamu lulus, kamu nyusul aku kesana." Tanya Aksa.

"Gak, aku mau di sini aja"

"El!"

"Aku kan ngga sepinter kamu, belum tentu bisa ke ITB juga" Aciel berusaha menjelaskan. Laki-laki itu pikir semua manusia memiliki kemampuan yang sama dengannya.

"Bisa" Ucap Aksa dengan yakin.

"Belum tentu"

"Bisa"

"Belum-"

"Terserah kamu kuliah dimana, yang penting setelah lulus sama aku disana"

"Ngga bisa dibantah, Aciel" Tekan Aksa sebelum gadis itu kembali berbicara.

"Sekarang, tidur" Aksa menepuk-nepuk punggung kekasihnya. Membiarkan Aciel terlelap dalam dekapannya.

"Aksa, kamu bisa janji satu hal"

"Apa?"

"Jangan deket sama cewek lain disana"

"Iya, itu pasti. Aku bukan cowok begitu"

"Kata Bang Gilang, kamu buaya rawa"

"Kata-kata orang gila ngga usah didengerin, El" Memang Aciel perlu dijauhkan dari teman-temannya itu karena banyak memberikan afirmasi buruk pada kekasihnya.

Jujur, Aciel percaya kepada Aksa. Sangat percaya. Aksa tidak akan mengkhianatinya. Tapi bagaimana tentang gadis yang tergila-gila pada kekasihnya juga ada disana? Entah seberapa banyak rencana licik yang sudah ia siapkan.
























.
.

Haloo,

Walaupun belum sampe target, aku udah ga kuat mau update hehe. Mumpung ada waktu luang.

Tapi gpp kita coba lagi ya, vote 50 langsung update lagi.

Typo benerin sendiri ya wkwk, aku ga terlalu cek lagi nih

Bye, see you👻

AKSIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang