- 33 -
Sore hari, Shaka hanya rebahan di paha bunda yang sedang mengobrol dengan Keina, istrinya om Albert. Shaka hanya menatap ponsel sambil berbalas pesan dengan Luna.
si cantik: jangan kayak kemaren
si cantik: gue diomelin papa lagi
shaka: iya tau kok
shaka: papa lo tadi wa
si cantik: oke
si cantik: udah baikan sama Xena?
shaka: belum
si cantik: baikan dulu sanaa
Shaka menghela napas. Ia bangun, melangkah ke atas. Tepat di atas, Xena baru keluar kamar. Gadis itu memalingkan wajah. Shaka menghampiri Xena, langsung mengangkat gadis itu seperti karung beras, membawanya ke dalam kamar gadis itu. "Lepas, anj!"
Shaka melempar Xena ke kasur. Ia naik ke atas. Menatap Xena di bawahnya. "Ngapain sih?! Gue bilang Bunda-- AAA-" Xena menutup wajah. Shaka memukulnya. Bukan, Shaka memukul kasur samping kepalanya.
"Apa lo hah?! Ngapain lo marah sama gue?!" tanya Shaka sambil menonjok kasur.
Xena menatap Shaka. "Karena lo ngeselin! Sembarangan nuduh gue yang nggak-nggak!"
"Ya udah gue minta maaf!" Shaka berhenti menonjok kasur.
"Gak! Males gue sama lo!" Xena hendak bangun, tapi Shaka menahan bahunya. "Kenapa lagi sih?! Bilang kenapa?!" tanya Shaka kesal sendiri.
Xena berdecak. Mendorong Shaka ke samping. "Males." Xena membelakangi Shaka. "Lo lebih sayang Luna, ngelupain gue gitu aja."
Shaka diam. Ini maksudnya Xena cemburu? "Siapa yang lupain lo? Allahu." Shaka meraih lengan Xena, tapi gadis itu menghindar. "Gak mau. Lo udah gak sayang gue. Apa coba minta adek cewek."
Shaka menghela napas pelan, menggaruk tengkuknya. Kemudian Xena menangis, membuat Shaka mengernyit. "Nangis?"
Xena makin menangis. Shaka menahan tawa. Ia baru melihat Xena menangis lagi setelah sekian lama. Shaka mendekat, memegang kepala Xena. "Gue minta maaf ya. Udah jangan nangis. Gue masih sayang sama lo. Beneran."
Xena masih menangis pelan. Shaka memeluk kembarannya itu. "Sayang, sayang. Gue cuma pacaran sama Luna, bukan nikah. Gimana kalau gue nikah nanti? Nangis kejer lo."
Xena meredakan tangisnya. Beralih menghadap Shaka. "Ih jeleknyaaa," celetuk Shaka. Dibalas pukulan oleh Xena. Shaka tertawa. "Ya udah mau apa? Gue turutin."
"Mau minum."
Shaka bangun. Xena ikut bangun. "Gendong gue."
Shaka menepuk punggungnya. Xena melingkarkan tangan di leher Shaka dan kakinya di perut Shaka. Shaka melangkah keluar. Bersamaan dengan Argi dan Alkei yang keluar kamar. Alkei berada di gendongan depan. "Ih gendong-gendong. Argi punya gue, Cil," ujar Xena.
"Argi Abangnya Akei," balas bocah berusia 11 tahun itu. Alkei sendiri tidak sekolah di sekolah umum, dia homeshcooling.
"Yeu ngaku-ngaku," ucap Xena.
Mereka melangkah ke bawah. Shaka melangkah ke dapur, membuka kulkas. "Mau apa?"
"Cola."
Shaka mengambilnya. Setelahnya melangkah ke ruang tengah. Mereka duduk di sofa. Shaka membukakan kaleng soda itu, lalu memberikan ke Xena. Yera melihatnya, udah akur lagi. "Iya gitu, enak kan lihatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Vibes
Teen Fiction[MS 2 | PART LENGKAP] "Gue saranin, gak usah suka sama temen sekelas." Gara-gara satu kelompok dengan Luna, Shaka tiba-tiba jatuh hati pada gadis itu. Gadis cantik yang selalu cerah ceria dan ramah ke setiap orang, membuat Shaka memandangnya penuh k...