- 44 -
Luna dari pagi hanya di rumah. Gege tidak bisa diajak main keluar. Jadi Luna hanya di kamar sambil berbalas pesan dengan Fawwaz. Luna sudah menceritakan semua pada Fawwaz yang terjadi padanya kemarin. Fawwaz akan ke sini besok.
Woopy menghampiri Luna di kasur. "Meong."
"Apa?"
Woopy duduk, menjilat tangannya. Luna menatap ponselnya. Kemudian terdengar suara petir. Luna bangun, menatap jendela, di luar terlihat mendung. Luna menatap Woopy. "Bentar, mau ambil jemuran dulu."
Luna melangkah keluar. Tanpa sadar Woopy ikut keluar. Luna mengangkat jemuran, masuk ke rumah, menaruh di jemuran di dekat dapur. Kemudian menutup pintu. Luna melangkah ke kamar, tidak melihat Woopy. "Woopy!" Luna melihat sekitar kamarnya, tapi tidak ada Woopy. Luna melihat ke ruang tamu dan dapur, tapi tidak ada Woopy.
Luna panik. Ia melangkah keluar. "Woopy! Meng!"
Luna mencari ke sekitar rumah, tapi tidak ada. Ia melangkah ke rumah tetangga, melihat-lihat sambil memanggil-manggil, tapi tetap tidak ada Woopy. Luna berdecak dengan mata berkaca-kaca. "Gak ada orang lagi."
Luna kembali ke rumah, masuk ke kamar, mengambil ponsel langsung menelepon Fawwaz. "Fawwaz, Woopy ilanggg, gak ada di luar...," ucap Luna seraya terisak pelan. "Gimanaa? Bentar lagi hujan, nanti Woopy kedinginan, kehujanan, dia takut petir, nanti ketakutan," lanjut Luna sambil menangis.
Sedangkan yang ditelepon tidak bersuara, membuat Luna menatap ponselnya. Ia terdiam, menatap kontak Shaka bukan Fawwaz yang ia telepon. Luna mematikan telepon itu, lanjut menangis sekaligus menahan malu.
Sedangkan di tempat lain, Shaka mendengkus pelan. "Nelpon gue, tapi nyebut nama Fawwaz."
"Meong."
Shaka menoleh ke Angela. "Kamu gak punya temen, Woopy ilang."
"Meong." Angela merebahkan kepalanya, memejamkan mata.
Shaka melihat itu mendengkus geli. "Sedih gitu? Kayak ngerti aja."
***
Luna masih menangis hingga sekarang. Ia hanya rebahan di kasur seraya menunggu Gege datang. Karina duduk di samping Wanda, ia baru selesai mandi. Karina menatap ke kamar Luna yang terbuka, terdengar suara tangisan Luna. "Luna kenapa, sih?"
"Kucingnya ilang."
"Udah makan belum dia?"
"Udah." Wanda menatap ke kamar Luna. "Besok pagi Ibu tanyain ke tetangga, Na! Udah jangan nangis! Punya anak lebay banget ya Allah."
Luna berdecak. Sepertinya orang-orang di sekitar Luna tidak punya hati. Kecuali Shaka. Tak lama, terdengar ketukan pintu. Karina membukanya. Gege bersalaman. "Luna ada, Kak?"
"Di kamar, masuk aja."
Gege masuk ke dalam. Bersalaman dengan Wanda, lalu masuk ke kamar Luna. Gege duduk di tepi kasur sambil bersandar. "Lun."
"Hm?" Luna menatap Gege. Ia mendekat, hendak merebahkan kepalanya di paha Gege, tapi gadis itu menghindar sambil berdecak. "Bantal ada." Gege membalas.
Luna mendengkus. Gege pindah ke kursi meja belajar. "Woopy gak pulang?"
"Nggak. Dia gak tahu jalan." Luna memainkan boneka guritanya. Sedangkan Gege melihat-lihat ada apa saja di meja belajar Luna. Luna menatap Gege. "Kalau Woopy ketemu orang jahat gimana, Ge? Kalau dia diracunin terus meninggal?" Luna menangis. "Gue gak mau, Ge, gue gak tega."
Gege diam saja mendengar Luna menangis. Ia mengambil sebuah jar happiness berbentuk love. "Ini lo beli?"
Luna menoleh. "Itu dari Shaka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Vibes
Ficção Adolescente[MS 2 | PART LENGKAP] "Gue saranin, gak usah suka sama temen sekelas." Gara-gara satu kelompok dengan Luna, Shaka tiba-tiba jatuh hati pada gadis itu. Gadis cantik yang selalu cerah ceria dan ramah ke setiap orang, membuat Shaka memandangnya penuh k...