- 50 -
Malam ini Shaka tiba di rumah Luna. Ia menjemput Luna. Shaka bersalaman dengan Wanda terlebih dahulu. "Apa kabar, Bu?"
"Baik. Kamu gimana? Udah lama gak ketemu."
"Baik juga. Om Kio gak ada?"
"Kerja dia."
"Oh. Shaka ajak Luna ke rumah gapapa, kan?"
Wanda mengangguk. "Bawa aja, tapi balikin lagi."
Shaka mengangguk sambil tersenyum. "Siap, Bu."
Luna keluar kamar. "Ayo, Ka."
Mereka berpamitan dengan Wanda. Setelahnya melaju ke rumah Shaka. Beberapa menit, mereka tiba. Luna di belakang Shaka. Mereka melangkah ke ruang tengah. Hanya ada bunda di sana. "Bunda, lihat siapa yang dateng."
Yera menoleh, diam sebentar karena terlihat beda. "Luna?"
Luna tersenyum. Bersalaman. "Apa kabar, Bun?"
"Baik. Agak berisi ya sekarang."
"Iya, Bun. Udah lama kok."
Yera mengangguk. "Bagus gini. Dulu kamu kurus gitu kayak Xena."
"Bun, kita ke atas ya," ucap Shaka.
"Nanti. Lun, duduk dulu." Setelahnya Yera menarik Shaka menjauh dari Luna.
"Apa sih, Bun? Mau main juga."
Yera menatap Shaka. "Luna hamil, ya?"
Shaka mendelik. "Astagfirullah, mikirnya kejauhan."
"Itu dia gemukan. Dulu kurus. Kamu hamilin Luna, kan? Kamu putus karena gak mau tanggung jawab, kan? Ngaku!"
Shaka berdecak. "Nggak, Bunda. Sebelum putus, Luna udah gemukan kok."
"Jangan bohong sama Bunda. Bilang dari awal, jangan nunggu gede tahu-tahu lahiran."
Shaka menghela napas. Bundanya kenapa bisa mikir gitu sih? "Nggak, Bun, sumpah. Tanya Luna kalau gak percaya."
Yera menatap Shaka dengan tatapan serius. "Bener nggak, ya?"
Shaka mengangguk. "Iya nggak, Bunda."
"Ya udah. Jangan macem-macem kamu."
Shaka hanya tersenyum. Ia menghampiri Luna. "Ayo."
Luna mengikuti Shaka. Mereka naik ke atas. "Tadi Bunda kenapa? Ngomongin gue ya?"
"Iya. Lo makin cantik katanya."
Luna mendengkus. "Serius, ngomong apa?"
Shaka duduk di sofa. "Gak ngomong apa-apa, Sayang."
Luna juga duduk. "Gue gendut banget ya?"
"Nggak. Masih kurus. Belum 70 kilo."
Luna berdecak. "Ngapain sampe 70 kilo."
"Nanti 10 tahun ke depan gue bikin lo jadi 70 kilo."
"Gak mau. Jelek."
"Baguslah. Nanti kan lo udah jadi emak-emak."
Luna memutar mata. "Ish."
Shaka terkekeh. Kemudian mengecup pipi Luna, lalu memeluknya. "Luna, maaf ya, waktu itu gak mau dengerin penjelasan Luna."
Luna mengangguk saja.
Sedangkan Shaka menahan tangis, matanya sudah berkaca-kaca. "Lo sedih sendirian kan, maaf Sayang."
Luna menatap Shaka. "Ngapain nangis? Udah lewat."
"Kan gue kasihan sama lo. Udah dikhianatin temen, terus Woopy hilang." Shaka menangis sesenggukkan. "Maaf, Sayang. Anggep gue temen lo juga. Nanti kita beli kucing baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Vibes
Roman pour Adolescents[MS 2 | PART LENGKAP] "Gue saranin, gak usah suka sama temen sekelas." Gara-gara satu kelompok dengan Luna, Shaka tiba-tiba jatuh hati pada gadis itu. Gadis cantik yang selalu cerah ceria dan ramah ke setiap orang, membuat Shaka memandangnya penuh k...