🏀🎬 - confess

67 13 1
                                    

Haerin as Luna

tapi kalian boleh bayangin siapa aja

warning: ini lapak cowo childish, gemoy, petakilan, manja and yg pasti ada physical touch

bukan cwo keren, badboy, dikit" berantem, bandel

yg gak suka silakan minggat dari sekarang

because this is Shaka

- 8 -

Perkataan Luna pulang sekolah tadi terus terbayang di pikiran Shaka. Sekarang Shaka hanya bisa termenung di kamarnya seraya memainkan mobil remot miliknya. Luna menyuruh Shaka agar tidak suka padanya. Jujur saja, Shaka sakit hati. Ia seperti ditolak sebelum menyatakan perasaannya. Tapi Shaka heran, kenapa Luna melarangnya?

Shaka menghela napas berat. Dengan wajah tak semangat, ia memainkan mobil remotnya dalam diam.

Brak!

Shaka menoleh kaget ke arah pintu. Ada Xena di sana. Kembarannya itu melangkah riang ke Shaka. "Ka, keluar yuk!" ajaknya.

Shaka menggeleng. "Males."

Xena mengernyit melihat Shaka. "Muka lo kenapa? Kayak banyak utang aja."

Shaka berdecak. "Diem ah. Gue lagi galau."

Xena mengangkat sudut bibirnya. Ia ingin tertawa, tapi sebisa mungkin menahannya. Sangat langka Xena melihat Shaka seperti ini. "Cowok kayak lo bisa galau?"

"Emang cowok gak punya perasaan?" tanya Shaka sedikit sarkas.

"Canda." Xena duduk di samping Shaka. "Jadi why? Temen lo ngekhianatin lo? Atau gara-gara Luna?"

Shaka ngangguk. "Masa dia ngelarang gue buat jangan suka sama dia."

Xena mengernyit. "Alesannya?"

"Gak tahu."

"Tanyalah, bego."

"Udah, tapi dia nggak ngasih tahu."

***

Soal kemarin, Luna lega akhirnya ia bisa melarang Shaka. Bukannya Luna sombong, tapi ia hanya merasa tidak pantas dicintai oleh Shaka. Banyak gadis lain lebih baik darinya yang sebanding dengan Shaka. Luna melangkah di koridor, menuju ruang ekskulnya. Mima, selaku Ketua klub teater akan mengadakan rapat untuk HUT SMA 65 Jakarta yang ke-30. Sesampai di sana, Luna langsung bergabung dengan yang lain.

Mima memulai rapatnya, mereka menentukan genre dan cerita apa yang akan ditampilkan nanti. Beberapa menit setelahnya mereka menentukan pemain dan peran. "Jadi siapa yang mau jadi tokoh utama?" tanya Mima. "Di sini gue nggak mau milih-milih, karena gue lihat skill kalian udah oke."

Semua anggota diam, tak ada yang menjawab. Mereka hanya saling tatap begitu juga Luna.

"Kak Luna aja," usul Risa, adik kelas Luna.

Luna mengangkat alis. "Duh, jangan deh. Gue masih kurang skillnya."

"Iya, Lun, lo aja." sahut anggota lain.

"Ayo, Lun, sama gue," tambah seorang laki-laki, Adi namanya.

Tesa, salah satu anggota, menghela napas. "Good looking pasti disaranin mulu. Kasihan ya yang gak good looking tapi skillnya bagus malah gak dilihat."

Semua memandang Tesa. Gadis itu mengangkat satu alis. "Apa? Bener, kan?" Tesa lalu mengembuskan napas. "Lihat tuh, Zivi skillnya bagus. Kenapa gak dia?"

Love VibesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang