- 3 -
Luna melangkah di koridor setelah diantar oleh Kakaknya. Gadis itu tersenyum pada adik kelas yang menyapanya. Kakinya terus melangkah menyusuri koridor. Banyak Kakak kelasnya yang berada di luar kelas dan di ambang pintu.
"Hai, Luna," sapa Kakak kelas laki-laki, tersenyum ke arah Luna.
Luna balas tersenyum. "Hai, Kak." sahutnya seraya berjalan.
"Hai, Luna."
"Hai, cantik,"
"Hai, Lun,"
Luna balas menyapa. "Hai juga, Kak."
Begini lah kehidupan Luna di sekolah. Dirinya dikenal ramah oleh murid lain, jadi banyak yang tak segan untuk menyapanya.
"LUNA! ADA YANG NYARI LO!"
Luna menatap Kakak kelas perempuannya di depan tepatnya di depan pintu kelas. Luna menghampiri. "Siapa, Kak? Ada apa?"
Kakak kelas itu menarik Luna ke dalam kelasnya.
"Cepet anjir! Itu ada orangnya!" ucap salah satu laki-laki.
Kakak kelas laki-laki itu menarik temannya yang bersembunyi di kolong meja guru. Sedangkan Luna mengernyit. "Ada apa sih?"
Laki-laki yang bersembunyi di kolong meja guru perlahan berdiri gugup, tangan berada di belakang punggung. Ia tersenyum kikuk ke arah Luna. "Hai, Na,"
"Kak Putra? Ada apa, Kak?" tanya Luna.
Putra menatap Luna gugup. "M-mm... gini, g-gue se-sebenernya..., g-gue suka sama lo, Na. Mau jadi pacar gue gak?" tanyanya seraya menyodorkan setangkai bunga mawar merah.
Para murid di kelas itu bersorak riuh. "Terima! Terima!"
Luna masih terdiam. Ia bingung harus melakukan apa. Jemarinya menarik tangan Putra, melangkah ke luar. Putra mengernyit. "Kenapa, Na?"
"Mm, Kak, maaf, bukannya gue gak nerima lo, tapi gue gak mau pacaran dulu. Gue juga gak ada perasaan sama lo. Maaf kalau nyakitin, tapi kalau soal perasaan gue harus terus terang. Gue juga gak dibolehin Papa buat pacaran. Maaf ya, Kak,"
Putra menghela napas lesu. "Gitu ya? Ya udah, gapapa. Gue ngerti kok. Tapi ini bunganya ambil ya, sayang kalau dibuang." ujar Putra memberikan bunga itu ke Luna.
Luna mengambil. "Makasih, Kak."
Putra tersenyum. "Sama-sama." balasnya seraya mengacak rambut Luna pelan.
"Gue duluan ya Kak. Bye," pamit Luna, kembali melanjutkan langkah.
"Dadah!!" sahut Putra.
Luna tiba di koridor kelasnya, ia melihat Shaka dari kejauhan, laki-laki itu sedang berjaga di ambang pintu. Entah apa lagi yang Shaka lakukan. "Bayar dulu bayar," ujar Shaka.
Teman sekelasnya memberi uang bohongan ke Shaka. "Oke, ini karcisnya," kata Shaka memberi potongan kertas lalu melepas tangannya yang menghalangi jalan, mempersilakan temannya masuk.
Selanjutnya Shaka melihat Luna, tak sengaja melirik ke tangan gadis itu. Ada bunga mawar merah di sana, Shaka tahu pasti gadis itu habis menerima pernyataan dari seseorang. Dulu Shaka sempat heran kenapa Luna banyak disukai oleh siswa lain dan sekarang Shaka sudah tahu alasannya.
Shaka berdeham. Satu tangannya memegang dada kirinya, berlagak sakit. Luna melihat itu, panik. "Eh? Ka! Lo kenapa? Dada lo sakit? Lo serangan jantung?"
Shaka melotot mendengar itu. "Astaghfirullah..., jangan sampe, Na."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Vibes
Ficção Adolescente[MS 2 | PART LENGKAP] "Gue saranin, gak usah suka sama temen sekelas." Gara-gara satu kelompok dengan Luna, Shaka tiba-tiba jatuh hati pada gadis itu. Gadis cantik yang selalu cerah ceria dan ramah ke setiap orang, membuat Shaka memandangnya penuh k...