🏀🎬 - menyesal

17 5 0
                                    

- 47 -

Luna melangkah ke Genta, memberikan poster menu cookiesnya. "Mau beli cookies gak?"

Genta melihat menu itu.

"Siapa tahu buat Adek lo ada yang soft cookies."

Genta mengangguk. "Boleh deh yang soft cokelat 2 ukuran kecil."

"Oke." Luna mencatatnya, lalu beralih ke tempat Haru. "Cookies gak?"

"Gue pesen semua rasa, Lun, yang keras ukuran kecil."

"Oke." Setelah mencatat, Luna beralih ke tempat Shaka. Laki-laki itu sedang mencoret buku bagian belakang. "Lo mau beli cookies gak?"

"Gak," jawab Shaka tanpa melihat Luna.

"Murah kok, yang kecil 7 ribu, yang gede 20 ribu."

"Mahal. Paling seukuran 500 perak."

Luna berdecak. "Enak aja. Lebih gede dari itu. Mau gak?"

"Gak."

"Gue kasih diskon buat lo."

"Gak."

"Gratis buat lo."

"Nggak."

Luna menghela napas. Beralih menatap gambaran Shaka. "Lo pengen ngerancang mobil sendiri ya?"

"Sotoy."

Luna terkekeh pelan. "Lucu banget si." Jemarinya terulur mengusap rambut Shaka. Shaka menghindar sambil berdecak. "Apa sih pegang-pegang."

"Sorry, lo lucu soalnya." Luna beralih ke tempat Dio. "Diooo, beli cookies gue dong."

Shaka memutar mata. Harus banget manggilnya dipanjangin gitu?

***

Shaka melangkah ke bawah. Bunda meminta anak-anaknya kumpul. Tidak tahu ada apa. Sedangkan di belakang, Xena bersama Argi. Mereka menghampiri bunda dan papanya di ruang tengah. Shaka duduk. "Kenapa? Mau bagi warisan?"

Yera berdecak. "Kamu ya."

Shaka menarik bibirnya.

"Gini, bulan depan kan udah naik kelas. Shaka Xena kelas 12, Adek kelas 9. Bunda mau kalian pikirin dari sekarang nanti lulus mau lanjut di mana. Shaka Xena mau kuliah di mana, jurusan apa, pikirin dari sekarang. Argi mau lanjut SMA di mana. Nanti bilang sama Bunda Papa."

"Dokter, Bun, boleh?" tanya Xena.

"Pikirin dulu, nanti sanggup nggak? Kalau berhenti di tengah jalan gimana?" ujar bunda.

Xena mengangguk.

Shaka menatap Fathan. "Pa, apartemen ya?"

"Kamu serius mau ngelola perusahaan?"

"Iya. Emang muka Shaka gak meyakinkan?"

"Nggak."

Shaka menghela napas. "Serius, Pa. Shaka mau kok ngurus perusahaan, tanpa ada paksaan, murni dari hati."

"Yakin?"

Shaka mengangguk. "Iya. Tapi apartemen ya."

Fathan menghela napas.

"Ya, Pa? Apart 2 kamar."

"Buat apa 2 kamar?" tanya Yera.

"Kan kalau ada temen mau nginep gitu, Bun."

Yera berdecak. "Awas ya kalau nanti mabok-mabok."

"Nggak, Bunda, astagfirullah," decak Shaka.

Yera menghela napas. "Nanti ambil pesenan cookies Bunda di Luna ya. Udah dibayar kok."

Love VibesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang