Delapan

655 9 3
                                    

Satu bulan berlalu bayi yang dikandung Luna sudah lahir dua minggu yang lalu dan besok pagi Naka dan Luna akan menikah, dan untuk orang tua Naka mereka sudah melepas anaknya terserah mau berbuat apa pun, untuk Arista ia masih menjadi istri Naka, Naka enggan untuk menceraikan Arista.

Malam hari nya saat Bumi tertidur, Arista duduk di sebelah Bumi ia termenung dan tak bisa berfikir jernih.

"Besok pernikahan nya mas Naka"

"Aku gak nyangka hal ini akan menimpa ku"

"Ayah bunda Rista kangen, besok Rista kerumah kalian ya bersama Bumi"

Tanpa ia sadari air mata itu mulai jatuh tanpa di suruh, ia memukul beberapa kali dada nya karena merasa sesak.

Karena ia tak tahan menahan suara tangis nya ia berlari ke kamar mandi di dalam kamar Bumi ia menangid dengan keras di wastafel dengan cermin di depannya.

Arista mendongak dan mihat betapa kacaunya dirinya dengan luka lebam di mana mana dan mata merah sembab serta rambut yang jauh dari kata rapi.

"Luka yang kemarin belum sembuh, tadi di tambahin lagi" Tadi pagi Naka sangat marah kepada Arista karena saat ia mengepel Luna terpeleset dan terjadilah Luna yang drama kesakitan.

Dengan tatapan tajam Naka serta nafas nya yang memburu ia menendang perut Arista hingga jatuh ke lantai dan menendang lagi dan lagi hingga menyebabkan luka ungu kebiruan di bagian perut.

"Shh perih banget" katanya dengan mengoleskan salep di sekitar luka nya.

"Mas Naka kok tega banget ya, padahal dulu dia gak setega ini, apa aku seburuk itu?"

"Padahal yang jodohin kita dulu mama papa mas Naka, kenapa aku disini yang di salahin?"

"Lo mau tau?" kata Naka tiba tiba dan membuat Arista terkejut.

Luna sedang ingin makan sate dan ini sudah jam dua belas malam, Naka yang malas keluar ia ingin menyuruh Arista untuk membelinya tapi saat ia masuk ke dalam kamar Bumi ia tak mendapati Arista ia mendengar ada suara di kamar mandi jadi ia menghampirinya.

"Gue dulu nolak pernikahan ini, karena posisi nya gue lagi punya pacar yaitu Luna, karena muak dengan ancaman dan kata kata mama jadi gue setujuin dengan syarat gue tetap berhubungan dengan Luna, di situ mama papa gue juga ngasih syarat untuk bersikap lembut ke lo, gue gak mau awal nya tapi dengan imin imin perusahaan akan jadi milik gue jadi gue iyain"

Arista hanya diam mendengarkan hati nya sangat sakit ketika mengingat perbuatan Naka kepadanya.

"Tapi mas, mas kan bisa ga nyiksa aku"

"Gue benci siapa pun yang ganggu orang yang gue sayang apa lagi itu Luna sama anak gue"

"Gue benci ketika lo nyakitin Luna ketika gue gak ada di sisinya"

"Mas aku gak pernah sekalipun nyakitin mba Luna semua itu sandiwara!"

"Udah lah Ris, muak gue dengerin lo bohong terus"

"Sayang.. dicariin kemana mana malah berduaan disini sama mba Rista" ucap Luna di pintu.

"Tidak begitu sayangku, tadi cuma ngasi peringatan aja sama dia agar gak nyakitin kamu ketika aku lagi di kantor"

"Kasian sayang mba Rista nya jangan kejam kejam"

"Sudah sepatut nya dia mendapatkan ini semua" ucapnya lalu pergi mengampiri Luna lalu menggendong nya ala koala dan menautkan bibir mereka.

Arista lagi lagi merasa sakit yang sangat, namun ia menahan hanya untuk Bumi ia kuat karena Bumi dan selamanya harus kuat.

Arista kembali ke sisi Bumi ia memeluk anaknya erat , ia masih bersyukur karena Naka tak menyakiti Bumi.
-
-
-
Esok paginya Naka dan Luna menikah ia menikah di sebuah gedung mewah tapi tamu undangan hanya beberapa tak banyak bahkan orang tua dari Naka tak menghadiri resepsi itu, untuk ornag tua Luna katanya mereka sudah meninggal beberapa tahun lalu.

Satu hati dua wanita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang