Dua puluh satu

551 8 0
                                    

Sudah dua hari Arista belum bangun daei tidur nya, Bumi senantiasa menemani di sisi bundanya sementara adiknya ia tetap sekolah dengan Naka lalu ia akan kembali lagi ke rumah sakit dengan Naka.

"Bun, bunda gak kangen Bumi?"

Bumi memandangi wajah damai Arista ia menggenggam tangan bunda nya dengan erat.

"Bang makan dulu dari tadi siang abang belum makan"

"Nanti saja"

Naka mendekat merangkul pundak dan mengelus nya "Makan dulu bang"

Bumi menepis tangan itu Naka hanya menghela nafas nya lagi dan lagi.

"Besok aku ganti uang administrasi kalau sudah gajian"

"Udah gak usah abang, gapapa abang simpan saja uang nya ya"

Naka menepuk pundak itu lalu duduk di salah satu kursi yang tersedia di sana.

Sore hari nya ketika Bumi sedang beraih beraih di kamar mandi rumah sakit ia di panggil adik nya dengan menggedor gedor pintu kamar mandi, Bumi pun keluar.

"Bang bun-"

Bumi panik, panik setengah mati ketika tau adik nya ini akan berkata apa.

Ia berlari menuju ruang rawat Arista namun sudah tidak boleh masuk oleh suster yang berjaga di sana.

"Bang... bunda mu"

"Bunda bunda kenapa"

"Bunda mu kejang kejang"

Mata Bumi mulai memanas mata nya pun mulai berkaca kaca ia pun menatap ruangan yang tertutup itu dengan air mata yang mulai menetes kan air mata nya.

"Bang" Zia memeluk nya dan mengelus punggu itu.

"Adek yakin bunda baik baik aja, bunda kuat"

Beberapa saat kemudian dokter keluar.

"Bagaimana keadaan bunda saya dok"

"Pasien mengalami kejang kejang hebat saraf otak nya terganggu karena benturan saat kecelakaan, dan jantung nya berhenti berdetak"

"Maaf kan kami, kami sudah berusaha tapi tuhan berkata lain"

"Semoga keluarga di beri ketabahan dalam menghadapi semua hal"

Bumi mematung di tempat adik nya menangis histeris di pelukan abangnya Naka memeluk Bumi dari belakang mencoba menguatkan satu sama lain.

"Bang hiks.... " Zia memeluk erat Abangnya dengan air mata yang turun deras hingga baju yang di pakai Bumi basah di area dada.

Bumi membalas pelukan adik nya dan ikut menangis namun ia menahan suara itu.

Bumi mengajak adik nya masuk dan menatap wajah damai bundanya yang sudah pucat.

"Bundaaa.... kenapa secepat iniiiii"

Bumi menatap itu lalu menunduk tak kuasa menahan tangisnya ia mengenggam tangan dingin bunda nya.

"Bunda abang gak sekuat itu"

"Bunda abang sama siapa di dunia ini"

"Bunda, bunda sekarang sudah tidak capek ya bunda sekarang udah bebas di sana ya, bahagia selalu bundaku"

Dokter dan suster itu berdatangan lagi untuk mengurus jasad Arista.

Mereka bertiga pulang ke rumah dengan mobil Naka di depan mobil nya ada ambulan yang sedang membawa tubuh bunda nya.

Bumi hanya diam menatap ambulan itu ia mengusap beberapa kali mata nya dan beberapa kali menunduk dan menghela nafas ny.

Naka menepuk nepuk pundak anak nya yang bergetar, Zia berada di kursi belakang menangis sejadi jadi nya.
-

Satu hati dua wanita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang