"Bun nanti Bumi pulang nya agak telat ya, ada eskul nanti"
"Iya bang"
"Ayo dek"
"Bentar bang lagi make sepatu ini"
"Adek coba pelan pelan kalau di paksa nanti malah sakit"
"Udah ini udah"
"Bun laper"
"Adek astaga, nanti kita ketinggalan bus"
"Bawa roti aja ya adek, di makan di jalan"
"Iya bun"
"Bentar ya bunda ambilin"
"Lagian kenapa gak bangun pagi si dek, nanti kalo ketinggalan bus, kita mau lari ke sekolah?"
"Bilang aja bang mau ketemu cewek yang kemarin iya kan"
"Ini dek, udah sana cepet berangkat"
"Iya bun, kita pamit dulu"
Zia langsung memakannya sambil sedikit berlari dengan di gandeng Bumi.
Sesampai nya di halte "Dek kita ketinggalan bus nya, kamu ih di bilang bangun pagi malah tidur kayak kebo"
"Ya maaf bang"
"Kita lari nih ke sekolah"
"Bus selanjutnya gak ada emang bang"
"Nanti jam 9 bus selanjutnya adekkk"
"Maaf bang, adek gak tau"
Melihat raut sedih Zia, Bumi pun berhenti memarahinya.
Mereka duduk di halte dengan Zia yang sibuk dengan rotinya sementata Bumi ia berfikir bagaimana ia akan ke sekolah.
Tiba tiba ada mobil hitam terparkir di depan mereka.
"Bumi, ayo om anterin ke sekolah"
"Om Aksa?"
"Iya, ayo"
"Ayo dek, kita bareng om ini"
Mereka pun masuk ke mobil.
"Kemana aja om gak pernah keliatan"
"Om balik ke kota, ada sedikit urusan"
"Bagaimana kabar bunda mu"
"Baik om seperti biasa"
"Bagaimana kabar mu Zia kecil"
"Om Zia gak kecil lagi ya, Zia udah gede"
"Iya udah gede iya hahaha"
"Ish malah ngetawain"
"Kalo di tanya itu di jawab yang bener adek"
"Kabar Zia baik om, om sendiri baik?"
"Om juga baik"
Tanpa mereka ketahui dari kejauhan ada mobil sport hitam milik Naka, Naka ingin menghampiri mereka berdua namun ia ragu bagaimana kalau Bumi menolaknya, jadi ia hanya berdiam diri di dalam mobilnya, hingga ada mobil lain yang menawari mereka tumpangan.
"Mungkin dia papa baru Bumi" Batinnya.
Naka mengikuti sampai ke sekolah, ia ingin tau letak dimana anak nya sekolah.
Bumi keluar dengan menggandeng tangan Adek nya, Aksa juga ikut turun.
"Ini ada uang jajan, nanti buat jajan ya Zia dan Bumi"
"Gak usah om, kita ada di kasih bunda tadi pagi"
"Maksih om" kata Zia yangdsudah memasukkan uang itu ke dalam kantong seragam nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu hati dua wanita [END]
Short StorySeseorang tidak bisa mencintai dua wanita dalam satu hati