Enam

647 12 3
                                    

Keesokan pagi nya, papa mama Naka benar benar kerumah Naka, untuk Luna ia menginap karena Naka melarang Luna untuk pulang dengan alasan sudah tengah malam dan hujan deras.

Mama Naka membuka pintu namun tak ada tanda tanda kehidupan rumah yang sangat sunyi.

Arista keluar kamar Bumi untuk membersihkan rumah mengingat nanti siang ada mertuanya, tapi tak di sangka masih pagi mama papa mertuanya sudah berada di dalam rumahnya tak lupa dengan Bumi yang berada di gendong an sang mama.

Arista segera turun dna menyambut mereka berdua, dari mata Arista sudah terlihat bahwa ia habis menangis.

"Maaf ma rumah nya kotor belum Rista beresin, duduk dulu Rista buatkan minum"

"Udah gak usah sini duduk"

"Nda tenapa sepelti abis menangis"

"Bunda tidak kenapa napa kok"

"Naka di kamar Ris?"

"Iya ma, tapi mas Naka sama-"

"Iya mama paham"

"Bumi sama bunda dulu ya sayang"

"Ayo mas"

Mama Naka beserta papa nya pun naik ke atas dan memasuki kamar Naka, betapa terkejutnya sang mama melihat Naka berpelukan seakan lupa dengan masalahnya dan lupa dengan Arista maupun Bumi.

"NAKA!" Bentak sang mama.

Naka terkejut bukan main begitu pula dengan Luna mereka langsung melepaskan pelukan itu dan menengok ke arah pintu.

"Ma.. "

"Tante apa kabar, hai om" sapa Luna tak tahu malu.

Saat Luna menghampiri mama Naka, dengan cepat Di tampar keras hingga tersungkur ke lantai, Naka berdiri dan membantu Luna berdiri.

"Apa apa an si ma, mama gak berhak nyakitin Luna ya"

"Oh gitu kamu sekarang iya, kamu berani melawan mama demi wanita tak tahu diri ini"

"Mama ngomong apa si, dia lagi mengandung anak aku loh ma, calon cucu mama"

"NAKA!"

"Pantas kamu bilang begitu hah? pantas! kamu sudah punya istri dan anak, dimana hati mu NAKA" Bentak sang mama.

"Ma.. stop aku gak cinta sama Rista, aku juga gak ingin di hidup aku ada Bumi"

"LALU KENAPA KAMU MEMBUAT NYA BRENSEK!"

Papa Naka yang sedari tadi diam di belakang istri nya lalu ikut angkat bicara.

"Naka, apa kamu mencintai wanita ini"

"Tentu"

"Apa kau mencintai Rista juga?"

"Tidak sama sekali"

"Gugat cerai, dan jangan harap kamu hidup enak setelahnya, warisan akan papa berikan pada Bumi seutuhnya"

"Loh pa, tapi perusahaan yang ini aku perjuanganin keras banget loh, enak aja main kasih ke Bumi"

"Terserah intinya pilihannya ada di kamu, pertama kamu putus hubungan dengan wanita ini dan kamu akan menjadi ahli waris satu satu nya, atau menggugat cerai Rista tapi kamu tidak akan papa kasih sepeser pun"

"Loh pa mana bisa gitu aku cinta Luna pa, aku juga mau perusahaan nya"

"Jangan egois Naka, kamu harus merelakan salah satu, apa kamu tak memikirkan betapa sakit nya hati Rista saat melihat mu berpelukan dengan wanita lain?"

Satu hati dua wanita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang