"Oma Felix pamit dulu ya"
Felix telah menetapkan diri nya untuk benar benar keluar dari rumah nenek nya ia beralasan hanya ingin hidup mandiri.
"Kamu yakin? jangan lah disini aja sama oma"
"Oma, Felix gamau ngerepotin oma lagi lagi pula.... kata papa, papa bukan papa kandung Felix"
"Hah? kamu... tau?"
Felix tersenyum "Tau oma, papa yang memberitahu"
"Astaga, semoga di setiap langkahmu di berikan kelancaran ya nak, oma yakin itu, jika Felix lelah pulang lah kesini pintu rumah ini akan terbuka lebar untuk mu"
"Makasih banyak oma"
Felix memeluk nenek nya "Maaf dan terima kasih untuk semua nya oma"
"Sama sama nak"
Felix menyudahi acara berpelukan yang penuh haru itu ia berpamitan dengan menggeret satu koper nya dan menggendong tas milik nya.
Nenek Felix melambaikan tangan nya sampai Felix masuk ke dalam taxi.
"Hati hati ya sayang, oma sayang kamu"
"Makasih sekali lagi oma, Felix gatau harus berterima kasih seperti apa lagi"
"Karena ada nya oma, Felix merasa ada yang sayang kepada Felix"
Mereka pun berpelukan lagi untuk yang terakhir.
Beberapa menit kemudian Felix menyudahi acara berpelukan itu ia masuk ke dalam taxi menurunkan kaca mobil itu ia tersenyum manis.
"Papay oma, samapai ketemu lagi di lain waktu, Felix sayang oma"
Nenek Felix menangis melihat Felix ia merasa kasian karena dari kecil tidak merasakan kehangatan keluarga bersama ayah dan ibu, ia hanya hidup bersama oma dan opa saja.
--
-
"Mas ga kerja hari ini?""Capek mas, bun kemarin lembur digantiin abang dulu hari ini"
"Oh gitu, mau aku pijitin?"
"Mau peluk aja"
"Nanti ya adek belum berangkat"
Naka hanya mengangguk ia melanjutkan menonton televisi yang menjala di depan nya.
"Bun adek ga sarapan ya"
"Loh kenapa dek"
"Adek ada kelas pagi, adek juga mau ke rumh temen dulu" katanya dengan terburu buru.
"Ayo pa"
"Loh tumben pagi banget dek"
"Adek ada kelas pagi pa"
"Yaudah iya"
Naka pun pergi mengantarkan putri nya.
Mereka sudah berkumpul dengan keluarga Bella keluarga Bella merestui keduanya jadi minggu depan mereka akan menikah.
Entah mengapa Zia akhir akhir ini menjadi irit bicara yang biasanya sangat sangat cerewet namun sekarang tidak.
Arista sudah menanyai hal tersebut namun Zia mengelak dan tak mau mengaku, jadi Arista biarkan dulu sampai anak nya benar benar siap untuk menjawab.
Naka pun sudah kembali.
"Dek, adek kenapa" tanya nya duduk kembali di depan televisi diikuti Arista di sebelah nya.
"Gatau juga aku mas, kemarin udah aku tanyain kenapa tapi adek ngelak mulu, jadi sementara ini biarin dulu nanti kalau adek udah siap kita tanyain"
Naka hanya mangut mangut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu hati dua wanita [END]
Short StorySeseorang tidak bisa mencintai dua wanita dalam satu hati