"Mas apa yang telah kamu perbuatan ke anak aku?"
"Anak kita Rista"
"Gak, Zia tetap anak ku, kamu sendiri yang bilang dia bukan anak mu"
"Maafkan aku di masa lalu, aku ingin memulai nya kembali Rista"
"Tolong beri aku kesempatan"
"Cukup ya Mas aku udah menderita selama beberapa tahun aku capek kepada keadaanku dulu aku sekarang ingin hidup bebas dengan kedua anakku tanpa diganggu kamu maupun keluargamu Aku ingin hidup bebas dan merasakan kebahagiaan dengan kedua anakku jika untuk kembali untuk Sekarang aku tidak bisa"
"Mas minta maaf yang sebesar-besarnya Ris, mas tau mas sangat sangat slah, jadi beri satu kesempatan untuk mas memperbaikinya"
"Buktikan bahwa kamu bisa untuk memperbaikinya entah bagaimanapun caranya"
"Baik mas akan usaha meyakinkanmu dan bumi untuk kembali menjadi keluarga yang utuh lagi"
"Mas pamit dulu Ris"
Arista tak menjawab dan langsung masuk ke dalam.
"Adek"
"Adek jangan deket deket sama orang itu lagi ya dek"
"Kenapa bun? dia papa aku, bunda mau jauhin kita lagi? Zia juga butuh sosok ayah di hidup Zia bun!"
"Zia ini semua gak seperti apa yang kamu pikirkan"
"Bun tolong Zia mau kayak temen temen yang punya papa, Zia juga mau, Dari kecil Zia gak punya papa sekarang Zia punya dan bugda gak izinin?"
"ZIA!" bukan Arista yang membentaknya melainkan Bumi, ia baru pulang dan mendengarkan adik nya berbicara seperti itu.
"Zia! ini semua gak seperti apa yang kamu pikirin, kamu gak tau betapa menderita nya bunda dulu waktu sama orang itu, kamu gak tau sakit nya hati bunda waktu di madu, kamu gak tau semua kepahitan yang bunda dan abang rasain"
"Jangan sekali kali ngebentak bunda, abang gak suka!"
"Lagian bang adek juga mau punya papa"
"Asal adek tau, abang dulu gak di anggep anak dek sama orang itu, abang cuma sama bunda kemana mana abang juga gak punya papa dek dari abang bayi, abang cuma punya bunda dan selamanya akan begitu"
"Udah abang hiks"
"Biarin bun, biar tau anak ini"
"Dan waktu bunda hamil kamu, bunda di kira jalang dek sama orang itu karena orang itu mengira kamu anak nya orang lain"
"Padahal orang itu yang menghamili bunda waktu mabuk"
"Kita dari bayi gak di inginkan dek sama orang itu, jadi stop, adek stop berhubungan sama orang itu"
"Abang adek udah, jangan berantem hiks"
"Dari kemarin ya abang tahan tahan, sekarang terserah adek mau kemana mau ikut orang yang adek anggap papa itu juga gakpapa mau ikut bunda sama abang juga gakpapa terserah adek sekarang mau gimana"
"Abang kenapa ngomong gitu abang hiks, jangan gitu adek nya kasian"
"Menurut adek bagus diemin bunda beberapa hari terakhir dengan alasan yang gak jelas? menurut adek begitu sudah baik dan benar?"
Zia hanya diam menunduk mendengarkan semua yang abangnya kata kan.
"Adek nak masuk kamar, jangan dengerin abang ya hiks"
Zia masuk ke dalam kamar nya dan mengunci pintu itu.
Zia menangis mendengar kata kata dari abangnya, ia belum pernah sebelumnya di marahi atau di bentak seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu hati dua wanita [END]
Short StorySeseorang tidak bisa mencintai dua wanita dalam satu hati