Tiga puluh

434 9 0
                                    

Berbulan bulan berlalu Naka dan keluarganya sudah pindah ke rumah mereka yang baru, untuk Felix......

Ia masih saja di siksa sesekali oleh Naka, Felix sudah mencoba untuk kabur tapi entah kenapa selalu saja ada orang suruhan papanya menemukannya dimana pun itu.

"Adek bangun kuliah gak hari ini"

"Iya bun"

"Iya tapi masih di tutup mata nya, ayo bangun"

"Duduk dek"

"Iya"

Zia pun menurut dan langsung mandi.

"Mau kemana bang pagi pagi udah rapi"

"Seharian ini abang ga di rumah bun"

"Loh kenapa?"

"Abang mau habisin waktu sama Bella, boleh kan?"

"Iya iya boleh, anak bunda udah dewasa aja ya padahal dulu masih nangis nangis minta jajan"

"Apasi bun itu udah masa lalu ya"

"Langsung di halalin bang anak orang, masa kesana kemari ga ada hubungan hahaha"

"Doain aja bun"

"Abang? mau kemana nih rapi banget"

"Abang mah selalu rapi pa"

"Iya deh iya"

"Lagi mau pacaran mas, biarin aja"

"Pacaran? sama Bella Bella itu?"

"Iya"

"Sejak kapan bang kalian pacaran"

"Belum pacaran pa"

"Astaga, udah kesana kemari berdua tapi belum punya hubungan? jangan di gantung bang anak orang"

"Iya secepetnya abang akan ke jenjang yang lebih serius"

"Gitu dong, ini nama nya laki laki"

"Ini pakai kartu papa"

"Gausah pa, abang ada kok"

"Uang abang di tabung buat nikah nanti, sekarang pakai uang papa dulu ya"

Naka menyerah kan satu kartu black card, Bumi tak enak mau menerimanya namun Naka terus meyakinkannya jadilah Bumi menerimanya.

"Abang aja? aku mas?"

"Kamu kan udah sayang, banyakan kamu malahan"

"Ah kalau begitu Bumi berangkat dulu"

Bumi buru buru pergi dari orang tua nya karena ia tau sebentar lagi bunda nya akan mengomel.

"Hati hati bang"

"Iya bun"
-

-

-
"Oma, Felix ingin hidup sendiri di kota jauh dari sini"

"Loh kenapa? ga nyaman di sini?"

"Bukan gitu"

"Felix rasa, Felix udah nyusahin oma selama ini, Felix udah dewasa oma, Felix ingin hidup sendiri"

"Jangan gitu lah, oma di rumah jadi sendirian, opa juga sibuk kerja"

"T-tapi oma, Felix sungguh ingin hidup mandiri"

"Keputusan kamu sudah bulat?, sudah yakin?"

"Sangat yakin oma"

"Baiklah kalau begitu, jawab dulu kenapa banyak luka memar di punggung mu?"

Satu hati dua wanita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang