Berhari hari berlalu Bumi masih sangat terpukul dengan apa yang telah terjadi dengan nya, Naka senantiasa menemani anak anak nya.
Dan setiap hari juga Bumi selalu ke makam bunda nya dengan Naka dan adiknya tentunya.
Bumi sudah berhenti bekerja di cafe karena Naka, Naka mengajak anak nya untuk bekerja di perusahaan nya saja walaupun tidak terlalu besar tapi cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Keadaan rumah masih sama dengan tataan tangan sang bunda, dan kamar Arista juga masih sama tanpa tergeser sedikit pun.
Zia sering menangis di tengah malam di dalam kamar Arista.
Malam nya, Bumi dan Naka sudah pulang dari kantor, Bumi berpamitan akan pergi keluar sebentar jadi Naka mengiya kan saja.
Bumi sedang berada di toserba yang dekat dengan rumah nya, ia memakan mie instan lagi hari ini, hampir setiap hari ia makan mie instan atau fast food karena di rumah tidak ada yang bisa memasak, Zia hanya bisa memasak nasi.
"Bun, marahin Bumi dong, Bumi makan mie instan setiap hari nih" katanya menatap mie itu.
Bumi pun melahap nya dengan air mata yang hampir jatuh namun segera ia usap.
Tiba tiba ada seseorang yang menaruh minuman kaleng Bumi menoleh "Bella?"
"Kak boleh duduk?"
Bumi hanya mengangguk.
"Kak aku cari kakak kemana mana dari beberapa hari lalu tau"
"Panggil Bumi saja"
"A-ah, Ka-Bumi resign dari cafe?"
"Iya"
"Tau dari mana rumah ku di dekat sini?"
"Kemarin aku tanya ke temen ka-Bumi, jadi di kasih tau"
"Kenapa cari aku Bell? "
"Kamu marah ya sama aku?"
"Maksudnya?"
"Dari kemarin kemarin ka-Bumi seperti tak pernah kenal aku"
"Maaf"
"Maaf juga Bumi, aku dulu ninggalin kamu gitu aja"
"Gapapa kok Bell, udah bertahun-tahun juga"
"Mata Bumi sembab, kenapa? habis nangis?"
Bumi mengusap lagi kedua mata nya "Enggak kelilipan mungkin"
"Jangan bohong, aku tau, kenapa? lagi ada masalah?"
Bumi menunduk dan sesegukan, sedetik kemudia ia mendongak menatap mata Bella.
"Bunda ku meninggal"
Bella terkejut.
"Loh kapan gaada nya"
"Beberapa hari lalu"
"Terus kamu sama siapa di rumah? adik kamu?"
"Aku di rumah sama papa dan Zia"
"Papa kamu? yang dulu kamu benci banget itu?"
Bumi mengangguk.
"Kalian udah baikan?"
"Udah"
"Yang sabar ya, aku tau kamu kuat"
"Besok boleh aku ke makam bunda kamu?"
"Tentu"
"Kabar Zia gimana kak?"
"Maksud ku Bum-Bumi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu hati dua wanita [END]
Short StorySeseorang tidak bisa mencintai dua wanita dalam satu hati