Berbulan bulan berlalu keadaan tetap sama seperti biasa yang dimana Felix dan Zia bekerja keras untuk melanjutkan kuliah nya serta untuk makan sehari hari dan membayar kontrakan.
Keadaan Naka sungguh mengerikan ia kerap kali melampiaskan amarahnya dengan membunuh atau menyiksa orang lainlain yang tidak bersalah.
Namun Arista tidak mengetahuinya sama sekali begitu pula dengan Bumi, Bumi sudah tak ikut campur dengan perusahaan milik papa nya ia hanya fokus pada keluarga nya dan perusahaan nya sendiri.
Dan sesekali Bumi akan ikut mencari adik nya.
"Lix, udah makan belum?"
"Udah, ini tadi aku beliin makan"
Zia menatap nasi dan lauk yang seadanya itu, ini sudah sangat mengenyangkan bagi nya.
"Yaudah, aku mandi dulu" kata Felix karena ia baru sampai dari bekerja.
Zia menyantap makanan itu dengan lahap.
--
-
"Zi, kamu ga kangen bunda mu?"Mereka sedang duduk di teras rumah menatap deras nya air hujan yang turun.
"Kalau di bilang kangen, kangen banget, gimana keadaannya, gimana kabarnya"
"Sebenarnya awal mula kamu kenapa sampai papa kamu marah?"
"Jadi awalnya waktu abang mau nikah aku merasa cemburu dan egois aku gamau abang nikah aku mikirnya abang akan lupa sama aku, jadi sebelum dan sesudah abang nikah sifat ku berubah banget kayak jarang ngomong dan jarang berinteraksi"
"Dan mungkin juga papa kesel atau apa sama aku, terus dia jadi benci ke aku, gitu"
"Oh gitu, jadi pas kamu disiksa bunda sama abang kamu gatau?"
"Ya kemungkinan gitu"
Mereka melanjutkan mengobrol hingga tengah malam.
--
-
Keadaan Arista sangat jauh dari kata baik ia jarang makan dan sering tidur larut atau dini hari, ia terus memikirkan bagaimana nasib anak nya, apa dia baik baik saja?.Naka sudah mencoba membujuk dan bersabar kepada istrinya ia tahan untuk tidak lepas emosi pada istrinya.
"Dek, makan dulu, dari pagi kamu belum makan"
"Gak laper mas"
"Ayolah makan nanti kamu sakit loh, makan ya sedikit"
Arista menatap Naka ia akhirnya menangis lagi.
"Eh kenapa nangis, iya ga makan iya ini mas simpan"
Naka merangkak ke tempat tidurnya dan memeluk sang istri erat.
"Mas tau, ini semua berat, kamu bersabar dulu, mas sama abang juga lagi berusaha ini"
"Hiks adek gimana kabar nya hiks"
"Mas juga gak tau dek"
Naka pun memeluk Arista hingga tertidur.
"Apa aku berbuat terlalu jauh?" tanya nya pada diri sendiri.
Pagi nya.
"Dek, mas berangkat kerja dulu ya"
"Iya mas, hati hati jangan lupa cariin adek"
"Iya sayang"
Naka mengecup kening Arista dan segera pergi ke kantornya.
Sesampainya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu hati dua wanita [END]
Short StorySeseorang tidak bisa mencintai dua wanita dalam satu hati